Menanti Kado Spesial dari Si “Kecil Cabe Rawit” Marcus Gideon
Marcus Fernaldi Gideon/Kompas.com |
Kamis, 9 Maret, kemarin menjadi hari istimewa Marcus
Fernaldi Gideon. Hari itu, 26 tahun lalu, ia lahir. Beberapa jam setelah hari
spesial itu, pemuda kelahiran Jakarta ini sukses memberi kado istimewa bagi
diri sendiri. Berpasangan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo, keduanya sukses
merebut tiket perempat final All England 2017.
Marcus/Kevin memungkasi penampilan wakil Indonesia di babak kedua
kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia. Pasangan non unggulan asal Inggris,
Peter Briggs/Tom Wolfenden berhasil dilewati dengan mudah. Hal ini tak lepas
dari konsistensi penampilan sejak awal pertandingan. Menyadari diri sebagai
unggulan, unggulan lima ini menyerah tanpa ampun sejak awal sehingga lawan tak
mampu mengembangkan permainan.
Keduanya hanya butuh waktu 29 menit untuk
menyudahi pertandingan dengan skor 21-13 dan 21-14.
“Mereka no lobnya
lumayan bagus. Tapi kami sudah siap dari awal, fokus dan nggak mau lengah. Kami
nggak mau menganggap remeh lawan, walaupun bukan pemain unggulan.,” beber Kevin
mengevaluasi pertandingan seperti dilansir badmintonindonesia.org.
Istimewanya,
kemenangan tersebut sekaligus menambah satu kuota Indonesia di babak delapan
besar menjadi dua wakil dari total delapan utusan yang berlaga di babak kedua.
Tentu, jumlah yang sangat sedikit dan tak sesuai ekpektasi, bukan?
Marcus/Kevin mengikuti jejak pasangan ganda campuran Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir yang menang mudah atas wakil Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel
Herttrich. Pemilik tiga gelar All England ini menuntaskan perlawanan
Mark/Isabel dalam 29 menit dengan skor 21-12 dan 21-13.
Indonesia kehilangan semua wakil di ganda putri, tunggal
putra dan tunggal putri. Dua wakil ganda
putri yang baru dipasangkan, Greysia Polii/Rizki Amelia Pradipta dan Anggia
Shitta Awanda/Apriani Rahayu rontok di tangan Jepang.
Greysia/Rizki menyerah dua game langsung, 22-24 dan 8-21,
dari Naoko Fukuman/Kurumi Yonao. Wakil Negeri Matahari Terbit itu memang lebih
diunggulkan. Lebih lama bermain bersama dengan hasil yang tercermin dari status
unggulan delapan yang disandang. Namun penampilan Greysia/Rizky di game kedua
sungguh disayangkan. Bertolak belakang dengan game pertama, di game kedua
mereka seperti tanpa perlawanan dan hanya kebagian delapan poin dari laga
berdurasi 41 menit itu.
“Di game kedua,
kepercayaan diri kami sudah hilang setelah kalah di game pertama. Sampai akhir
kami tidak bisa bangkit, walaupun sudah mencoba menenangkan diri. Permainan
kami nggak keluar walaupun sudah diberi instruksi oleh pelatih,” ungkap Greysia.
Sedikit berbeda dengan Greysia/Rizky, Anggia/Apriani sempat memberi perlawanan bahkan
mampu merebut set pertama dari Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto. Sebagai pasangan
baru serangan balik dan perubahan tempo permainan yang dilakukan pasangan
Jepang itu membuat keduanya kelabakan dan menyerah di dua set berikutnya dengan
skor 21-14, 13-21 dan 11-21 dalam waktu 62 menit.
Dua ganda putra pun bernasib sama. Angga Pratama/Ricky
Karanda Suwardi yang diunggulkan di tempat ketujuh gagal menunjukkan kelasnya
saat berhadapan dengan pasangan non unggulan dari China Liu Cheng/Zhang Nan.
