Lebih Sadar Masalah Pencernaan Anak Bersama EnfaClub
dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A sedang membawakan materi/foto dari Nury Sybli |
“Tahu tidak
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan?” tantang M.Nuh Nasution membuka
percakapan. Pertanyaan menohok dari Tim Ahli EnfaA+ itu membuat otak saya
berpikir keras untuk mencari jawaban yang pas. Sisa-sisa pengetahuan dari masa
lalu perlahan-lahan mulai menyembul. Setelah mendapat cukup amunisi, saya
berusaha memberi jawaban atas pertanyaan yang menjebak itu.
Itu adalah satu dari rangkaian pertanyaan penting yang
mengemuka di sela-sela acara diskusi interaktif pada Sabtu, 17 Juni 2017 lalu
di salah satu kafe di bilangan Jakarta Selatan. Diinisiasi oleh EnfaClub, acara
hari itu mengambil tema, “Tidak Semua Masalah Pencernaan Berkaitan Dengan
Alergi.”
Sekilas mengacu pada tajuk pembicaraan, pembahasan hari itu
tentu lebih seputar masalah pencernaan anak dan bagaimana keterkaitannya dengan
alergi. Poin utama yang ingin ditekankan
adalah tidak semua masalah pencernaan berhubungan dengan alergi. Dengan kata
lain, tidak semua masalah pencernaan tersebab alergi. Para narasumber yang
hadir pun sangat berkompeten untuk membuktikan pernyataan tersebut. Mereka adalah dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A,
yang berbicara panjang lebar tentang pencernaan pada anak; serta M.Nuh Nasution
yang khusus menyoroti alergi pada anak melalui tes alergi susu sapi.
Sebelum berbicara masalah pencernaan dan alergi ada baiknya
kita kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini. Sadar atau tidak, istilah pertumbuhan dan perkembangan pada manusia kerap
disamaartikan, atau lebih celaka lagi, disalahartikan. Padahal, kedua kata itu
memiliki arti berbeda.
Pertumbuhan mengacu pada pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat “irreversible” atau tidak dapat kembali lagi. Pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat proses pembelahan sel kemudian menyata dalam pertambahan tinggi badan, panjang, atau berat badan. Pertumbuhan bisa dinyatakan secara kuantitatif. Pertumbuhan seorang anak misalnya, bisa dilihat dari perubahan tinggi badan, berat badan, dan sebagainya.
Pertumbuhan mengacu pada pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat “irreversible” atau tidak dapat kembali lagi. Pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat proses pembelahan sel kemudian menyata dalam pertambahan tinggi badan, panjang, atau berat badan. Pertumbuhan bisa dinyatakan secara kuantitatif. Pertumbuhan seorang anak misalnya, bisa dilihat dari perubahan tinggi badan, berat badan, dan sebagainya.
Sementara perkembangan
lebih pada proses kualitatif menuju tingkat kedewasaan tertentu. Ia tidak dapat
dinyatakan dengan bilangan atau angka-angka, melainkan terlihat dari sifat dan
kemampuan. Saat bayi baru lahir tentu ia belum bisa berbicara. Lambat laun ia
mulai bisa mengucapkan kata-kata tertentu hingga akhirya fasih berbicara. Bila
pertumbuhan tak bisa kembali dan dibatasi oleh waktu, tidak demikian dengan
perkembangan. Hingga usia tua pun manusia tetap mengalami perkembangan, seperti
dalam mempelajari bahasa atau keterampilan tertentu.
Meski demikin
pertumbuhan dan perkembangan ibaratnya dua sisi dari sebuah koin kehidupan
manusia. Keduanya terbentuk sebagai hasil interaksi antara berbagai faktor baik
dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam bisa berupa gen, hormon, hingga nutrisi. Sementara faktor dari luar berupa lingkungan atau ruang
pergaulan.
Nutrisi yang tepat
Dengan tanpa
mengabaikan faktor-faktor lain, nutrisi yang tepat akan menentukan tumbuh-kembang
anak. Selain wajib memberikan nutrisi yang dibutuhkan anak, agar tumbuh dan
kembang si buah hati berjalan optimal maka orang tua pun harus memastikan bahwa
nutrisi yang diberikan itu bisa terserap maksimal. Agar proses penyerapan itu
bisa berjalan sempurna maka nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan kondisi
pencernaan sang anak.
Menurut dr.
