Ur-Farm, Inovasi Membongkar Mitos Petani Miskin
Dari kanan-kiri:Priscilla Siregar (moderator), Dea Salsabila
Amira, Bayu Krisnamurthi dan Said Abdullah.
|
Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited
to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world,
and all there ever will be to know and understand.
(Albert Einstein)
Ketika berbicara tentang petani, apa yang terbersit di
pikiran Anda? Secara apriori kadang muncul anggapan bahwa petani itu miskin. Pofesi
petani itu diklaim lekat dengan kemiskinan. Tak pelak pekerjaan tersebut kerap
dipandang sebelah mata. Bukan lagi lahan hidup yang menjanjikan sehingga sama
sekali jarang dilirik oleh lulusan sarjana.
Mitos ini ini akhirnya terbongkar. Adalah Dr.Bayu
Krisnamurthi, wakil Menteri Pertanian RI 2010-2011 mengemukakan fakta
mengejutkan saat tampil dalam seminar “A New Wave of Sustainable” di @america
yang terletak di salah satu pusat bisnis di bilangan Jakarta Pusat, Jumat
(19/05/2017) malam lalu. Dalam seminar yang juga menghadirkan Said Abdullah,
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan dan Dea Salsabila
Amira, pendiri sekaligus CEO Ur-Farm, Bayu membuka data bahwa enam dari 10
perusahaan terbesar di Indonesia, di luar migas, adalah perusahaan pertanian.
Secara individu, 12 dari 20 orang terkaya di tanah air memiliki basis bisnis di
bidang pertanian.
Anggapan minor tentang profesi pertanian tersebut dengan sendirinya terpatahkan. Selama ini kita
seperti terjebak dalam anggapan sesat. Pria kelahiran Manado, 8 Oktober 52
tahun silam itu menduga kita terlalu dininabobokan oleh stigma tersebut.
“Jangan-jangan anggapan tersebut sengaja dipelihara supaya
jangan ada yang masuk dalam dunia pertanian sehingga bisa menjadi pesaing,”
ungkap dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu disambut tawa peserta.
Sebagaimana terbukti dalam kekayaan yang diraup orang-orang
kaya yang bergerak di bidang pertanian ruang hidup kita sejatinya
mengkondisikan untuk mendapat banyak keuntungan. Kebutuhan akan pangan
menempati urutan teratas dari daftar kebutuhan hidup manusia. Di setiap sudut
ruang hidup manusia jamak ditemui produk-produk pertanian dalam segala bentuk
dan jenis.
Saat memasuki pusat perbelanjaan misalnya, mudah dijumpai
gerai-gerai makanan. Begitu juga tempat-tempat yang menjajakan hasil pertanian.
Situasi ini jelas menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk pertanian tidak
akan pernah berhenti. Malah terus naik seiring tingkat permintaan yang kian meningkat
karena jumlah konsumen yang semakin bertambah. Populasi penduduk akan terus
bertambah berbarengan dengan itu tuntutan kebutuhan pun meningkat.
Dr.Bayu Krisnamurthi. |
Menjaga keberlanjutan
Pertanian memang menjadi salah satu sumber utama kehidupan
manusia. Namun menjaga keberlanjutan (sustainability) bukan pekerjaan mudah. Saat
ini lahan pertanian semakin sedikit. Secara serta merta kita bisa mengatakan
bahwa lahar pertanian masih tersedia malah tren membuka lahan pertanian baru
semaikin meningkat. Secara kumulatif terlihat besar dan memadai. Namun Bayu
mengingatkan bahwa kenyataan tersebut jangan sampai mengecoh kita.
Pasalnya fakta menunjukkan bahwa lahan pertanian per kapita
semakin menurun. Tren penurunan ini terus terjadi dari tahun ke tahun. Bila tidak
dicegah maka bukan tidak mungkin pada tahun 2050 total produksi pertanian hanya
akan ditopang oleh 0,15 ha per orang. Bisa diperkirakan betapa jumlah penduduk
dunia saat itu sehingga bisa dibayangkan seberapa besar tingkat permintaan dari
dunia pertanian.
Karena itu sosok yang pernah menjabat Wakil Menteri
Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II memastikan bahwa keberlanjutan
adalah harga mati. Keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebagai bagian dari
usaha menjaga keberlangsungan ini maka perlu menyasar sejumlah titik krusial.
Pertama, konsumen.
Ini adalah titik paling penting dari sustainability.
