Sean Gelael, Putra Taipan Mulus Menuju F1


Sean Gelael/autosport.com

Entah kabar gembira atau sebaliknya menyusul pengumuman tim Scuderia Toro Rosso bahwa salah satu pebalap muda Indonesia, Sean Gelael akan menjadi pebalap penguji (test driver) di tiga seri Formula 1 musim 2017. Artinya, Sean akan naik kelas dari GP2 atau  sekarang disebut Formula 2 yang dijalaninya selama setahun terakhir ke ajang balap mobil paling prestisius itu. 

Meski demikian status pebalap 20 tahun itu tidak lebih dari pebalap penguji, karena tim tersebut sudah memiliki dua pebalap utama yakni Carloz Sainz Jr  asal Spanyol dan Daniil Kvyat dari Rusia. Seandanya salah satu dari keduanya bermasalah atau berhalang, masih ada Pierre Gasly dari Prancis sebagai pebalap cadangan.

Sean dipercaya menguji Toro Rosso STR12 dalam tiga tes resmi F1 masing-masing di Sirkuit Bahrain (18-19 April) selanjutnya di Hungaria  pada Agustus dan Abu Dhabi. Selebihnya ia tetap menjadi pebalap  penuh di ajang F2 bersama driver Prancis, Norman Nato di tim Pertamina Arden. 

Tentu ini kesempatan emas bagi Sean. Tidak semua pebalap muda mendapat kesempatan melaju di lintasan F1. Ditambah lagi Sean menjadi orang pertama dari luar Toro Rosso maupun Red Bull yang dipercaya sebagai pebalap penguji. 

Toro Rosso dan Red Bull, begitu juga tim F1 umumnya selalu mengutamakan pebalap binaan untuk merasakan pengalaman di jenjang lebih tinggi. Entah mengapa kesempatan itu datang pada Sean.

Toro Rosso dan Red Bull berada di satu tangan pemilik. Kedua tim itu empunya perusahaan minuman berenergi asal Austria, Red Bull GmbH. Toro Rosso disebut juga sebagai tim Red Bull junior setelah Red Bull membeli tim yang semula bernama Minardi itu dari pebisnis Australia, Paul Stoddart pada akhir 2005.
Meski begitu bisa diduga kesempatan yang datang pada Sean tak lepas dari hubungan antara kedua tim itu dengan Tim Arden Motosport. Tim Arden didirikan oleh Garry Horner yang tak lain ayah kandung dari bos Red Bull, Christian Horner.

Sean mengaku tawaran tersebut datang seperti mimpi, tak terduga tetapi sungguh indah. Seperti ditulis di jejaring instagramnya, Sean  menyambut gembira hal itu sambil beritikad tidak akan sampai berhenti sebagai pebalap penguji semata. “Saya tahu masih banyak hal yang harus saya buktikan, dan saya tidak akan berhenti hingga mencapainya.”

Sudah pasti harapan terbesar Sean, sebagaimana pebalap muda lainnya adalah bisa berlaga di arena F1. Musim sebelumnya Indonesia sudah mengirim satu pebalap ke ajang tersebut melalui Rio Haryanto yang membawa bendera Manor Racing Tim. Sayang nasib Rio tak semulus yang diharapkan. Ia hanya membalap separuh musim, lantas diturunkan statusnya sebagai pebalap cadangan tetapi tak lagi mendapat kesempatan untuk melaju hingga musim selesai. Seperti kita ketahui, fulus jadi sebab mimpi Rio tak terwujud tuntas.

Kini harapan baru datang lagi pada Sean. Pintu gerbang menuju F1 mulai terbuka. Bukan mustahil bila mampu menunjukkan kinerja bagus maka peluang naik kelas secara paripurna bakal tercapai.

Tetapi dari pengalaman Rio sebagai pendatang baru apalagi bukan anak binaan tim harus menempuh jalan tersendiri. Setidaknya seperti Rio diperlukan sejumlah uang untuk menggenapan status sebagai pay driver atau pebalap bayaran

Sebelum berbicara uang, penting bagi Sean untuk menunjukkan kinerja bagus di F2. Mempertebal mental, dan mengenyangkan diri dengan pengalamandi kelas tersebut sebelum memutuskan tampil di F1. Meski tak sebesar Mercedez atau Ferrari, bisa bergabung dengan Toro Rosso bukan perkara mudah. Setidaknya meski berada di balik bayang-bayang Red Bull, Toro Rosso tetap diperhitungkan sebagai rumah produksi pebalap hebat. Juara dunia empat kali, Sebastian Vettel dan rising star asal Belanda Max Verstappen yang mencuri perhatian luas musim lalu, adalah contoh. 

Pebalap kelahiran 1 November 1996 itu dijadwalkan akan ambil bagian secara penuh di ajang FIA Formula 2 Championship 2017. Perjalanan karir Sean terbilang cepat. Prestasi pertamanya di dunia balap diukir saat melaju di ajang balap Karting, menempati peringkat ketiga Asian Karting Open Championship pada 2011.