Ariani Dewi Widodo, pencernaan sangat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak di masa depan. Ia menjadi kunci untuk mencapai generasi yang cerdas di
masa depan. “Makanan yang ditelah akan diserap oleh usus, selanjutnya diedarkan
oleh pembulu darah ke otak dan semua organ tubuh sehingga anak dapat manfaat
untuk mencapai kecerdasan dan pertumbuhan. Agar bisa bermanfaat maka nutrisi
itu harus diserap tubuh secara baik.”
Bila nutrisi itu tidak dicerna maka tidak ada yang bisa
diserap. Bila tidak diserap maka akan terbuang. Nutrisi itu akan dibuang ke
usus besar, selanjutnya mengalami proses fermentasi. Hasilnya dalam bentuk gas
dan asam organik. Tak pelak anak menjadi rewel, mudah menangis dan sebagainya.
Dokter Ariani
mengingatkan bila masalah pada anak ini dianggap biasa dan dibiarkan
berlarut-larut maka akan membawa dampak jangka panjang. Anak akan tumbuh
menjadi sosok hiperaktif, sering cemas, mengalami gangguan tidur, sering migrain,
dan rentan mengalami alergi-alergi lain.
Karena itu orang tua perlu memahami seluk beluk pencernaan
pada anak. Patut diingat, saat anak baru lahir pencernaannya belum berjalan sempurna. Bayi pun
dihadapkan pada persoalan gangguan pencernaan fungsional, yang mayoritas atau
sekitar 50 persen terjadi karena pencernaan belum berfungsi secara sempurna.
Sejalan dengan itu enzim-enzim pencernaan yang penting
seperti enterokinase dan laktase pun belum sepenuhnya berfungsi. Enterokinase
merupakan enzim yang berfungsi memecah protein. Sementara laktase
berperan memecah gula yang disebut laktosa. Laktosa ini ditemukan dalam
susu dan produk susu lainnya. Karena berbentuk senyawa gula besar, laktosa
tidak dapat diserap tubuh secara alami. Agar metabolisme bisa berjalan maka
tubuh memerlukan laktase untuk memecah laktosa menjadi dua partikel lebih kecil
yang disebut glukosa dan galaktosa sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.
Menurut dr. Ariani saat anak baru lahir enterokinase baru
berperan sekitar 70 persen, sementara laktase baru bisa bekerja 20 persen.
Karena itu sistem pencernaan pada bayi-bayi berusia muda tidak mudah mencerna protein dan gula dalam
bentuk utuh sehingga perlu dipecahkan terlebih dahulu.
M.Nuh sedang mengarahkan peserta untuk melakukan tes alergi susu sapi/foto Nury Sybli |
Tidak semua karena
alergi
Dengan gambaran singkat di atas maka cukup jelas kiranya
bahwa tidak semua persoalan pencernaan berkaitan atau tersebab karena alergi.
Orang tua tidak bisa serta merta mengambil kesimpulan apriori bila terjadi
masalah pada pencernaan bayi maka langsung mencarikan sebabnya pada alergi.
Alergi itu sesuatu yang wajar. Sebab, ia adalah respon
system imun tubuh terhadap sesuatu yang dianggap membahayakan bagi tubuh sehingga
menimbulkan gejala tertentu. Gejala-gejala alergi umumnya terjadi seperti
berikut ini:
- Muncul pada kulit berupa ruam kemerahan yang gatal.
- Adanya gangguan saluran pencernaan seperti muntah, mual, diare, mulas, dan sebagainya.
- Adanya gangguan saluran pernapasan seperti membengkaknya saluran hidung yang menyebabkan hidung tersumbat, timbulnya asma dan sesak napas.
- Gejala lain seperti pada mata, jantung dan pembuluh darah, serta pusing dan merasa takut-cemas.
Terkait alergi, dr.Ariani membeberkan hasil penelitian medis
bahwa prevalensi alergi pada bayi hanya berkisar 2 hingga 7 persen. Artinya,
dalam 100 anak, hanya ada tujuh anak yang berpotensi alergi. Sebagian besar
persoalan pencernaan bisa mengacu pada data berikutnya, yakni 50 persern anak
yang lahir cukup umur memiliki saluran pencernaan yang belum matang. Akibatnya,
aktivitas pencernaan termasuk yang melibatkan enzim-enzim pencernaan seperti
enterokinase dan laktase masih terbatas atau rendah.
Meski begitu, lanjut dr.Ariani, seorang anak tetap berpotensi
mengalami alergi susu sapi. Biasanya peluang terbesar terjadi alergi karena
faktor bawaan atau keturunan. “Pada bayi bisa terjadi alergi susu sapi namun tidak semua bayi bisa mengalaminya,” tegasnya.
