Inspirasi Marcus/Kevin, “The Minions” Merengkuh Puncak Dunia
Marcus/Kevin saat disambut di Bandara Soekarno Hatta usai tiba dari Birmingham, Inggris, 14 Maret 2017 petang/badmintonindonesia.org |
Lebih mudah mana, mengejar atau mempertahankan peringkat satu?
Pertanyaan ini sedang berusaha dijawab Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya
Sukamuljo.
Setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang sudah “bercerai”
, Indonesia kembali mengirim ganda putra ke rangking satu dunia. Marcus /Kevin resmi
menyandang status itu sesuai daftar peringkat yang dirilis Federasi Bulu
Tangkis Dunia (BWF) pada Kamis, 16 Maret kemarin. Dengan total poin 73.051, pasangan yang sebelumnya berperingkat
lima dunia, menggeser Goh V Shem/
Tan Wee Kiong asal Malaysia dari puncak rangking dunia.
Lonjakan peringkat ini
hasil prestasi anyar keduanya menjuarai All England 2017 yang berlangsung pada
7-12 Maret lalu. Di partai final, Marcus/Kevin menggasak pasangan China, Liu
Junhui/Liu Yuchen dua game langsung, 21-19 dan 21-14. Gelar juara yang direbut
di BarclayCard Arena, Birmingham itu memastikan keduanya mendapat tambahan
11.000 poin.
Tambahan poin itu amat
signifikan, memuluskan langkah Marcus/Kevin mendapat status mentereng itu. Namun
patut diingat, posisi tersebut belum mutlak milik Marcus/Kevin. Kapan saja
keduanya bisa digusur.
Goh/Tan masih menjadi
ancaman terbesar. Dengan 72.467
poin Goh/Tan hanya berjarak 584
poin dari Marcus/Kevin. Perbedaan poin itu sangat tipis yang bisa dijangkau
hanya dengan menginjak babak kedua turnamen Grand Prix Gold dan Super
Series/Primer.
Pasangan-pasangan
lainnya, terutama yang berada di lingkaran lima besar dunia, tak bisa dipandang
sebelah mata. Marcus/Kevin hanya berjarak 2.786 poin dari pasangan Jepang, Takeshi
Kamura/Keigo Sonoda yang harus turun satu tangga dengan 70.265 poin di tangan. Finalis
All England 2017, Li Junhui/Liu Yuchen naik dua tangga ke peringkat keempat
dengan 3.153 poin lebih sedikit dari Marcus/Kevin. Pasangan kawakan Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen harus rela
turun dua tingkat dengan selisih 3.868 dari peringkat teratas.
Konstelasi ini berpeluang berubah setidaknya hingga turnamen
pertama yang diikui Marcus/Kevin setelah berada di peringkat satu dunia. Beberapa
turnamen super series/premier tengah menanti. Marcus/Kevin tertantang untuk
berprestasi, untuk mengatakan mempertahankan gelar juara yang diraih tahun
sebelum. Seturut jadwal keduanya akan tampil lagi di India Open Super Series,
28 Maret-2 April. Mempertahkan gelar di India penting agar poin mereka tak
dipangkas.
Selanjutnya ada Malaysia Super Series Premier dan Singapura
Open Super Series. Tiga turnamen besar ini dihelat dalam rentang tiga minggu.
Pekerjaan berat, tentunya. Tak pelak setelah euforia penyambutan dan guyuran
bonus, di antaranya Rp 250 juta dari Menpora kepada masing-masing, Marcus/Kevin
pun segera pegang raket. Dua hari
setelah tiba dari Birmingham, keduanya kembali digembleng Herry Iman Pierngadi,
sang pelatih.
Penuh perjuangan
Sepak terjang Marcus/Kevin menarik diangkat. Setidaknya
melihat bagaimana proses perjalanan keduanya hingga ke puncak dunia. Dua tahun
lalu keduanya berada di rangking 182 dunia. Menariknya lagi, debut pertama
mereka sebagai pasangan terjadi di All England, 12 Maret 2015. Pencapaian pasangan
dari PB Djarum dan PB Tangkas dalam debutnya itu cukup menggembirakan. Keduanya
mampu menembus babak perempat final.