Konsumen adalah kunci yang menentukan keberlanjutan itu. Sudah pasti semua
orang ingin makan. Makanan itu berasal dari pangan. Seperti kata Bayu, “Tidak
ada industri lain yang bisa menyediakan pangan selain pertanian.”
Di samping food hal
lain yang tak kalah penting adalah feed (pakan).
Pakan ini menjadi sumber makanan bagi ternak yang nantinya dikonsumsi oleh
manusia.
Kedua, produk yang
dihasilkan tidak semata-mata menghasilkan output dari pertanian. Bayu mengambil
contoh kosmetik seperti shampo orang-aring atau lidah buaya. Kandungan lidah
buaya atau produk pertanian dalam sebotol shampo tersebut tidak labih dari 4
persen. Selebihnya dalah hasil dari marketing, branding, packaging, ramuan dan
lain-lain. Tantangan dalam keberlanjutan itu adalah mengelola unsur besar, 96
persen itu.
Ketiga, mengelola permintaan
yang terus meningkat (rise of cusumption).
Dunia sedang dihadapakan pada dua kenyataan yang saling bertolak belakang. Di satu
sisi permintaan terhadap produk pertanian meningkat, sementara di sisi lain
masih jamak ditemukan kemiskinan dan kelaparan.
Ironisnya di banyak negara jumlah makanan sisa yang terbuang
sia-sia tak sedikit jumlahnya. Keberlanjutan tidak bisa dijaga bila kemiskinan
masih saja terjadi dan kelaparan masih mengemuka. Syarat terciptanya
keberlanjutan adalah tidak adanya kemiskinan dan kelaparan (sero hunger).
“Sustainable bukan hanya dari sisi lingkungan yang lestari
tetapi secara keseluruhan,”tegas Bayu.
Inovasi
Ini menjadi poin penting yang ditekankan Bayu. Tidak ada
cara lain untuk menjaga keberlangsungan itu bila tidak ada inovasi. Saat ini
banyak bermunculan produk-produk yang berasal dari serat nabati. Di bidang
energi, selain matahari, sumber energi terbesar kedua adalah biofuel dan
biomasa.
Jepang sedang giat mengembangkan biomasa dan perlahan-lahan
mengurangi ketergantungan pada nuklir. Sumber energi alternatif yang dikembangkan
adalah memadukan antara batubara dan 20 persen biomasa. Selain itu Tiongkok
misalnya sedang mengembangkan gedung yang dijadikan sebagai medan bercocok
tanam, sebagai alternatif lahan pertanian.
Inovasi yang bisa dimunculkan akan berpelukan dengan tingkat
kebutuhan akan pertanian yang kian meningkat. Saat ini di Indonesia khususnya
barang yang dihasilkan lebih kecil dari yang dikonsumsi. Ini adalah peluang,
pasar yang bisa digarap. Apalagi di kota-kota besar yang memiliki kesulitan
untuk mendapatkan pasokan bahan pertanian secara cepat kebutuhan akan sayuran
semakin meningkat. Begitu juga permintaan terhadap produk-produk pertanian
organik.
Salah satu bentuk inovasi lain yang kasat mata adalah pada
sejumlah jaringan toko swalayan yang kian menjamur di tanah air. Menurut Bayu
keberhasilan mereka tidak semata-mata ditentukan oleh aset, tetapi lebih pada
kemampuan mengatasi jalur distribusi. Menciptakan inovasi untuk memangkas
rantai distribusi sehingga barang apapun bisa sampai ke toko paling lama 6 jam.
Terobosan Ur-Farm
Cara yang ditempuh oleh beberapa jaringan toko swalayan itu
sedang dilakukan dalam bentuk lain oleh Ur-Farm. Dea Salsabila terdorong
membentuk Ur-Farm pada 2016 lalu didorong oleh sejumlah alasan mendasar. Posisi
tawar petani yang lemah di hadapan para tengkulak sehingga tidak tercipta
perdagangan yang adil, sehingga profit yang diperoleh para petani sangat kecil.
Di sisi lain mayoritas petani tamatan Sekolah Dasar. Latar belakang
ini jelas menghambat inovasi dalam bidang pertanian. Sementara itu tingkat
konsumsi dan kebutuhan di perkotaan, terutama terhadap bahan pertanian organik,
kian meningkat. Sekalipun masih bercokol anggapan bahwa produk pertanian mahal
dan langka, tingkat permintaan tidak pernah berkurang.
