Mengapa Susy Susanti Menunjuk Minarti Timur?
Minarti Timur dan para pemain tunggal putri Indonesia/juara.net |
Penantian selama setahun untuk pos pelatih utama tunggal
putri utama PBSI terjawab sudah. Bukan pelatih asing sebagaimana prediksi yang
sempat mengemuka, melainkan mantan pemain spesialis ganda campuran era 1990-an
hingga 2000-an. Minarti Timur. Di jagad kepelatihan PBSI, wanita yang karib
disapa Meme ini bukan orang baru, meski juga bukan sosok legendaris seperti
Herry IP di ganda putra.
Saat Susy Susanti mengambil tempat Rexy Mainaky sebagai Kepala
Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Meme pun diajak serta. Tidak
seperti sektor lain, Susy membiarkan posisi kepala pelatih tunggal putri lowong.
Meme mengambil tempat sebagai asisten pelatih. Tanpa pelatih kepala praktis
wanita kelahiran Surabaya itu mengambil semua peran yang sebelumnya dimainkan
oleh Bambang Supriyanto. Ia dibantu oleh Jeffer Rosobin dan Herli Djaenudin
yang ditempatkan di jenjang pratama.
Selama setahun Meme menanggung beban dan mengambil peran
sendirian. Cukup mengangetkan memang wanita 49 tahun itu harus bekerja sendiri.
Bukan rahasia lagi prestasi sektor ini sangat inferior, bila tidak ingin
disebut tertinggal dari sektor-sektor lain. Merajut kembali jurang
antargenerasi yang terputus tiba-tiba tidak bisa mengandalkan kerja sendirian. Mengorbitkan
Fitriani, Hanna Ramadhini dan Gregoria Mariska melalui suatu lompatan tiba-tiba
ke level senior bukan kerja gampangan. Namun PBSI tetap bersikukuh membiar Meme
memainkan tugas tersebut.
Meme dinilai cukup berhasil menjalankan amanat yang
diberikan dalam setahun terakhir. Susy pun menaikkan pangkatnya sebagai pelatih
kepala. Tidak banyak polemik menyusul penunjukkan tersebut, meski tidak bisa
dibilang tidak ada sama sekali. Ada rasa kaget mengingat yang dipilih bukanlah
sosok sekelas Chen Jin yang bekerja sangat baik dengan Zhang Ning menjaga
rantai regenerasi tunggal putri China. Atau pelatih kepala yang ditunjuk telah
memiliki rekam jejak menelurkan tunggal putri top, setidaknya berada dalam lingkaran
10 besar dunia.
Bagi mereka yang peduli dan menaruh perhatian pada
perkembangan bulu tangkis tanah air tentu tidak bisa tidak bertanya. Apakah
Meme pantas menduduki posisi tersebut? Lebih tepat lagi, mampukah pemilik medali
perunggu Olimpiade 2000 Sydney dari sektor ganda campuran itu menunaikan tanggung
jawab tersebut?
Jelas kerja Meme akan menjadi lebih keras, seperti telah dirasakan
setahun terakhir. Dengan tanpa meremehkan perjuangannya selama setahun
terakhir, pesimisme terhadap sektor ini tetap mengemuka selama tunggal putri
PBSI belum juga bersaing di papan atas dunia. Namun demikian tidak adil bila
kita terlalu cepat meragukan kinerja Meme. Membawa para pemain kita ke level
elit jelas tidak mudah. Tidak hanya menuntut kerja keras, tetapi juga proses
yang tidak singkat.
Saatnya kini Meme membuktikan diri bahwa penunjukkannya
bukan sebuah perjudian. Pengalamannya yang cukup panjang sebagai pelatih
sekiranya berpelukan dengan kepercayaan dan tanggung jawab besar yang
disandangnya saat ini. Meme, setelah berhenti sebagai pemain profesional pada
2008, malang melintang ke mancanegara sebagai pelatih.
Ia menghabiskan sekitar 13 tahun di luar negeri, dengan Filipina
sebagai tempat petualangan terlama selama 11 tahun dan enam bulan. Di samping
itu ia juga menjadi pemain sekaligus pelatih private di Brunei Darussalam sebelum kembali ke tanah air.
Saya sempat bertemu Meme di Pelatnas Cipayung di masa-masa
awal menjadi pelatih PBSI. Ia berbagi kisah sepak terjangnya meniti karier di
dunia bulu tangkis Indonesia. Dua hal yang mengemuka, kegigihan dan
totalitasnya pada dunia tepok bulu begitu kuat. Ia mengalami saat-saat krisis
sebagai pemain, mulai dari “digusur” oleh Susy Susanti dan Sarwendah
Kusumawardhani yang tengah naik daun hingga tersandung doping. Ia mengalami
kerasnya perjuangan menjadi seorang pemain dan bagamana bangkit setelah jatuh
tersandung masalah.
Potongan pengalaman itu tidak membuatnya berpaling dari bulu
tangkis tetapi membuat cintanya pada tepok bulu makin mengental. Setelah gantung
raket sebagai pemain profesional, ia terus berpetualang dengan dunia yang telah
membesarkannya, hingga hari ini.
