Siapa Saja Bisa! Belajar Vlog dan Bisnis Bareng ISB dan CNI
Dudi Iskandar saat membawakan materi/dokpri |
Sejak 2014 demam vlog mulai melanda Indonesia. Tidak hanya
orang biasa, kaum selebritis pun ramai-ramai tergoda. Sebut saja Raditya Dika,
Ernest Prakasa, ataupun Arief Muhammad 'Poconggg'. Beberapa dari antaranya
pun mengaku atau diakui menjadi “besar” karena vlog.
Apakah hanya mereka saja yang bisa menjadi “besar” dengan
vlog? Tentu saja tidak. Para penulis, bahkan orang biasa sekalipun bisa
memanfaatkan potensi itu. Kesimpulan ini saya dapat dari acara separuh hari
bersama Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) pada Minggu, 4 Maret 2018
lalu. Didukung penuh salah satu lini bisnis MLM terkenal di Indonesia, CNI, ISB
menghadirkan Dudi Iskandar.
Dudi Iskandar adalah founder Komunitas tOekangpoto dan saat
ini menangani sejumlah website seperti jakartahitamputih.com. Pria ramah ini
lebih dikenal sebagai fotografer. Namun dua tahun terakhir ia jatuh hati dengan
video yang membuatnya mampu memenangkan sejumlah perlombaan bergengsi di tanah
air.
Atas dasar itu ia dinilai cukup kompeten untuk berbagi
tentang vlog. Dan memang keandalannya terbukti dalam workshop setengah hari itu.
Pria berkacamata ini memilih tema presentasinya “Create Your Story with
Smarthpone.”
Menurut saya tema tersebut mengungkapkan banyak hal.
Pertama, setiap orang bebas menciptakan kisah dan membagikannya kepada orang
lain. Kedua, kemajuan teknologi komunikasi yang menyata melalui smartphone semakin
mempermudah setiap orang untuk menciptakan dan berbagi kisah tersebut.
Kang Dudi, begitu pria ramah ini disapa, mengakui
ketertarikannya pada vlog tidak lepas dari kemajuan teknologi komunikasi
tersebut. Telepon pintar yang terus hadir dengan aneka kecanggihan membuat
kerja kreatif menciptakan vlog menjadi jauh lebih mudah.
“Dahulu saya tidak suka video,” ungkapnya. Ketika ditanya mengapa, Kang Dudi mantap berkata, “Ribet.
Kita harus kerja dua kali.”
Setelah mengambil video dengan kamera, lantas harus
memindahkannya ke laptop atau komputer untuk diproses lebih lanjut. Namun
sekarang, kerja kreatif tersebut sudah bisa dilakukan melalui smartphone.
Antusiasme peserta mendengar paparan Kang Dudi Iskandar/dokpri |
Siapa saja bisa
Vlog merupakan kependekan dari video log atau catatan video.
Hal yang mencirikan vlog adalah unsur aku. Ada keterlibatan si pembuat di dalamnya.
Seperti disinggung sebelumnya, perkembangan vlog semakin menjadi-jadi sejak dua
tahun terakhir. Perkembangannya yang signifikan tidak hanya memunculkan vlogger-vlogger
kondang, juga terlihat dari masifnya unggahan video di Youtube yang mencapai
kenaikan 600 persen.
Menurut data yang dipaparkan Kang Dudi, kuartal kedua tahun
2014, konsumen di Amerika Serikat menonton 38,2 miliar video. Belakangan
konsumsi video terus meningkat, seiring perkembangan smartphone. Tahun 2016
separuh atau 50 persen orang menonton video melalui perangkat mobile.
Menariknya, menurut Kang Dudi, video yang ditonton itu
berdurasi pendek. Durasinya tidak lebih dari enam menit. Sejumlah lini sosial
media seperti periscope, Instagram dan Facebook yang menyediakan fitur unggah
video, bahkan secara live sekalipun (FB Live dan Insta Story) semakin menarik
perhatian orang tidak hanya mengkonsumsi video singkat, juga terlibat
memproduksinya.
Inilah peluang yang telah dimanfaatkan secara baik oleh
orang-orang seperti Raditya Dika, Ernest Prakasa, hingga belakangan muncul nama
Laurentius Rando. Tidak hanya mereka, kini siapa saja pun bisa menjadi vlogger.
Caranya? Tidak rumit, kok.
Pertama, bermodalkan
smartphone. Perangkat satu ini sudah pasti menjadi modal utama. Hemat Kang Dudi, smartphone tidak harus berharga selangit. Intinya, smartphone yang mampu
menghadirkan gambar secara jernih dan memiliki kapasitas penyimpanan yang
memadai. Tentang hal terakhir itu bisa disiasati dengan menanamkan SD Card atau
memori eksternal dengan kapasitas hinga puluhan GB.
