Sejarah yang Menyertai Marcus/Kevin di Final All England 2017
Marcus/Kevin menatap juara All England 2017/badmintonindonesia.org |
Perlahan tetapi pasti , begitulah langkah
pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di All
England 2017. Turnamen tertua di dunia yang sedang berlangsung di BarclayCard
Arena, Birmingham ini telah memastuki partai puncak. Marcus/Kevin salah satu
yang akan berburu gelar super series premier pertama di tahun ini.
Tahun lalu Marcus/Kevin mencuri perhatian.
Tiga gelar berhasil diraih masing-masing di India, Australia dan China. Dua yang pertama adalah level super series, sementara turnamen China Open itu satu tingkat dengan All England. Dan sekarang saatnya bagi mereka mengoleksi gelar prestisius sekaligus tertua di dunia. Terlepas dari hasil final yang akan dihelat hari ini, Marcus/Kevin
akan kembali ke rangking dua dunia yang pernah mereka pijaki pada bulan Oktober
tahun 2016.
Lantas bagaimana peluang Marcus/Kevin hari
ini? Kemenangan atas Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding membuktikan bahwa
unggulan lima ini sudah bisa “move on” dari statistik pertemuan yang buruk.
Sebelum kedua pasangan bertemu di semi final ini, Marcus/Kevin dua kali
bertekuk lutut. Salah satunya terjadi di babak perempat final All England 2015.
Saat itu duo Mads menang rubber set 11-21 21-10 dan 13-21.
Tetapi kali ini dalam situasi dan perjuangan
yang nyaris sama Marcus/Kevin sukses balas dendam. Hal ini berbeda dengan
pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang belum bisa
melewati wakil tuan rumah Chris
Adcock/Gabrielle Adcock di babak delapan besar, seperti tahun lalu.
Jujus, Marcus/Kevin benar-benar kewalahan
meladeni pasangan Denmark itu di set pertama. Postur tubuh dan daya jangkau
wakil Eropa itu begitu memadai sehingga menyulitkan wakil semata wayang
Indonesia ini untuk mendapat poin.
Marcus mengakui hal itu.”Mau main gimana juga
mereka bolanya dapat terus, masuk terus.” Meski berhasil memberi perlawanan dan
menjaga jarak game pertama akhirnya direbut duo Mads, 19-21.
Di game kedua pasangan Denmark itu membuat
Marcus/Kevin ketar ketir. Hingga setelah rehat interval pertama lawan masih
memimpin dalam kedudukan 10-12. Kesabaran dan ketenangan, seperti yang
diperlihatkan di babak-babak sebelumnya, menjadi formula ampuh dalam
situasi-situasi sulit.
Perlahan tetapi pasti keduanya mengejar lantas
membalikkan keadaan untuk menyamakan kedudukan. Perang di game penentuan tak
terhindarkan. Smes keras Kolding benar-benar menguji pertahanan Marcus/Kevin.
Begitu juga rotasi mereka yang rapih membuat wakil Indonesia harus ekstra keras
mendapatkan poin. Laga berdurasi 69 menit itu akhirnya menjadi milik Indonesia
dengan skor akhir 19-21 21-13 dan 21-17.
“Kami bermain cukup tenang dan tidak
terburu-buru. Karena Kolding punya smash yang cukup kencang. Dia juga mainnya
rapi. Di poin-poin akhir kami main lebih tenang,”beber Kevin.
Satu langkah lagi Marcus/Kevin akan mengukir
sejarah. Bila mampu membawa pulang gelar ke tanah air maka keduanya akan
menjaga nama Indonesia yang tahun lalu sukses dengan satu gelar melalui ganda
campuran, Praveen Jordan/Debby Susanto. Selain itu mengakhiri hasil kurang
meyakinkan dala dua tahun terakhir setelah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan naik
podium tertinggi pada 2014.