Setahun berselang peringkat dunia mereka melonjak drastis. Duduk
di peringkat 10 dunia pada 2016. Bahkan keduanya sempat menyusup ke peringkat
dua dunia pada pertengahan Desember tahun lalu. Hasil ini tak lepas dari
pencapain yang diukir sepanjang tahun. Tiga gelar Super Series/Premier
masing-masing di Australia, India dan China direngkuh. Ditambah lagi satu gelar
grand prix gold, satu tingkat di bawah Super Series yang diraih di turnamen
Malaysia Masters.
Dua tahun perjalanan Marcus/Kevin terasa seperti melintasi
jalan tol. Tanpa hambatan merebut gelar demi gelar hingga menjadi nomor satu
sejagad. Namun dua tahun tersebut mustahil berhasil baik bila mengenyahkan
kenyataan bagaiaman perjuangan mereka sebelumnya.
Seperti atlet-atlet berprestasi lainnya yang memberi
kesaksian bahwa tidak ada yang instan untuk meraih prestasi. Konklusi ini
setidaknya menyata dalam beberapa titik perjalanan mereka. Pertama, bakat tidak cukup, meski bukan berarti diabaikan begitu
saja. Kevin memiliki darah bulu tangkis, setidaknya mengacu pada hubungan darah
dengan mantan pemain ganda putra Indonesia Alvent Yulianto Chandra.
Dari hubungan ini meski tidak linear kita bisa mendapatkan
Kevin dengan talenta olah tepok bulu yang menonjol sebelum dikenal luas seperti
sekarang. Saat masih bermain di level junior kemampuan “jump smash” dan pergelangan
tangan yang begitu lentur sudah terlihat. Ia pernah mendapat julukan “Flying
Kevin” karena loncatan dan gerakan smes yang mengundang decak kagum meski hanya
bertinggi 170 cm. Begitu juga keterampilan memainkan raket untuk menghasilkan
tipuan-tipuan yang mencengangkan.
Meski begitu Kevin mengawali semuanya dari belakang rumahnya
di Bayuwangi, Jawa Timur. Mulai melihat orang bermain bulu tangkis, lantas
tertarik mencoba. Berkat dukungan sang ayah bernama Sugiarto, Kevin dikirim ke
klub. Itu pun ia masih harus berpindah-pindah sebelum mengantarnya mengikuti
audisi PB Djarum pada 2006.
Pada percobaan pertama ia gagal. Meski begitu ia tak patah
arang dan datang lagi ke Kudus, tempat
klub itu berada, tahun berikutnya.
Kedua, bersedia
berpetualang. Menjadi seorang pebulutangkis itu tidak hanya siap berkarib
dengan perjalanan dari pertandingan ke pertandingan, juga menuntut kesediaan
untuk siap dibongkar pasang. Jarang kita mendapatkan pemain bulu tangkis yang
tetap dengan satu nomor sepanjang karier. Meski perubahan ini hampir menjadi
sesuatu yang lumrah, tidak semua perubahan itu bisa diterima dengan mudah dan
begitu saja oleh setiap pebulutangkis.
Hal tersebut dialami Kevin dan Marcus. Setelah diterima di
PB Djarum, Kevin tidak lantas mendapat kemewahan. Ia masih harus berjuang
dengan atlet-atlet lain yang notabene berpostur lebih meyakinkan. Turun di
nomor tunggal putra, Kevin pernah gagal dan merasa dianaktirikan.
Ia kemudian diminta bermain di nomor ganda putra pada 2010. Meski
sempat kecewa dan berat hati ia pun meninggalkan Kudus menuju Petamburan,
Jakarta Barat sebagai pusat latihan nomor ganda PBS Djarum.
Kevin masih harus berganti nomor lagi.Berpasangan dengan Masita
Mahmudin keduanya tampil di Kejuaraan Dunia Junior 2013. Meski tak juara,
performa di turnamen itu mengantar keduanya ke Pelatnas PBSI di Cipayung.