Kedua, tidak hanya
memiliki telepon pintar, syarat lain yang dituntut adalah mampu
mengoperasikannya. Pengoperasian yang dimaksud mulai dari mengambil video,
mengedit, membuat naskah, hingga menyebarkannya.
Untuk menghasilkan video yang baik, menurut Kang Dudi tidak menuntut
banyak syarat. Cukup saja video tersebut jernih dan tidak bergerak-gerak. Di sini
butuh kesabaran untuk menahan godaan bergerak berlebihan. Namun kehadiran
perangkat pendukung seperti monopod atau tongsis, tripod hingga “steady cam”
bisa membantu. Bisa juga melengkapi diri dengan “microphone” tambahan untuk
menghasilkan kualitas suara yang lebih baik.
Ketiga, memanfaatkan
aplikasi penting seperti Kinemaster, Filmora Go, Power Director, Viva Movie dan
Legend. Aplikasi-aplikasi ini bisa didapatkan oleh pengguna android entah
secara gratis atau berbayar. Sementara itu pengguna sistem operasi iOS,
tersedia IMOVIE dan Splice. Baik android maupun iOS bisa mendapatkan aplikasi
tambahan lainnya seperti SNAPSEED.
Hari itu kami berkesempatan praktik menggunakan Power Director
dan Legend. Aplikasi Legend bagus untuk membuat judul karena memiliki banyak varian
tema. Sementara itu Power Director mudah dioperasikan.
Hal penting lainnya, Power Director bisa didapatkan dengan
harga terjangkau, bila tidak ingin mendapatkan “watermark” untuk aplikasi
gratis. “Ia merupakan aplikasi berbayar paling murah. Dengan Rp 80 ribu bisa
menggunakan Power Director selamanya, selama email masih aktif,” tegas Kang
Dudi.
Sementara aplikasi yang lain kebanyak berbayar bulanan,
seperti Kinemaster yang mematok tarif sekitar Rp 60 ribu per bulan. Tambahan
lagi, ada aplikasi yang didapat secara gratis, memiliki template bagus, plus
tanpa “watermark.” Namanya, Quik. Hanya saja aplikasi ini tidak memiliki fungsi
“voice over.”
Keempat, sebagai
tambahan ada beberapa tips yang patut diperhatikan para pemula. Pengambilan
video sebaiknya dalam posisi “landscape” atau bentang darat, jangan “portrait”
atau menegakkan kamera. Alasannya, dengan posisi bentang darat maka pengambilan
video lebih maksimal, karena bisa mendapatkan obyek semaksimal mungkin. Sementara
itu, bila secara “portrait” akan menyisahkan ruang kosong di sisi kiri dan
kanan video.
Tambahan lagi gambar yang diambil jangan disetting
hitam-putih. “Karena hal itu akan lebih mencirikan masa lalu,” Kang Dudi
memberi alasan.
Peluang bisnis CNI
Selain potensi vlog yang sejatinya disambut positif, ada
peluang lain yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan tambahan pemasukan. Hal ini
disampaikan oleh Gusti Alendra, event dan community CNI. Pria ramah tersebut
mengatakan perkembangan dunia digital bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan
tambahan pemasukan.
CNI yang telah dipercaya masyarakat lebih dari tiga dekade
masih menyisahkan peluang besar di lini digital. Menurut Gusti, dari 35 ribu
anggota CNI di seluruh Indonesia baru sekitar lima persen yang memanfaatkan
dunia digital.
“Baru lima persen yang bermain online. Ini menjadi peluang
bagi teman-teman blogger,” tandas Gusti.
Gusti Alendra dari CNI/dokpri |
Tidak susah mendapatkan tambahan “income” dari CNI. Dengan hanya
memviralkan produk di sosial media, maka bisa mendapatkan tambahan penghasilan
yang bisa berujung hadiah menarik seperti paket umroh dan sebagainya.
Sebagai tambahan, perusahaan yang berdiri pada Oktober 1986
itu memiliki ribuan jenis produk mulai dari makanan dan minuman, suplemen
kesehatan, perawatan dan kecantikan, peralatan rumah tangga dan entertainment
hingga produk pertanian dan perikanan. Selain menyajikan varian pilihan, produk
makanan dan minuman khususnya, bercita rasa lezat, bermanfaat bagi kesehatan,
juga telah bersertifikasi halal.
Jadi tunggu apa lagi, mari manfaatkan peluang ganda ini,
menjadi vlogger sambil berbisnis. Siapa saja pasti bisa! Mengutip Kang Dudi
lagi, untuk menjadi sukses dan andal, syaratnya hanya satu: praktik. Selamat mencoba!
