Cinta dalam Islah Cinta Dini Fitria
Dini Fitria (kanan) saat peluncuran Islah Cinta |
Ketika konflik berbau agama mengemuka, pertanyaan tentang
urgensi agama kerap meletup. Dalam nada penuh keputusasaan kita bertanya: Apa
benar agama mengajarkan benci dan kekerasan? Bila agama menjadi sumber petaka,
masih pentingkah agama dipertahankan?
Indonesia hari ini adalah contoh paling nyata bagaimana
hidup keagamaan sedang diuji. Ujaran kebencian (hate speech), hasutan
destruktif, syak wasangka hingga ajakan perang atas nama agama mudah ditemukan
di mana-mana, baik di jagad maya maupun dunia nyata. Semua itu nyaris menjadi
santapan sehari-hari. Agama benar-benar
tengah berada di persimpangan jalan, berada dalam ketegangan karena tarikan
aneka kepentingan yang saling bertolak belakang.
Dalam situasi seperti ini terkadang kita mudah terjebak,
lantas jatuh dalam pusaran persoalan. Kita lupa bertanya diri. Apakah adab dan
hidup keagamaan saya telah sesuai dengan sumber-sumber ajaran yang
sesungguhnya? Apakah praktik keagamaan sudah terkonfirmasi secara sadar dan
kritis dengan apa yang tercetak di helai-helai Kita Suci? Apakah hidup saya
adalah perwujudan antara iman dan perbuatan.
Membuka hati dan mata pada sesuatu di luar diri adalah
penting agar tidak terjebak dalam kesesatan. Islah Cinta, karya teranyar Dini
Fitria hadir di saat yang tepat. Setelah menelurkan Muhasabah Cinta dan Hijrah
Cinta, wanita kelahiran Padang, 23 Maret 1982 itu meluncurkan novel terbarunya
itu pada Jumat, 9 Juni 2017 lalu.
Bertempat di kantor Falcon Publishing, penerbit yang turut
membidani kelahiran Islah Cinta, Dini menghadirkan Islah Cinta kepada para
pembaca. Bila di Muhasabah Cinta, Dini berkisah tentang petualangan di enam
negara Eropa, di Islah Cinta latar dan setting berpindah ke India. Meski begitu
jalinan kisah dan hubungan antar tokoh masih saling bertaut dengan Diva sebagai
tokoh utama. Karena itu ketiga buku ini merangkai satu trilogi yang oleh Falcon
Publishing disebut “Serial Cinta.”
Walau membentuk trilogi sebenarnya ketiga buku tersebut bisa
dipilah dan dibaca secara terpisah. Seperti kata Dini, “Ini trilogi yang tidak
berkesinambungan dan bisa berdiri sendiri. Jadi enggak masalah kalau langsung
baca yang Islah Cinta ini tanpa harus baca dua judul yang sebelumnya.”
Trilogi "Serial Cinta" |
Cinta sejati
Dengan tanpa mengabaikan kedua buku sebelumnya, Islah Cinta
mengemuka sebagai novel dengan banyak wajah. Ada kisah tentang perjalanan,
religi dan cinta di sana. India menjadi locus cerita, sekaligus tempat dari
mana kita mendapat banyak inspirasi.
Menggarap banyak tema dan menjalinnya menjadi satu kesatuan
cerita yang mengalir dan enak dibaca jelas tak mudah. Apalagi berisi
fakta-fakta historis dan sosial kultural yang tidak bisa direkayasa begitu saja
dan hanya bisa dibahasakan. Untuk keperluan penulisan Dini dua kali melakukan
riset ke India, dan total menghabiskan enam bulan untuk menyelesaikan proyek
tersebut.
Tentang proses kreatif kapabilitas Dini jelas tak perlu
diragukan. Ia terlahir dari keluarga penulis dan telah mengakrabi dunia
tersebut selama bertahun-tahun. Kepiawaian menulis dipadu wawasan yang mumpuni
membuat Islah Cinta tidak sekadar karya fiksi belaka.
Dini mengaku 80 persen dari buku ini adalah kisah nyata.
True story tentang dirinya. Sehingga Diva tidak lain adalah alter ego-nya. Cerita
bermula saat Diva mendapat tugas liputan di India. Bersama Jay, keduanya
menggarap liputan tentang kekayaan religi India untuk sebuah program televisi
swasta di tanah air.
Perjalanan yang semula sangat dinanti berubah menjadi kelam.
Di sana takdir mempertemukan Diva dengan pria masa lalunya. Rasa sakit dan
kecewa ditinggal pergi begitu saja empat tahun lalu masih membekas. Kemurungan
pun menyergap, membuat hari-hari pengambilan gambar menjadi tak bersemangat.
Lelaki dari masa lalu Diva itu bernama Andrean. Ia memilih
menyebutnya Matahari.Sebagai pemandu (guide) keberadaan Andrean tak bisa
ditampik. Ia jelas lebih tahu tentang seluk beluk India dan segala hal yang
dibutuhkan demi kesuksesan program tersebut.