Terjadinya alergi susu sapi dikarenakan usus bayi belum
rapat sehingga alergi dari protein susu sapi mudah masuk. Namun seiring
berjalannya waktu, usus pun semakin rapat sehingga alergi pun akan hilang. Saat
berusia satu tahun, 70 persen bayi yang semula alergi tidak akan mengalami lagi.
Sementara itu saat berusia tiga tahun hampir semua bayi (atau 90 persen) yang
mengalami alergi akan sembuh. “Lambat laun alergi itu tidak akan terjadi lagi.”
Agar tidak gegabah mengambil sikap dan tindak lanjut
sebaiknya orang tua mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
- Mencari tahu penyebab masalah lebih jauh
- Mencatat apa yang dikonsumsi anak sebelum terjadinya masalah.
- Selanjutnya berkonsultasi dengan dokter.
Selain
mengamati orang tua bisa mengambil langkah lainnya untuk memastikan apakah anak
mengalami alargi atau tidak sehingga bisa mengambil tindakan yang tepat.
Enfaclub telah menyediakan ruang digital bagi para orang tua
untuk berkonsultasi, termasuk melakukan tes alergi susu sapi. Seperti
dijelaskan M.Nuh, dengan berkunjung ke enfaclub.com/tesalergi-sususapi,
orang tua akan dibimbing untuk menjawab serangkaian pertanyaan. Dengan mengisi/tick
mark pilihan-pilihan sesuai gejala yang diderita anak, pada akhirnya orang tua
akan mengetahui apakah si buah hati mengalami alergi susu sapi atau tidak.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya terkait frekuensi
menangis (Berapa sering si kecil menangis?) dan gumoh. Lantas diarahkan untuk
memilih tipe feses si kecil. Pada bagian selanjutnya orang tua akan dihadapkan
dengan pertanyaan, “Apakah kulit si kecil terdapat gejala dermatitis atopi?”, “Apakah
pada kulit si kecil terdapat biduran?” dan “Adakah gejala pada saluran
pernapasan si kecil?” Pada akhirnya setelah mengisi data ibu dan anak, akan
muncul skor penilaian berikut analisa yang menjawab pertanyaan utama, “Apakah
si kecil mengalami alergi susu sapi atau tidak?”
Pertanyaan yang jelas dibantu dengan ilustrasi yang gamblang
sangat membantu orang tua. Selain itu, menurut informasi M.Nuh, di website
tersebut orang tua bisa bertanya lebih jauh hingga mendapat informasi yang
jelas dan akurat. Jadi dengan gawai di tangan, orang tua akan sangat terbantu
untuk mengetahui kondisi sang buah hati.
Diagnosis dan rekomendasi setelah melewati serangkaian tes alergi susu sapi. |
Pertanyaan penting, bagaimana bila hasil tes menunjukkan
bayi menderita alergi susu sapi? Pastinya, orang tua tidak perlu panik. Tetap tenang adalah sikap terbaik.
Selanjutnya membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan tindakan medis yang benar.
Dokter Ariani juga menganjurkan agar berhenti mengkonsumsi
susu, makanan atau minuman yang mengandung susu. Tak kalah penting, “ganti susu
sapi dengan produk lain. Utamakan ASI karena ia paling sesui dengan kebutuhan
bayi.”
MeadJhonson produk pilihan
Untuk mendukung tumbuh dan kembang anak, orang tua selalu
menyertai suplemen seperti susu. Terutama pada ibu yang mengalami masalah
dengan ASI, susu formula selalu menjadi pelarian utama. Alasannya, bayi tidak bisa tidak
membutuhkan pasokan nutrisi agar tumbuh-kembangnya terjaga.
Langkah terbaik
adalah mengkonsumsi susu formula dengan protein yang telah terhidrolisa
ekstensif seperti formula Nutramigen LLG dari Mead Johnson. M.Nuh Nasution
menjelaskan, produk MeadJohnson telah disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi pencernaan setiap anak. Produk MeadJohnson misalnya, telah
memperhitungkan tingkat kebutuhan nutrisi seperti protein bagi anak dengan
menjaga komposisi W (cair) dan KCL (gumpal) dalam susu.
Prdouk MeadJohnson berusaha menciptakan formula susu
seperti ASI dengan W 60 persen dan KCL 40 pesen. Dengan demikian protein
tersebut mudah dipecah sehingga gampang dicerna oleh bayi, termasuk pada
bayi sensitif atau dengan enzim
enterokinase sedikit.