Didahului oleh business
camp di Amerika Serikat dan beberapa kesempatan tampil di forum
internasional, Dea yang telah berbisnis dari SMA mantap untuk mengembangkan
Ur-Farm. Tujuannya untuk menjawab pertanyaan kunci. Apakah mungkin bisnis
mempunyai dampak sosial?
Dea Salsabila. |
Melalui Ur-Farm, Dea berusaha menjawab pertanyaan dasar
tersebut. Fokus pada pertanian organik, Ur-Farm menjadi marketplace untuk
mengbubungkan petani organik dengan konsumen. Persoalan utama dalam rantai
distribusi yang membuat petani kerap dirugikan adalah panjangnya rantai
distribusi. Terjadinya ketimpangan harga antara harga beli dari petani yang
rendah sementara harga jual melangit coba diatasi dengan Ur-Farm.
Melalui Ur-Farm, para petani akan langsung terhubung dengan
konsumen sehingga mendapat imbal hasil yang memadai. Ur-Farm mengedepankan
konsep “local farming” untuk membantu menyejahterakan petani Indonesia
sekaligus membantu konsumen mendapatkan produk organik dengan mudah dan dengan
harga terjangkau.
Ur-Farm telah menjadi wadah bagi puluhan petani, meski masih
sebatas dari Pulau Jawa dan Bali, dengan konsumen terdaftar telah mencapai
ribuan orang yang didominasi penduduk Jabodetabek. Meski begitu kehadiran
Ur-Farm sedikit banyak telah membantu mengatasi persoalan dan menjamin
kebutuhan akan produk organik.
Saat berkunjung ke Ur-Farm akan ditemukan berbagai produk
tidak hanya makanan organik semata. Tersedia pula skin care, grouper fish,
snacks, benih, dan sayur mayur. Bahkan Ur-Farm baru saja merilis satu produk baru
berupa buku tulis yang masih tetap berguna setelah dipakai. Kertas yang telah
dipakai bisa ditanam dalam tanah maka akan menghasilkan tanaman.
Menurutnya, Ur-Farm ingin memberikan harga yang adil untuk
petani Indonesia. Dengan begitu, kesejahteraannya akan meningkat. Selain itu,
Ur-Farm juga menyediakan platfrom penjualan mulai dari hulu sampai hilir untuk quality
control-nya. Mulai dari transportasinya, material handling, packaging, hingga
produk sampai ke konsumen.
Bagi konsumen proses mendapatkan produk dari Ur-Fam sangat
mudah, apalagi telah hadir dalam bentuk mobile.
Begitu juga dari pihak petani. Selain mendapat bagi hasil yang adil, para
petani mendapat kemudahan mulai dari tahap awal hingga pemasaran.
Tampilan website Ur-Farm |
Hingga titik ini Ur-Farm masih akan terus berinovasi. Fitur-fitur
mutakhir terus dihadirkan seperti fitur chat online dengan nutritonist untuk
memastikan asupan gizi bagi tubuh. Di samping itu menyediakan fitur pre-order
untuk melakukan pemesanan sebelum masa panen tiba.
Langkah dan terobosan yang dilakukan Ur-Farm tidak lain dari
upaya untuk ambil bagian dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang
secara khusus ambil bagian dalam 4 dari 17 tujuan yang ditentukan Perserikatan
Bangsa-Bangsa itu.
Apa yang dilakukan Ur-Farm adalah bagian dari upaya
membongkar mitos tentang petani. Proyek bisnis kemanusiaan Dea Salsabila tidak
lain dari usaha reposisi terhadap pertanian. Bayu Krisnamurthi menilai ada yang
salah dengan cara pandang kita terhadap pertanian.
“Bila hanya dipandang sebagai cara bercocok tanam dan tidak
paham market. Jadinya “ditentukan” bukan “menentukan”. Maka akan terus miskin
bila terus “ditentukan.’”
Akhirnya seperti yang telah ditunjukkan Ur-Farm sudah
saatnya kita mengubah paradigma tentang dunia pertanian dan petani.
Memanfaatkan potensi pertanian tidak semata-mata sebagai dunia agrikultur
tetapi juga agribisnis.
Kunci kesuksesan bisnis pertanian terletak pada kreativitas dan
inovasi yang bersumber dari imajinasi. Alasannya, meminjam ungkapan terkenal
dari ilmuwan terbesar abad 20, Albert Einstein, Bayu berdalih bahwa imajinasi
tidak punya titik batas.
Comments
Post a Comment