Salah satu produk CNI kesukaan saya. Serbuk minuman coklat berpadu
ginseng. Diseduh dengan air hangat, aroma khas begitu menggoda selera.
|
Harus berani juga ya mas �� saya masih mentok menulis �� giliran sudah action depan kamera selalu gak pede
ReplyDeleteMemang kuncinya satu harus berani coba sih mba
ReplyDeleteCaranya nge vlog ternyata nggak susah, apalagi terbantu dengan adanya aplikasi 😄
ReplyDeleteBenar mba Fenny kuncinya cuma satu: praktik
DeleteWah baru tahu kalau vlog itu meruapakan singkatan dari video log, saya kira video blog.
ReplyDeleteGood information. Thank you kak :)
Wah baru tahu kalau vlog itu meruapakan singkatan dari video log, saya kira video blog.
ReplyDeleteGood information. Thank you kak :)
Saya juga baru tahu saat acara tersebut mba...makasih udah mampir
DeleteDulu tak suka kini makin cinta ya bang.vlog bikin penasaran :)
ReplyDeletebenar, aku juga belum lama ngevlog, jadi ketagihan akhirnya
DeleteWah baru tau tentang aplikasi-aplikasi pendukung vlog. Thx mas charles buat infonya.
ReplyDeleteAku juga baru tahu bro Valka..semoga bisa memanfaatkannya ya
DeleteSeneng ya bisa belajar vlog dari ahlinya. Pengen juga ngevlog tp belum ahli.
ReplyDeleteBoleh lho mulai belajar. Kata Kang Dudi untuk jadi mahir harus rajin mencoba.
DeleteDari dulu pingin coba tapi ga tau mulai dari mana haha, makasih ya mas. Jadi nambah ilmu nih!
ReplyDeletesemuanya bermula dari kemauan sih.hhehe makasih mba udah mampir
DeleteAku juga pengen banget bisa ngevlog tapi belum ada kesempatan buat belajar vlog nih. Bisa ajarin kakak cara ngevlog
ReplyDeleteaku juga baru belajar, mari kita sama-sama belajar ya wkwk
DeleteAnak2ku lebih jago soal video bahkan si bungsu yg masih SD, emaknya ga ada wkt buat belajar hehe..padahal pengen. Kalau nambah ilmu kyk ikut pelatihan sih sempet beberapa kali, tapi prakteknya ga punya waktu lagi hihi..
ReplyDeleteAnak-anak jaman now udah akrab dengan video karena mereka begitu dekat dengan smarthpone. Namun kita yang generasi jaman old belum terlambat untuk belajar kok..asal ada waktu dan kemauan aja..
DeleteSaya malu kalo ngevlog, ga pede gitu. masih nyaman di blog.
ReplyDeletePelan-pelan harus tinggalin zona nyaman ya mas
DeleteMari ngevlog. Asyik ya ngevlog itu singkat padat dan cepat
ReplyDeleteBenar mba mesti kadang harus "tegaan" juga karena harus meringkaskan dalam hitungan detik aja
Deletenice sharing mas. belakangan ini saya gabung di bbrp grup editing video deki bljar bikib konten video kaya anak2 muda kreatif lainnya hehe
ReplyDeleteWah mantap mas, semoga bisa jadi vlogger hits ya. amin
Deletefootage vlog numpuk nih, kudu edit cepat biar kecee ya
ReplyDeleteBenar mba, tapi awal2 memang perlahan-lahan nanti lancar juga kok kalau udah terbiasa
DeleteWaah sayangnya aku nggak bisa ikut acara ini, alhamdulillah ada ulasannya, bermanfaat banget nih ilmunya
ReplyDeleteSip mba, monggo dipraktikkan
DeleteMakasi mas sharingnya..ngevlog ternyata butuh teknis khusus juga ya
ReplyDeleteSebenarnya dari sharing Kang Dudi gak teknis-teknis banget kok,,degnan punya HP aja udah bisa ngevlog
DeleteSy suka buat video pendek to gk pernah puas ma hasilnya. Tulisannya keren
ReplyDeleteboleh tahu pakai program apa buat ngeditnya mba? Makasih udah mampir dan memberikan apresiasi
DeleteBelum pernah belajar dari Kang Dudi nih, moga2 kapan2 jodoh berguru dari beliau. Tengkyu sharingnya :D
ReplyDeleteBoleh kok bertanya ke Kang Dudi via sosial media, orangnya humble bgt..
DeleteAsyikkkkk punya mainan baru ya :D
ReplyDeleteBenar Teh kudu diseriusin buat percaya tulisan
Delete#perkaya maksudnya
DeleteMantab nih aplikasi edit video di smartphone. Gampang juga ya cara pakainya.
ReplyDeleteGampang2 susah sih mba wkwk
Delete