Cegah Lupus dengan CERDIK
Para narasumber dalam acara "Media Breafing" menyambut Hari Lupus Sedunia |
Setiap tanggal 10 Mei didedikasikan sebagai Hari Lupus
Sedunia. Tentu, tidak semua orang tahu dan memahami dengan benar penyakit yang
satu ini. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization), mencatat
hingga saat ini jumlah penderita lupus di dunia mencapai lima juta orang.
Setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru.
Saya beruntung mendapatkan kesempatan untuk mengetahu lebih
jauh penyakit ini. Menyambut Hari Lupus Sedunia, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PTM)
mengadakan “media breafing” pada 8 Mei 2018 lalu. Hadir pada kesempatan itu sejumlah
tokoh yang berkompeten dalam bidang kesehatan seperti dr Asjikin Iman Hidayat
Dachlan MHA, Dirjen Pencegahan dan pengendalian penyakit (P2PTM)
Departemen Kesehatan, dr. Sumariyono, SpPD-KR dari Divisi Reumatologi,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM dan Tiara Savitri, seorang Odapus
(Orang Dengan Lupus).
Menurut dr. Sumariyono, sebagian besar penderita lupus
adalah perempuan, terutama dari kelompok usia produktif yakni berusia antara 15
sampai 50 tahun. Namun begitu, kaum pria juga bisa terserang lupus, termasuk
juga dari kalangan anak-anak dan remaja. Malah, laki-laki perlu makin awas
mengingat proporsi pasien rawat inap lupus berjenis kelamin pria mengalami
peningkatan. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online 2016 mencatat proporsi pasien rawat inap lupus berjenis
kelamin laki-laki meningkat dari 48,2 persen pada 2014 menjadi 54,3 persen pada
2016. Sebaliknya, pasien lupus berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan
daro 51,8 persen menjadi 45,7 persen.
Meskipun lupus tergolong penyakit tidak menular (PTM), tingginya
angka kematian akibat lupus menuntut perhatian. Sekitar 25 persen atau sekitar
550 jiwa meninggal akibat lupus pada 2016. Data SIRS menunjukkan tren
peningkatan jumlah pasien penderita lupus dari tahun ke tahun. Tahun 2016,
sebanyak 2.166 pasien rawat inap didiagnosis menderita lupus. Jumlah itu
meningkat dua kali lipat dibanding 2014 dengan ditemukannya 1.169 kasus baru.
Lantas, apa itu lupus, apa penyebab dan gejalanya serta
bagaimana pencegahannya? Menurut dr. Sumariyono, lupus disebut juga penyakit
autoimun yakni kondisi saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang
kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing dengan sel dan jaringan
tubuh sendiri. Hal ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan,
dan organ tubuh yang sehat.
dr. Sumariyono |
Lupus memiliki beragam jenis. Paling umum dikenal adalah
Lupus Eritematosus Sistemik (LES). LES dikenal juga sebagai penyakit “Seribu
Wajah.” LES sendiri belum jelas penyebabnya. Mengingat sebaran gambaran klinis
yang luas dan tampilan perjalanan penyakit yang beragam membuatnya seringkali
menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalnya. Pengalaman seperti ini pernah
dialami oleh Tiara Savitri.
Meski belum diketahui secara jelas penyebabnya setidaknya
ada sejumlah faktor penyebab lupus. Beberapa di antaranya adalah faktor genetic,
imunologik dan hormonal, serta lingkungan. Dari sisi genetic, sekitar tujuh persen
pasien LES memiliki keluarga dekat yang juga didiagnosis LES.
Sementara itu faktor lingkungan bisa berupa infeksi, stress,
makanan, antibiotic, cahaya ultraviolet, penggunaan obat-obatan tertentu,
merokok, dan paparan Kristal silica. Faktor hormonal lebih mengacu pada
perempuan. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode
menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormone estrogen menjadi
pencetus penyakit LES.
LES memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain. Hal ini
membuat LES sulit dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan
hingga berat yang bisa mengancam jiwa. Namun secara sederhana bila mengalami
gejala-gejala seperti ini patut segera diperiksa. Gejala-gelaja tersebut antara
lain:
Demam lebih dari 38 derajat
celcius dengan sebab yang tidak jelas
Rasa lelah dan lemah berlebihan
Sensitif terhadap sinar matahari
Rambut rontok
Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu
yang melintang dari hidung ke pipi
Ruam kemerahan di kulit
Sariawan yang tidak kunjung
sembuh, terutama di atap rongga mulut
Nyeri dan bengkak pada persendian
terutama di lengan dan tungkai. Menyerang lebih dari dua sendi dalam jangka
waktu lama
Ujung-ujung jari tangan dan kaki
pucat hingga kebiruan saat udara dingin
Nyeri dada terutama saat berbaring
dan menarik napas panjang
Kejang atau kelainan saraf lainnya
Kelainan hasil pemeriksaan
laboratorium (atas anjuran dokter).
Demikian secara umum beberapa gejala penyakit LES.
Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan program deteksi dini yang disebut
Periksa Lupus Sendiri (SALURI). SALURI bisa dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU), Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Setelah mengenali gejala-gejala di atas, bila pasien
mengalami minimal empat gejala maka dianjurkan segera melakukan konsultasi
dengan dokter Puskesmas atau rumah sakit agar segera ditangani. Menurut dr.
Sumariyono, pasien bisa berkonsultasi dengan dokter dari beragam latar
belakang. Intinya, bila mengalami gejala-gejala tersebut tidak boleh tinggal
diam.
“Makin dini dideteksi, maka akan makin mudah disembuhkan,”
tegas dr Asjikin Iman Hidayat Dachlan.
Lebih dari itu hal terpenting untuk mencegah Lupus dan
penyakit lainnya, dianjurkan untuk menerapkan gaya hidup CERDIK yakni: pertama, Cek kesehatan teratur. Menurut dr
Asjikin Iman Hidayat Dachlan minimal melakukan cek kesehatan per enam bulan.
Hal yang patut diperiksa adalah 10 penyebab kematian.
Kedua, Enyahkan
asap rokok.
Ketiga, Rajin melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki,
membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.
Keempat, Diet yang
seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah
sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga
maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang
manis atau yang berkarbonasi.
Kelima, Istirahat yang
cukup, serta keenam, kelola stress
dengan baik dan benar.
Mengingat penyebab lupus belum diidentifikasi secara jelas
dan gejala awal setiap orang berbeda-beda maka alangkah baik melakukan tindakan
preventif sedini mungkin. Menerapkan pola hidup sehat adalah harga mati.
Comments
Post a Comment