Angga/Ricky kalah straight set 14-21 dan 7-21 dalam waktu 33 menit.
Angga menyadari pihaknya tampil jauh dari harapan. Sejak
awal pertandingan sudah langsung berada dalam tekanan pasangan berperingkat 47
dunia.”Terus kami juga banyak error di lapangan. Karena tertekan terus,
permainan kami jadi nggak bisa normal. Kami sudah coba merubah pola, tapi masih
kurang enak juga. Masih di bawah tekanan lawan.”
Pasangan China juga menjadi mimpi buruk bagi ganda putra
Indonesia lainnya, Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro. Sama-sama tidak
diunggulkan, Ahsan/Rian tidak mampu memanfaatkan momentum sejak game pertama.
Baru pada game kedua mereka mampu bangkit untuk menyamakan kedudukan. Sayang di
game penentuan keduanya gagal menjaga keunggulan 10-7 sehingga pasangan
Tiongkok berperingkat 65 dunia berhasil mengejar ketertinggalan dan balik
memimpin hingga menyudahi pertandingan dengan skor 19-21, 21-9 dan 18-21.
“Kami sudah maksimal
dan mengeluarkan kemampuan kami semua, tapi lawan memang lebih bagus. Di game
ketiga kami padahal sempat leading, tapi lawan bisa membalikkan keadaan,” aku Ahsan.
Sebelumnya wakil semata wayang di tunggal putri Dinar Dyah
Ayustine tak bisa berbuat banyak saat bertemu wakil India, Pusarla V Sindhu. Dinar
sempat mengimbangi unggulan enam itu di awal pertandingan. Namun situasi
berbanding terbalik di game kedua. Dinar yang lebih tua dari Sindhu bahkan
sempat tertinggal jauh 0-9 di game kedua. Laga berdurasi setengah jam itu
berakhir dengan skor 12-21 dan 4-21.
Seperti Dinar begitu juga wakil satu-satunya di tunggal
putra Sony Dwi Kuncoro. Pemain gaek ini kalah 13-21 dan 11-21 dari Chou Tien
Chen. Pemain Taiwan itu pun menjaga kesempurnaan di tiga pertemuan keduanya.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir/badmintonindonesia.org |
Kado Marcus/Kevin
Marcus/Kevin dan Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir menjadi harapan Indonesia. Owi/Butet, begitu sapaan
pasangan kawakan itu, akan menghadapi lawan berat, Chris Adcock/Gabrielle
Adcock malam ini. Meski kalah dalam statistik pertemuan, pasangan ini terbakar
semangat sebagai wakil tuan rumah.
Owi/Butet yang unggul 9-4 atas pasangan suami istri itu
menang di pertemuan terakhir di Singapore Open 2016, 21-15 dan 21-15. Meski
memiliki modal bagus jelang pertemuan ini, tidak berarti membuat Owi/Butet
terlena. Butet menyadari hal itu, “Kami
nggak mau lengah, anggap masih kosong-kosong. Karena sebagai tuan rumah mereka
akan tampil lebih percaya diri. Skill mereka juga pasti bertambah.”
Owi/Butet benar-benar harus waspada. Sejarah tahun lalu
sudah jadi bukti. Saat itu di ajang yang sama dan di babak yang sama Owi/Butet
keok. Saat itu pasangan yang kali ini diunggulkan di tempat kedua kalah dua game langsung 18-21 dan 16-21
dari pasangan rangking tujuh dunia itu.
Tantangan berat juga menanti Marcus/Kevin pada Sabtu, (11/3)
dini hari WIB nanti. Unggulan empat dari China Chai Biao/Hong Wei siap
menghadang laju mereka ke semi final. Meski Chai/Hong lebih diunggulkan,
Marcus/Kevin memiliki statistik pertemuan lebih bagus. Dua dari tiga pertemuan
terakhir menjadi milik Marcus/Kevin. Termasuk kemenangan terakhir di China Open
tahun lalu dengan skor 16-21 26-24 21-19.