Berkenalan dengan dua nomor itu membuatnya kerap berganti
pasangan. Ia pernah berpasangan dengan Arya Maulana Aldiartama dan Selvanus Geh
di ganda putra. Selanjutnya bertandem dengan pemain senior Greysia Polii di
nomor ganda campuran. Bersama Grace, keduanya sempat mengukir sejarah di
Indonesia Open Super Series Premier 2014. Di babak pertama, mereka sukses
menumbangkan pasangan peringkat satu dunia asal China, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Meski
begitu jalan panggilan Kevin menuju puncak prestasi ditempuh melalui ganda putra
bersama Marcus Gideon.
Tantangan yang sama dialami pula oleh Marcus. Lebih kental
dari Kevin, darah bulu tangkis Marcus langsung berasal dari sang ayah,
Kurniahu, pebulutangkis legendaris era 1970-1990-an. Ia ditempa langsung oleh
sang ayah yang juga pendiri PB Tangkas, klub yang kemudian membesarkannya.
Seperti Kevin, Marcus semula menjadi pemain tungal. Lantas pemain
kelahiran Jakarta 26 tahun lalu beralih ke ganda putra pada 2011. Bersama
Agripina Prima Rahmanto keduanya menjadi juara di turnamen Singapura
International Series.
Belum lama di Pelatnas ia memilih mundur pada 2013. Marcus
kecewa karena ia dan Agripina tidak disertakan ke All England. Ganda putra yang
dibawa ke Inggris justru berperingkat lebih rendah.
Keluar dari Pelatnas, Marcus berpasangan sebagai pemain
profesional bersama Markis Kido. Gelar Prancis Terbuka 2013 menjadi bukti
keandalan pasangan beda generasi ini. Tak tangung-tanggung pasangan Malaysia
yang sedang menjadi buah bibir saat itu, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong ditumbangkan
di laga final. Setahun kemudian pasangan yang sama berjaya di Indonesian
Masters.
Marcus pun kembali ke pelatnas, bertepatan dengan mundurnya Selvanus
Geh dari Pelatnas karena sakit. Kesempatan kedua ini kemudian membuka lembaran
prestasi Marcus.
Ketiga, fisik
tidak jadi halangan. Apakah fisik menentukan segalanya? Marcus/Kevin membuktikan
bahwa pertanyaan tersebut tidak selalu dijawab dengan ya. Marcus lebih pendek
dari Kevin. Tingginya hanya 167 cm. Coba bandingkan dengan Mads Pieler Kolding, tandem Mads Conrad-Petersen dari Denmark.
Kolding, lebih tinggi dari Petersen, yang menjulang 205 cm terbukti
bisa dibekuk Marcus/Kevin di semi final All England 2017. Tentu perjuangan
mengalahkan pemain jangkung, yang diasumsikan memiliki smes lebih kencang
karena memiliki peluang untuk melancarkannya lebih besar serta daya jelajah
yang lebih karena memiliki kaki yang lebih panjang, lebih besar.
Kevin/Marcus mampu membalikkan asumsi itu dengan mengerahkan
seluruh kemampuan. Permainan yang rapi dan rotasi yang baik melengkapi teknik
dan kualitas individual. Marcus yang dikenal sebagai pengawal lini belakang
bisa bergerak cepat ke lini depan. Bobot pukulan Marcus bisa dilihat dari
otot-ototnya yang menyembul.
Begitu pula Kevin dengan pukulan-pukulan ajaibnya, di
samping smes melompat yang kencang. Bertubuh mungil justru mempermudah
mobilitas Kevin baik dalam pergerakan horizontal maupun vertikal.
Semua itu tidak hadir dengan sendirinya. Tidak ada lakon Loro
Jonggrang dalam perjalanan karir mereka. Malah hampir mirip kisah Sisifus yang
sempat memakan rasa percaya diri dan semangat tetapi perjuangan pantang
menyerah itu yang membuat mereka seperti sekarang. Tentu, pekerjaan
mempertahankan gelar itu adalah babak baru yang tidak kalah menantang, jika
tidak ingin mengatakan berat bagi pasangan mungil, The Minions ini.
Selamat menjadi yang terbaik, selamat berjuang Marcus/Kevin!
N.B
Daftar peringkat 100 besar ganda putra:
@INABadminton |
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana 17 Maret 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/inspirasi-marcus-kevin-the-minions-merengkuh-puncak-dunia_58cb921bec9673c41809082a
Comments
Post a Comment