Perusahaan yang telah berusia lebih dari seabad ini, sejak
didirikan Edward Mead Johnson, Sr. pada 1905, terus melakuan inovasi. Kini hadir aneka
produk makanan bayi, hingga susu formula seperti Enfa A+ (Enfa Mama A+, Enfagrow A+3 untuk usia 1 – 3
tahun, Enfagrow A+ 4 untuk usia 3 – 12
tahun).
Dari berbagai produk
yang tersedia, MeadJohnson juga tak lupa menyediakan produk untuk mengatasi bayi alergi susu sapi.
Produk tersebut dilengkapi pula unsur probiotik yang turut berperan menyembuhkan
persoalan alergi pada anak.
Salah satu produk terbaik itu adalah EnfaGrow
A+ gantle care. Susu formula ini diperuntukan bagi anak yang mengalami
ketidaknyamanan dengan pencernaan seperti perut kembung atau sering buang
angin. Dengan teknologi PHP (Partially
Hydrolyzed Protein) kandungan protein yang tersaji lebih halus sehingga mudah dicerna pada bayi dengan pencernaan yang sensitif. Susu tersebut dilengkapi nutrisi penting
seperti Omega 3 dan omega 6, Kalsium, Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B1, B6 dan
vitamin B12, yang sangat berperan penting mendukung tumbuh dan kembangnya.
Contoh produk/foto Nury Sybli |
Periode emas
Acara hari itu dilengkapi dengan kehadiran Group Head
Digital Zenit Optimedia Parjono Sudiono yang membahas “Cara Membuat Artikel SEO
Friendly”. Materi yang disajikan memberi warna berbeda sekaligus menambah wawasan
para blogger, sehingga bisa berkomunikasi lebih luas di dunia digital.
Menindaklanjuti informasi dari Parjono, para perserta pun
tertantang untuk menghasilkan tulisan yang bisa dijangkau lebih luas sehingga
manfaatnya bisa dirasakan oleh semakin banyak orang. Tema yang diangkat hari
itu sangat penting dan relevan. Tumbuh dan kembang anak adalah hal penting yang patut dipahami oleh orang tua dan calon orang. Lebih jauh, soal ini pun
tidak hanya menjadi perhatian para orang tua semata.
Parjono Sudiono/foto Feryana Sari |
Pemerintah pun merasa perlu ikut campur. Bagaimanapun juga
masa depan bangsa terletak di tangan anak-anak kita. Sudah sejak 30
Oktober 2013 silam pemerintah meluncurkan “Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan.” Gerakan ini menggarisbawahi
pentingnya perhatian optimal pada 1000 hari pertama kelahiran. Sejak masa
kehamilan hingga usia dua tahun anak mengalami apa yang disebut “window of
oppurtunity” atau periode emas.
Selama periode emas itu segala kebutuhan anak harus
tercukupi secara seimbang sehingga perkembangan dan pertumbuhannya berjalan
optimal. Tak terkecuali soal nutrisi yang tepat dengan menaruh perhatian pada urusan
pencernaan. Bagaimanapun juga pencernaan adalah kunci menuju tumbuh-kembang
anak secara optimal.
Ahirnya, menyitir pernyataan Dudi Adrian, perwakilan dari EnfaClub
saat membuka acara hari itu, orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan yang
cukup sebelum menyerahkan segala persoalan kepada dokter. Pada titik ini saya pun tersadar, betapa luhurnya status sebagai orang tua, dan betapa sarat tanggung jawab untuk memenuhi panggilan luhur itu.
Terima kasih EnfaClub atas penyadaran hari itu!
Terima kasih EnfaClub atas penyadaran hari itu!
bener banget nih, setelah 1thn alergi susu sapi anak saya semakin berkurang, bahkan sekarang sudah gak alergi susu sapi lagi 😊
ReplyDeleteTerima kasih udah mampir mba
DeleteKalau saya paling ingat dari Bpk. Adrian: sekali salah mengambil asumsi (atas gejala masalah pencernaan anak), maka langkah seterusnya akan salah terus. Jadi orangtua memang perlu belajar terus mulai dari sebelum si anak lahir.
ReplyDeletekumplittt infonya. makasi ya
ReplyDeletenutrisi yang tepat emang penting banget ya untuk mendukung tumbuh kembang anak. makasih mas ilmunya
ReplyDelete