Dua Gelar dari India, Bulu Tangkis Indonesia di Jalur Positif
Indonesia rebut gelar ganda putri India Open 2018/@Badmintalk |
Tahun 2018 sepertinya akan menjadi tahun yang mengesankan
bagi bulu tangkis Indonesia. Pasalnya baru di awal bulan kedua Indonesia sudah
mengumpulkan enam gelar World Tour Super (WTS) dari empat turnamen yang telah
digelar. Tambahan dua gelar dari ajang India Open Super 500 yang baru saja
berakhir pada Minggu (4/2/2018) malam WIB, menempatkan Indonesia sebagai
pengumpul gelar terbanyak. Indonesia unggul atas negara-negara kuat lainnya
seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan Denmark.
China yang terkenal superior di cabang tepok bulu baru
mengumpulkan dua gelar. Jumlah gelar China kalah banyak dari Denmark yang telah
mengemas tiga gelar dan dua kali lipat lebih sedikit dari Thailand. Jepang dan
Malaysia baru mendulang satu gelar sama seperti Hong Kong, Taiwan dan Amerika
Serikat.
Entah apa yang membuat bulu tangkis Indonesia begitu
menggeliat. Bisa jadi kesuksesan Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya yang
merajai ganda putra tahun lalu menular kepada para pemain lain. Bisa jadi juga
sektor-sektor lain seperti ganda putri dan tunggal putra mulai menampakkan
hasil.
Ganda putra, seperti tahun-tahun sebelumnya dan seperti
biasanya masih menjadi penyumbang gelar terbanyak. Selain The Minions yang
telah menyumbang dua gelar, ganda putra lainnya Fajar Alfian dan Muhamad Rian
Ardianto ikut andil memberi satu gelar di ajang Malaysia Open S500.
Dua gelar lainnya dari tunggal putra. Setelah Tommy Sugiarto
mengawali tahun dengan gelar pertama dari ajang Thailand S300, penerusnya
Anthony Ginting sukses naik podium tertinggi pekan lalu di ajang Indonesia
Masters S500.
Oh ya patut diketahui sejak awal tahun ini Federasi
Bulutangkis Dunia (BWF) telah mengubah level turnamen berikut namanya.
Sebelumnya kita mengenal tiga jenis Super Series BWF yakni Super Series
(biasa), Super Series Premier dan Super Series Finals. Sejak tahun ini
rangkaian pertandingan disebut World Tour Super (WTS) yang terbadi dalam lima
level yakni Super 300, Super 500, Super 750, Super 1000 dan Super Finals.
Nama yang disebutkan terakhir itu sebelumnya disebut Super
Series Finals. Ini adalah turnamen penutup dalam kalender BWF. Sejak tahun ini
berganti nama menjadi WTS Finals. Seperti tahun-tahun sebelumnya para kontestan
yang tampil di ajang pamungkas ini dilihat berdasarkan akumulasi poin dari
semua tur WTS mulai dari Super 300, Super 500, Super 750 dan Super 1000.
Sejak tur pertama di Thailand hingga terkini di India,
Indonesia belum pernah absen meraih gelar. Setelah Tommy di Thailand, berlanjut
dengan Fajar dan Rian di Malaysia. Selanjutnya di hadapan publik sendiri,
Anthony dan The Minions menyabet gelar tunggal putra dan ganda putra sekaligus
menempatkan Indonesia sebagai juara umum.
Predikat yang sama pun berlanjut di India. Raihan dua gelar
menempatkan Indonesia sebagai juara umum, unggul atas Denmark, China dan
Amerika Serikat yang masing-masing mendapat satu gelar. Sementara tuan rumah
tak kebagian gelar setelah harapan semata wayang kandas dari wakil Amerika
Serikat. Ungulan pertama Pusarla V.Shindu menyerah di tangan Zhang Beiwen usai
bertarung tiga game dalam tempo satu jam dan sembilan menit dengan skor akhir 21-18
11-21 22-20.
The Minions masih berada di jalur positif. Pasangan nomor
satu dunia belum terkalahkan dalam lima laga final secara beruntun sejak China
Super Series Premier tahun lalu. Di India Open kali ini, pasangan mungil itu
seperti tak menemui hambatan berarti untuk mengukir “hattrick” gelar secara
berturut-turut. Keduanya selalu menang straight set dalam waktu tak lebih dari 40
menit.
Kemenangan demi kemenangan itu seperti berpelukan dengan performa mereka
yang cepat, tangkas dan bertenaga. Seperti diakui seniornya, Mohamad Ahsan dan
Hendra Setiawan yang kembali reuni, Marcus dan Kevin benar-benar tak
tertandingi. Keduanya menjadi pasangan tersulit yang pernah mereka hadapi.
Bukan saja karena usia yang membuat keduanya harus menyerah kalah di babak semi
final, tetapi penampilan Marcus dan Kevin benar-benar menakjubkan.