Ia hanya butuh tujuh tahun untuk mendekati F1. Setelah Formula 125 Senio Open, ia baru mulai menjajal balap mobil di Formula Pilota China setahun kemudian. Meski finis di urutan keempat di musim debutnya, secara keseluruhan Sean mengakhiri musim di tempat kedua.
Sean dan sang ayah Ricardo Gelael/mimbar-rakyat.com
Selanjutnya Sean berkiprah di seri terakhir Formula Abarth di Monza, Italia, sebelum terjun di Formula 3 Eropa padda 2013. Di ajang tersebut ia sempat berpindah dari Double R Racing ke tim Carlin dengan prestasi terbaik menempati peringkat 18 dengan koleksi 25 poin di musim 2014.

Ia juga tampil di British Formula 3 Championship, Masters of Formula 3, dan Formula Renault 3.5 Series. Baru pada musim 2015, tepatnya 24 Juli, Sean mengawali debutnya di ajang GP2 bersama Carlin Motosport di seri Hungaria.Hasil balapan perdana itu, Sean menempati posisi ke-18 di “feature race” dan posisi 20 di “sprint race.”

Semusim kemudian Sean membalap penuh di GP2 bersama Jagonya Ayam Campos Racing bertandem dengan Mitch Evans. Podium pertama Sean di Spielberg, Austria, di mana ia finis di urutan kedua di belakang rekan setimnya. 

Sulit menilai apakah rekam jejak Sean sudah cukup untuk naik kelas secara penuh. Kualitas individu sudah pasti.  Kemampuan adaptasi dan bekerja sama tidak kalah penting mengingat banyak perbedaan teknis dan atmosfer antara F2 dan F1. 

Selain itu seperti sudah sempat disinggung sebelumnya adalah kapital. Nah, soal ini langkah Sean dipastikan akan berjalan mulus. Bukan bermaksud membanding, latar belakang Sean dan Rio sama-sama dari keluarga pengusaha, bedanya sumber daya finansial Sean jauh lebih mumpuni. Dan ini kemudian membedakan perjalanan karier dan nasib mereka sekarang.  Tahukah Anda di mana dan sedang Rio sekarang? Yang pasti Rio tak ada di daftar pebalap F1 musim 2017!

Hampir tidak ada yang meragukan kekayaan sang ayah Ricardo Gelael. Ricardo merupakan putra taipan Dick Gelael. Sejak era Soeharto seperti ditulis di sini, Dick selalu ada dalam daftar orang terkaya. Tahun 2008 misalnya, dengan total kekayaan mencapai 97 juta USED, Forbes Asia menempatkan Dick di posisi 124 orang terkaya di Indonesia. Lima tahun kemudian posisi Dick naik ke peringkat 95.

Jejak kekayaan keluarga Gelael sempat terbaca lewat usaha pasar swalayan di bawah label PT Gelael Supermarket, lantas sejak 1978 membeli lisensi usaha waralaba asal Amerika Serikat, Kentucky Fried Chicken. Sejak itu di bawah naungan PT Fast Food Indonesia, KFC melebarkan sayapnya di Indonesia.
Ayah Sean, Ricardo menjabat sebagai Direktur PT Fast Food Indonesia, didukung oleh Elizabeth Gelael dan taipan lainnya Anthoni Salim di jajaran manajemen.

Selain sokongan finansial yang mumpuni (juga tak sulit menjadikan rumor membeli Manor Racing sebagai kebenaran), dengan KFC sebagai sponsor utama, Sean pun didukung oleh bakat yang diturunkan dari sang ayah. Ricardo merupakan mantan pebalap yang kemudian diturunkan kepada Sean. Tak heran bila perjalanan karir Sean begitu mulus. Rupanya bukan hanya karena fulus tetapi juga talenta.

Dalam perjalanan yang cepat itu, Sean pun menorehkan catatan sebagai pebalap termuda yang pernah naik podium Formula 3 di usia 16 tahun 6 bulan 25 hari yang dipegang mantan pebalap Brasil, Nelson Piquet Souto Maior (17 tahun).

Semoga berbekal bakat dan segala kemewahan itu langkah Sean mulus menuju F1. Tiga kesempatan menjadi pebalap penguji sekiranya memacu Sean untuk memanfaatkan segala yang kini dimilikinya. Saya kira Sean sudah tidak sabar untuk menjajal mobil F1, sama seperti kita tak sabar melihat anak bangsa melaju di lintasan jet darat itu dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri, tidak lagi dibayangi tunggakan, juga suara-suara sumbang dan miring.

Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 23 Maret 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/sean-gelael-putra-taipan-mulus-menuju-f1_58d3bb1c749373c12c645344 

Comments

Popular posts from this blog

Jojo dan Rinov/Pitha Tersisih, Tersisa Ginting, Gregoria, dan Rehan/Lisa di Semifinal Hylo Open 2022

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Dari "Sekarang, Sumber Air Su Dekat" Menjadi "Sekarang, Masalah Air Su Banyak"