“Peluang besok (hari
ini,Red) fifty-fifty. Bisa menang dan kalah juga. Tapi kami mau melakukan yang
terbaik aja di lapangan,” tandas Marcus.
Marcus/Kevin di All England 2017/badmintonindonesia.org |
Sebagi pasangan terbaik Indonesia, Marcus/Kevin tentu
diharapkan bisa mewujudkan target membawa pulang gelar juara. Begitu juga
Owi/Butet kembali berjaya setelah juara bertahan Praveen Jordan/Debby Susanto
tersisih di babak pertama.
Masih tentang Marcus/Kevin. Pasangan ini memiliki modal
untuk berbicara banyak kali ini, juga menjadi kekuatan baru ganda putra dunia.
Dari segi permainan keduanya adalah kombinasi apik antara bermain menyerang dan
taktis. Tinggi mereka memang tak seberapa. Malah bisa dibilang tidak ideal
untuk menjadi tukang gebuk. Marcus bertinggi 1,65 m, lebih pendek dari Kevin,
1,70 m. Meski begitu Marcus lebih berotot ketimbang Kevin.
Saat berada di lapangan berbagai kecemasan fisik itu hilang
lenyap. Smes-smes mereka tajam. Jumping smash variatif dengan rotasi yang
ciamik. Pergerakan lincah dan gerakan refleks yang mengagumkan. Menyaksikan mereka
bertanding akan mudah ditemukan kejutan-kejutan dari pukulan refleks yang
membuat lawan mati kutu.
Saat diajak duel di depan net pun mereka siap. Bola-bola
pendek di bibir net, atau tipuan-tipuan kecil di depan bidang permainan lawan
mudah mereka peragakan. Semua itu dikombinasi dengan baik, menjadi seperti
formula tersendiri yang mewujud hasil baik di lapangan. Julukan “kecil-kecil
cabe rawit” tampak tidak berlebihan.
Meski demikian Marcus/Kevin bukan pasangan sempurna. Mereka masih
berjuang keras untuk mengumpulkan poin dan melebihi pencapaian tahun lalu yang
sempat membawa mereka ke rangking dua dunia. Pengalaman mengalahkan deretan
ganda elit dunia mulai dari Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Ko Sung Hyun/Shin
Baek Cheol (Korea), Kim Gi Jung/Kim Sa Rang (Korea), Goh V Shem/Tan Wee Kiong
(Malaysia), Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia), Mathias Boe/Carsten
Mogensen (Denmark) hingga, peraih emas Olimpiade Rio 2016, Fu Haifeng/Zhang Nan
(China) perlu terus dijaga.
Menjaga konsistensi, fokus dan konsentrasi menjadi
PR yang harus terus dikerjakan dari waktu ke waktu.
Keduanya akan ditantang Chai Biao/Hong Wei untuk merebut
tiket semi final, selanjutnya mendekatkan mereka dengan gelar super series
premier pertama. Semoga BarclayCard Arena, Birmingham, benar-benar menjadi
panggung pembuktian bagi pasangan yang merebut tiga gelar super series tahun
lalu di India, Australia dan China.
Semoga doa dan harapan berpelukan dengan performa apik
keduanya. Terlebih motivasi pribadi untuk mengukir prestasi seperti yang meletup dari Marcus, yang pernah
bermain di ganda campuran dengan Rizki Amelia Pradipta dan Markis Kido di gana
putra, yang baru saja berulang tahun.
Selamat ulang tahun Marcus! Sukses!
N.B
Jadwal wakil
Indonesia di perempat final All England 2017:
Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris) Vs Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir (Jumat 10/3/2017, pukul 22.00 WIB)
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon Vs Chai
Biao/Hong Wei (Sabtu 11/3/2017, pukul 02.30 WIB)
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 10 Maret 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/menanti-kado-spesial-dari-si-kecil-cabe-rawit-marcus-gideon_58c22e4e337b61f4078f2b68
Comments
Post a Comment