Pengalaman dan totalitas Minarti ini bisa menjadi amunisi
baginya untuk mengangkat prestasi tunggal putri Indonesia hari ini. Selain
talenta, untuk menjadi pemain bintang diperlukan kerja keras. Minarti bertugas
memoles talenta-talenta muda yang ada saat ini. Mengajari mereka teknik yang benar,
mempertebal semangat dan kepercayaan diri, adalah sebagian tugas berat yang
harus dijalani Meme dan tim.
Turnamen pembuka di tahun ini, Thailand Masters yang
memasuki babak akhir menjadi bukti bahwa memoles talenta muda bukan perkara
mudah. Bukan kerja gampangan. Tidak ada yang meragukan bahwa Gregoria Mariska Tunjung
misalnya, memiliki bakat menjanjikan. Namun bakat dara 18 tahun itu tidak cukup
untuk membuatnya menjadi bintang bila tidak dibarengi mental yang kuat untuk
menghadapi setiap tekanan di dalam lapangan juga bekerja keras memoles bakat
itu menjadi cemerlang.
Jorji, begitu wanita kelahiran Wonogiri ini disapa, akhirnya
harus terhenti di perempat final. Juara dunia junior itu tidak dapat mengatasi
status unggulan pertama yang disandang pemain senior tuan rumah, Nichaon
Jindapon. Jorji kalah dua game langsung, 13-21 dan 20-22 sekaligus gagal
mengulangi kemenangan di pertemuan pertama di Piala Uber 2016.
Pukulan dan servis Jorji berbobot. Namun footwork terlihat
lambat. Begitu juga Dinar Dyah Ayustine yang lebih dulu tersisih di babak
pertama dan pemain mungil yang cukup menjanjikan, Fitriani. Usia yang masih
muda dan potensi yang telah terlihat membuat pekerjaan rumah tersebut diharapkan
bisa dibereskan. Namun tugas yang tak kalah berat adalah menanamkan mental yang
kuat, tidak hanya mengelola setiap tekanan saat bertanding tetapi lebih dari
itu daya juang dan kegigihan untuk meraih prestasi. Singkatnya mental juara
mereka belum kuat, belum mekar sempurna.
Sudah dipastikan tuan rumah mempertahkan gelar tunggal putri
setelah terjadi final sesama rekan senegara. Unggulan pertama, Nichaon Jindapol
dan Pornpawee Chochuwong yang dijagokan di tempat ketiga akan berebut gelar
yang tahun lalu diraih Busanan Oongbamrungphan. Pemain yang disebutkan terakhir
itu bersama tunggal terbaik, Ratchanok Intanon tidak ambil bagian di turnamen
kali ini. Begitu juga deretan pemain terbaik lainnya dari China, Jepang, India
dan Korea yang memilih tidak turun gunung.
Dalam daftar tunggal putri Thailand masih ada nama pemain
seperti Porntip Buranaprasertsuk dan Pattarasuda Chaiwan yang baru berusia 16
tahun. Amunisi Thailand untuk sektor ini cukup mumpuni, cukup menjanjikan untuk
bersaing di Piala Uber 2018. Situasi ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang
masih harus bekerja keras karena beberapa langkah tertinggal di belakang Negeri
Gajah Putih.
Tugas Meme dan tim untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Kita
berharap Meme dan tim bisa mendapatkan formula terbaik untuk menempa
bibit-bibit potensial yang ada saat ini sambil menjaga rantai regenerasi agar
terus berkesibambungan. Kita akan melihat bagaimana Meme mengatasi kekurangan
demi kekurangan yang ada di sektor ini.
Setelah Thailand Masters yang jauh dari hasil memuaskan,
tunggal putri Indonesia akan dihadapkan pada tantangan berat selanjutnya.
Malaysia Masters dan Indonesia Masters yang segera menjelang kembali
mempertemukan para pemain Indonesia dengan para unggulan sejak babak awal. Di
Malaysia Masters yang mulai bergulir Selasa pekan depan, Fitriani sudah harus
berhadapan dengan Intanon. Sementara Hanna Ramadini bersua pemain nomor tiga
dunia, Sindhu PV.
Hanna berpeluang diuji lagi pekan berikutnya oleh Sindhu di
Indonesia Masters. Sementara Dinar akan menantang Carolina Marin dan Gregoria
Mariska akan bertarung dengan sesama pemain muda, Goh Jin Wei dari Malaysia.
Pertemuan tersebut bukan mustahil terjadi, meski untuk itu mereka harus
melewati babak kualifikasi terlebih dahulu.
Kita menanti sejauh mana para pemain Indonesia itu
menghadapi tantangan demi tantangan yang datang silih berganti. Selain menuntut
kerja keras memperbaiki teknik, hal penting lainnya adalah kesiapan mental. Bila
terus menerus ditantang yang kita harapkan adalah perubahan ke arah positif. Bukan
rasa kecut dan pesimisme karena selalu dihantui rasa inferior. Ini tugas berat Meme
dan kawan-kawan membuktikan bahwa penunjukkan Susy Susanti tepat adanya.
Selamat bertugas Meme!
Comments
Post a Comment