Meski tugasnya mengekplorasi kekayaan religi dengan warisan
kejayaan yang masih kentara, batin Diva menyembulkan dilema, bila tidak ingin
disebut protes. “Bagaimana bisa aku menemukan kaidah Islam yang penuh cinta di
tengah kebencian yang makin menyeruak dengan munculnya wajah dan luka lama?”
Dengan apik Dini menyajikan konflik batin Diva yang cukup
kompleks. Tidak hanya tentang panggilan profesional yang bertumbukan dengan
benci dan sakit hati, juga tentang kehadiran sosok-sosok masa lalu lainnya.
Maher muncul dengan segala pesan rindu dan harapan untuk move on dari masa lalu. Namun Diva tidak cukup kuat untuk berbohong
bahwa di sudut hatinya masih ada rasa rindu untuk kembali pulang pada cinta
pertama.
Menggarap segala konflik itu jelas tidak mudah. Tentang ini
Dini mengaku, “Kesulitannya sih paling karena saya selalu masuk ke dalam
cerita-cerita yang saya buat jadi saya suka kayak sakit jiwa sendiri. “
Hari-hari penjelajalan kekayaan budaya India tak ubahnya
ziarah cinta Diva. Muncul pertanyaan-pertanyaan eksistensial di antara rasa
kagum akan keberagaman India. Meski mayoritas beragama Hindu, negeri Hindustan
tidak sedikit dihuni oleh kaum muslim dengan hubungan yang selalu terjaga
dengan baik. Di sana sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mughal, salah satu kerajaan
Islam yang pernah menancapkan pengaruhnya di Asia Selatan, masih terawat dengan
baik.
Taman Lodhi yang mengambil nama dinasti terakhir Kesultanan
Delhi sedang menunjukkan pesonanya yang terbaik. Begitu juga Masjid Jama Delhi
tak juga kehilangan rasa takjub sebagai masjid terbesar di India sejak abad 17
silam. Tak diragukan lagi daya pikat Taj Mahal yang senantiasa membuat siapapun
tergila-gila. Diva memang datang saat India sedang berada di salah satu musim
terbaik, namun tidak dengan masa
lalunya.
Ingin hati menikmati segala keindahan alam dan budaya namun
kehadiran masa lalu terburuk benar-benar menguji batinnya. Apakah ia harus
membuka pintu maaf melihat keseriusan Andrean memintanya memberi kesempatan
kedua? Apakah sudah saatnya ia menutup rapat-rapat lembaran kelam masa silam
dan bersiap membuka lembaran baru dengan Maher yang menantinya dengan cinta
yang tulus dan tanpa syarat?
Saat hati Diva mulai luluh, dan cinta pertama yang konon
kabarnya tak pernah mati itu kembali bergetar, Andrean sedang menantikan buah
cinta dari wanita yang sangat mencintainya. Apakah tetap menaruh harapan untuk
kembali bersatu dengan Andrean? Bagaimana Andrean menjelaskan semuanya pada
wanita yang telah menunjukkan kesetiaan tanpa pamrih? Bagaimana pula Diva
memberi pemahaman pada Maher yang siap membangun hidup baru bersamanya?
Foto Choirul Huda |
Perjalanan lima minggu di India bisa dengan mudah
menghasilkan 12 episode tayangan di layar kaca. Namun perang batin yang terjadi
tidak serta merta tuntas begitu saja setelah semua tugas liputan itu berakhir.
Andrean masih terus mengejar Diva. Di sisi lain Maher masih setia menanti
jawaban. Tak kalah pelik, Maktuo, masih saja menagih janjinya memperkenalkan
calon suami.
Konflik dan perang batin memang sangat kentara dalam Islah
Cinta. Sebagaimana judulnya, Islah atau kedamaian itulah yang hendak dituju.
Apa yang dimaksud dengan kedaiman itu? Kepada dan dengan siapa Diva mendapatkan
kedamaian itu? Cara Dini membawa pembaca pada penyelesaian dari segala konflik
tak kalah mengagetkan.
Dini tidak hanya menyelesaikan persoalan dengan pendekatan cinta
antarpasangan manusia. Dini mengajak setiap pembaca untuk mendapatkan pemahaman
tentang cinta yang hakiki. Cinta yang mendamaikan, tidak hanya dengan diri dan masa lalu semata. Pada salah satu bagian tertulis, “Dalam cinta tidak
cukup hanya hasrat, tapi juga pengorbanan dan rasa maaf. Tugas cinta itu adalah
memberi dan membahagiakan tanpa perlu berharap dengan hitungan yang sama.”
Namun cinta jenis itu hanya bersifat partikular. Yang
sesungguhnya disasar adalah cinta yang universal, yang menembus segala batas
perbedaan. Cinta yang mengangkat setiap orang pada taraf dan derajat yang sama
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, asal dan sumber segala cinta. Sedikit banyak,
kita mendapatkan wujudnya di India.
Informasi buku
Judul
|
Islah Cinta
|
Penulis
|
Dini Fitria
|
Penerbit
|
PT.Falcon
|
Cetakan pertama
|
Mei 2017
|
Tebal
|
408 halaman
|
Comments
Post a Comment