Hampir semua pemain yang dikalahkan selalu mengakui hal yang
sama. Selain skill individu seperti Marcus dengan tipuan-tipuan mematikan,
pasangan ini begitu padu. Mereka mampu mengkombinasikan antara kecepatan dan
kekuatan serta mengharmonikannya menjadi sebuah permainan yang atraktif.
Lawan-lawan dibuat tak berkutik dengan pukulan-pukulan cepat dan pertahanan
yang sulit ditembus. Mereka tahu kapan harus menyerang, kapan harus bertahan,
dan kapan waktu terbaik menghibur para penonton.
Pemandangan seperti itu terlihat jelas di partai final India
S500 tahun ini. Pasangan Denmark Kim Astrup dan Anders Skaarup tak bisa berbuat
banyak. Unggulan empat itu tak kuasa meladeni permainan cepat dan bertenaga
dari Marcus dan Kevin. Keduanya menyerah dua game langsung, 21-14 dan 21-16.
Marcus dan Kevin di podium tertinggi India Open 2018/@Badmintalk |
Semakin matang
Selain Marcus dan Kevin, kali ini Greysia Polii dan Apriyani
Rahayu pun sukses menginjak podium tertinggi. Pasangan berbeda generasi ini
meraih gelar super series kedua sejak berpasangan kurang dari setahun lalu. Di laga
pamungkas mereka menjungkalkan wakil satu-satunya dari Thailand, Jongkolphan
Kittitharakul/Rawinda Prajongjai.
Di atas kertas, Greysia dan Apriyani sedikit kurang diunggulkan.
Pasangan dari Negeri Gajah Putih itu menempati unggulan kedua. Namun finalis
Indonesia Masters pekan sebelumnya membuktikan bahwa bila unggulan pertama
sudah bisa diatasi maka pintu juara kian terbuka lebar. Sehari sebelumnya
pasangan yang berbeda usia 11 tahun itu menumbangkan unggulan pertama dari
Denmark, sekaligus pasangan kawakan, Kamilla Rytter Juhl dan Christinna
Pedersen.
Greysia dan Apri harus berjuang nyaris mendekati satu
setengah jam untuk meraih tiket final. Pertandingan panjang nan melelahkan itu
sempat memunculkan kekhawatiran. Ternyata kemenangan rubber set, 21-14 19-21 21-18
itu sama sekali tidak menghabiskan seluruh energi, apalagi membuat mereka
mencapai klimaks. Keduanya hanya butuh dua game, 21-18 dan 21-15, untuk meraih
gelar super series pertama di tahun ini.
Greysia dan Apri terlihat makin matang. Juara France SS 2017
itu tidak hanya memiliki pukulan yang kuat, tetapi mampu menerapkan pertahanan
yang rapat. Meski patut diakui beberapa kali penempatan bola atau pleasing dan
pengembalian tidak mengenai sasaran. Setidaknya pencapaian ini memberikan
harapan bagi ganda putri Indonesia.
Setelah masa Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari,
Indonesia sudah memiliki satu harapan. Berbeda dengan ganda putra, di sektor
ini regenerasi cukup lambat. Sektor ini hanya memiliki sedikit, lebih tepat
sangat sedikit, pasangan dengan pencapaian level super series. Sebelum era
Greysia dan Nitya, Indonesia hanya memiliki Vita Marissa dan Liliyana Natsir
yang sempat menjuarai China Masters 2007.
Tentu ini menjadi pekerjaan berat bagi tim pelatih untuk
segera mendapatkan penerus. Jangan sampai jurang antargenerasi yang menganga
seperti tunggal putri terjadi juga di sektor ini.
Harapan yang sama pun diletakkan pada nomor ganda campuran.
Selain Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, Ricahard Mainaky dan Vita Marissa
masih terus bongkar pasang. Saat ini nama Praveen Jordan dan Melati Daeva
paling berpeluang untuk menjadi pelapis Owi dan Butet.
Pekan sebelumnya mereka sukses melangkah hingga ke partai
final Indonesia Masters. Dan pekan ini langkah mereka pun kembali mencapai
babak pamungkas. Sayang keduanya gagal mencapai klimaks setelah ditumbangkan unggulan
lima, Mathias Christiansen dan Christinna Pedersen.
Kemenangan 14-21 dan 15-21 Mathias Christiansen dan Christinna
Pedersen menunjukkan dua hal. Pertama, seperti Greysia dan Apriyani, pasangan Denmark
itu merupakan contoh berhasil dari bongkar pasang pemai, juga perpaduan yang
mengena antarpemain dengan rentang umur yang jauh. Meski dari generasi berbeda,
Christiansen yang baru berusia 23 tahun mampu mengimbangi kematangan Pedersen.