Keduanya pun akan berada dalam daftar panjang para
juara sejak Christian Hadinata/Ade Chandra (1972 dan 1973), Tjuun Tjun/Johan
Wahjudi (1974, 1975, 1977, 1978, 1979, 1980), Rudy Heryanto/Harimanto Kartono
(1981, 1984), Rudy Gunawan/Eddy Hartono (1992), Rudy Gunawan/Bambang Suprianto
(1994), Rexy Mainaky/Ricky Subagja (1995 dan 1996), Tony Gunawan/ Candra Wijaya
(1999), Tony Gunawan/Halim Haryanto (2001), Sigit Budiarto/Candra Wijaya (2003)
hingga 11 tahun kemudian, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (2014).
Hendra/Ahsan, ganda putra Indonesia terakhir yang juara All England/badmintonindonesia.org |
Namun satu langkah ini menuntut perjuangan
keras. Jangan sampai antiklimaks. Berburu gelar dengan Li Junhui/Liu Yuchen
asal China sungguh tidak mudah. Seperti duo Mads, sebelum laga ini Marcus/Kevin
kurang diuntungkan dengan statistik pertemuan. Sekali pertemuan sebelumnya di
Vietnam Open 2015 menjadi milik Li/Liu. Saat itu wakil Negeri Tirai Bambu itu
menang, 21-15 21-23 18-21.
Bila Marcus/Kevin mampu menghadang Li/Liu maka
peluang China untuk meraih gelar terbanyak berkurang. Selain di ganda putra,
China juga mengirim dua wakil di ganda campuran dan tunggal putra melalui Lu
Kai/Huang Yaqiong (5) dan Shi Yuqi.
Lu/Huang dan Shu akan menghadapi wakil
Malaysia Peng Soon Chan/Liu Ying Goh (6) dan Lee Chong Wei (1). Menarik
membicarakan Shi Yuqi. Status dan pengalaman jelas mengunggulkan Chong Wei. Namun
sepak terjangnya hingga ke final membuat pemuda 21 tahun ini patut
diperhitungkan. Apalagi di partai semi final sukses merontokkan seniornya Lin
Dan.
Shi terbukti mampu
mengungguli Super Dan yang kaya pengalaman dan jam terbang di turnamen elit
dunia. Peraih emas Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 itu menyerah dua game
langsung, 24-22, 21-11 dari sang junior dalam laga berdurasi 50 menit. Sekaligus menggagalkan
peluang terciptanya final antara dua pemain senior yang saling bersaing di
lapangan tetapi karib di luar arena.
Mampukah Shi membuat
kejutan pamungkas? Dua pertemuan terakhir menjadi milik Chong Wei termasuk laga
terkini di Japan Open tahun lalu. Performa apik Shi begitu juga konsistensi
Chong Wei membuat laga ini bakal berlangsung sengit.
Sementara di dua nomor lainnya akan
diperebutkan oleh Korea Selatan, Denmark, Taiwan dan Thailand. Di
ganda putri akan mempertemukan Chang Ye Na/Lee So Hee (4)dari Korea Selatan vs pasangan senior Denmark, Kamillla
Rytter Juhl/Christina Pedersen (2). Rekor pertemuan berpihak pada wakil Negeri
Ginseng yang memenangkan dua dari tiga pertemuan. Tetapi di pertemuan terkhir
di Olimpiade Rio 2016, Kamilla/Christina menang setelah melewati pertarungan
sengit tiga game, 26-28, 21-18 dan 15-21.
Duel sengit antara dua pemain muda akan
menutup babak final, unggulan teratas dari Taiwan Tai Tzu Ying kontra Ratchanok
Intanon (5) asal Thailand.
Keduanya sudah 13 kali bertemu
dengan tujuh dari antaranya dimenangkan Ratchanok. Namun kemenangan pada
pertemuan terakhir di Dubai Super Series Finals 2016 menjadi modal bagi Tzu
untuk menyempurnakan statusnya sebagai ratu bulu tangkis putri dunia.
N.B
Pertandingan final, Minggu (12/3) disiarkan
secara langsung di Kompas TV mulai pukul 19.00 WIB.
Jadwal pertandingan final/@INABadminton |
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 12 Maret 2017.
Comments
Post a Comment