Di sisi lain memperlihatkan pekerjaan rumah yang harus
segera dibenahi Praveen dan Melati bila ingin terus bersaing di jajaran elite. Seperti
terlihat di laga final hari ini, salah satu persoalan yang sepertinya belum
juga terselesaikan adalah kesalahan sendiri. Paling menonjol di laga ini adalah
Praveen Jordan. Mantan tandem Debby Susanto itu memberi poin cuma-cuma kepada
lawan lebih dari 10 kali. Sulit dimengerti pemain dengan jam terbang cukup ini
masih harus berkutat dengan hal-hal mendasar.
Pada titik ini penting untuk mendapatkan tandem yang mampu
melengkapi kekurangan. Sejauh ini performa Melati cukup baik. Permainan depan
net dan agresivitasnya cukup menjanjikan. Ia mampu memainkan peran sebagai
playmaker, mengingatkan kita akan sosok Liliyana. Namun sebagai satu kesatuan
keduanya masih harus berlatih lebih giat, termasuk mendapatkan jam terbang yang
lebih. Penting untuk memberikan suntikan kepercayaan diri agar mereka tak lekas
patah arang.
Terlepas dari kekurangan di pertandingan hari ini, kita
berharap selain Melati dan Gloria Emanuelle Widjadja, tim pelatih harus berani
memberi kesempatan kepada Gischa dan Winny. Mereka adalah pemain muda yang
berada dalam satu generasi. Selain itu memantau para junior seperti Pitha
Mentari dan Siti Fadia. Tidak harus melewati jalur biasanya bila performa
mereka menjanjikan untuk diberi kepercayaan lebih.
Berbeda dengan China yang memiliki pemain memadai, cukup
sulit bagi Indonesia untuk segera mendapatkan hasil dari proyek bongkar pasang
pemain. Konsistensi masih menjadi momok bagi para pemain Indonesia. Sangat sedikit
pemain kita yang mampu menjaga tren positif sejak level junior hingga mencapai
tahap senior.
India puasa gelar
Tahun ini India puasa gelar. Tahun lalu tuan rumah masih
bisa tersenyum dengan satu gelar dari P.V Sindhu. Kali ini tunggal terbaik dari
Negara Anak Benua itu harus puas sebagai runner-up. Pemain berpaspor AS
kelahiran China, Zhang Beiwen memupuskan harapan mayoritas penonton di Siri
Fort Indoor Stadium, New Delhi hari ini.
Selain Beiwen kejutan juga dilakukan Shi Yuqi. Pemain berusia
21 tahun itu mengandaskan favorit juara Chou Tien Chen untuk merebut
satu-satunya gelar yang dibawa pulang ke China. Pertarungan antara unggulan
empat dan tiga itu berakhir dengan skor 21-18 dan 21-14. Chou yang pekan
sebelumnya bertekuk lutut dari Ginting di partai final kembali mengalami nasib
malang. Waktu sepertinya belum berpihak pada pemain asal Taiwan.
Seperti Chou, Sindhu pun tak kalah kecewa. Bahkan
kekecewaannya bisa menjadi-jadi. Didukung penuh publik tuan rumah, perjuangan
pemain berperingkat empat dunia harus berakhir secara tragis. Chou dan Sindhu
mengingatkan kita pada Kenichi Hayakawa dan Hiroyuki Endo, ganda putra Jepang
yang begitu ulet namun hampir selalu menjadi runner-up. Semoga nasib Melati dan
Praveen bisa lebih baik, bila perlu sebaik Marcus dan Kevin.
N.B
Hasil pertandingan India S500:
www.tournamentsoftware.com |
SEKEDAR INFO BOCORAN TOGEL
ReplyDeleteJIKA ANDA BUTUH A'NGKA GHOIB/JITU
SGP HK MALAYSIA ARAB SAUDI LAOS
2D_3D_4D-5D-6D-7D DI JAMIN 100% TEMBUS...
SAYA BUKTINYA SUDAH 5X JP
DAN SAYA SUDAH BENER2 YAKIN DENGAN AKI RORO
YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA RITUAL NYA
BAGI ANDA YANG SUKA MAIN TOGEL
& INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN GABUNG DENGAN AKI RORO
SILAHKAN HUB DI NO: ((_085-222-489-867_))
Sekian lama saya bermain togel baru kali ini saya
benar-benar merasakan yang namanya kemenangan 4D
dan alhamdulillah saya dpat Rp 250 juta dan semua ini
berkat bantuan angka dari AKI RORO
karena cuma Beliaulah yang memberikan angka
ritual yg di jamin 100% tembus awal saya
bergabung hanya memasang 100 ribu karna
saya ngak terlalu percaya ternyatah benar-benar
tembus dan kini saya ngak ragu-ragu lagi untuk memasang
angka nya,,,,buat anda yg butuh angka yang di jamin tembus
hubungi AKI RORO DI NO: ((_085-222-489-867_))
insya allah beliu akan siap menbatu kesusahan anda
''kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T dan terima kasih banyak kepada AKI RORO.Anda bisa juga dibantu melalui pesugihan.DANA GHAIB.