Musica Champions Cetak “Quatrick” dan Sedikit Catatan
Tim Musica Champions merayakan kesuksesan juara Superliga 2017/badmintonindonesia.org |
Apa kata yang pas disematkan kepada tim putra Musica
Champions di turnamen Superliga Badminton? Tim asal ibu kota ini kembali
berjaya setelah membekuk Djarum Kudus 3-2 di partai final yang dihelat di DBL
Arena, Surabaya, Minggu (26/2).
Raihan gelar terkini pun mengukuhkan dominasi Musica di
turnamen antarklub paling prestisius di Indonesia ini. Bergulir sejak 2007 atau
dalam satu dekade terakhir, Musica meraja dalam empat edisi terakhir, termasuk
di tahun 2013, 2014 dan 2015.
“Quatrick” gelar kali ini diperoleh setelah melewati
pertarungan sengit dalam lima partai. Situasi ini mengulangi final dua tahun
lalu di GOR Lila Bhuana, Denpasar, Bali. Djarum Kudus kembali menelan pil pahit
dengan skor yang sama.
Superioritas Musica, begitu juga Djarum tak lepas dari sumber
daya pemain yang dimiliki. Deretan pemain top baik dari dalam maupun
mancanegara menghuni kedua klub. Hal ini tak lepas dari regulasi yang
membolehkan klub merekrut pemain asing atau dari klub lain yang tidak
berpartisipasi di turnamen ini. Di samping itu besaran subsidi bagi klub yang
menggunakan jasa pemain asing meningkat dari USD 1.500 di tahun sebelumnya
menjadi USD 6 ribu atau setara Rp 79,8 juta.
Klub-klub peserta tidak bisa leluasa menurunkan para legiun
asing. Regulasi hanya membolehkan partisipasi mereka di dua partai di setiap
pertandingan. Musica dan Djarum pun harus berpikir keras untuk mendapatkan
formula yang terbaik di laga final.
Musica yang sedianya diperkuat pemain nomor satu dunia asal
Malaysia, Lee Chong Wei terpaksa mengistirahatkan Vladimir Ivanov (Rusia), dan Marc Zwiebler (Jerman) di partai final. Berbeda
dengan Djarum yang menurunkan semua pemain asingnya yakni trio Korea Selatan
Son Wan-ho di nomort tunggal serta pasangan ganda Shin Baek-cheol dan Ko
Sung-hyun.
Menpora Imam
Nahrawi didampingi Ketua Umum PP PBSI, Wiranto menyerahkan hadiah kepada Musica
Champions/@imam_nahrawi
|
Tampilnya para pemain
asing itu membuat beberapa pemain lokal yang dimiliki hanya menjadi penonton di
partai pamungkas. Bahkan ada beberapa yang tidak mendapatkan kesempatan sejak
awal. Muhamad Bayu Pangisthu, Berry Angriawan, Hendra Apriadi Gunawan, Kenas
Adi Haryanto dan Praveen Jordan dari Djarum, berikut Wahyu Nayaka Arya
Pankaryanira, dan Vicky Angga Saputra (Musica Champions) hanya merasakan
atsmofer final dari sisi lapangan.
Terlepas dari hal
tersebut, partai final ini menyajikan tontonan menarik. Kedua tim yang
menurunkan formasi terbaik membuat turnamen yang digelar sejak 19 Februari lalu
benar-benar klimaks. Perang bintang tersaji, baik di antara pemain asing maupun
sesama pemain pelatnas.
Pertarungan antara Chou Tien Chen dari Musica dan Son Wan Ho
membuka partai final. Sayang laga ini berakhir dini dalam kedudukan tipis 14-13
untuk keunggulan Chou. Son hanya sanggup bertahan selama 21 menit akibat cedera
di lutut kanan.
Cedera yang dialami pemain Korea Selatan itu menjadi berkah
pertama bagi sang juara bertahan. Raihan satu poin menambah kepercayaan diri
dan optimisme tim seperti diakui manajer Musica, Effendy Wijaya.
Kombinasi pemain senor dan junior Djarum, Muhammad Ahsan dan
Kevin Sanjaya Sukamuljo berhasil menyamakan kedudukan. Mantan juara dunia dan “rising
star itu masih terlalu tangguh bagi ganda pertama Musica, Fajar Alfian/Muhammad
Rian Ardianto. Ahsan/Kevin menang straight
set 21-18 21-17 dalam waktu 43
menit.
Duel antara dua pemain masa depan Indonesia tersaji di
tunggal kedua partai ketiga. Jonathan Christie menghadapi Ihsan Maulana Mustofa
dari Djarum. Djarum pun balik memimpin setelah Ihsan memenangkan laga ini dua
game langsung 21-15 dan 21-14 selama 43 menit.
“Tadi saya kalah di mentalnya, ada faktor non teknis juga.
Selain itu, Ihsan juga main bagus, jarang bikin kesalahan dan saya banyak
memberi umpan,” aku Jonatan kepada badmintonindonesia.org.
Bila kita menyaksikan pertandingan ini terlihat
pemandangan unik di partai keempat. Kedua kubu sama-sama menurunkan pemain
asing yang berasal dari negara yang sama. Partai ini tak ubahnya turnamen
antarsesama pemain Korea Selatan. Kim Sa Rang yang berpasangan dengan Lee Yong
Dae versus Ko Sung Hyun dan Shin Baek Cheol. Kim/Li memenangkan laga berdurasi
55 menit itu dengan skor 21-16 dan 21-19 sekaligus menggagalkan harapan Djarum
meraih gelar pertama mereka.
Anthony Sinisuka Ginting menghadapi Shesar Hiren Rhustavito
menjadi penentu. Game pertama berlangsung sengit. Kedua pemain saling
berkejaran angka. Sempat memberi perlawanan ketat di set pertama, Shesar harus
mengakui keunggulan Anthony yang memenangkan pertarungan dua game langsung,
23-21 21-10 dalam waktu 37 menit. Anthony langsung diserbu para pemain Musica yang
kembali tampil sebagai juara.
Anak-anak asuh Fung Permadi harus mengakui keunggulan
Musica. Sebagai sang juara Musica berhak atas hadiah sebesar USD 60.000 atau
setara Rp 799 juta. Sementara Djarum membawa pulang USD 30.000 atau Rp 399
juta.
Hadiah sebesar USD 20.000
atau Rp 266 juta lebih dulu menjadi milik Berkat Abadi Banjarmasin yang
memenangkan perebutan tempat ketiga menghadapi Mutiara Cardinal Bandung, Sabtu
(25/2) malam. Tim asal Kalimantan Selatan itu memenangkan pertarungan sengit
dengan skor 3-2.
Tiga poin kemenangan Berkat Abadi disumbangkan oleh Marcus
Fernaldi Gideon/Hendra Setiawan, Angga Pratama/Rian Agung Saputro dan Kenichi
Tago asal Jepang. Marcus/Hendra menang atas Andrei Adistia/Ricky Karanda
Suwardi dengan 21-16, 16-21 dan 21-13. Angga/Rian membungkam Reinard Dhanriano/Hardianto, 21-13 dan 21-18.
Sementara Kenichi merebut “golden point” dari Panji Ahmad Maulana setelah terlibat perang
selama 1 jam dan 15 menit dengan skor akhir 19-21 24-22 dan 21-15.
Sedangkan Mutiara mendapat dua poin, masing-masing dari
partai pertama melalui Chong Wei Feng yang mengalahkan pemain Thailand
Tanongsak Saensomboonsuk, 21-14, 17-21 dan 11-21. Serta Firman Abdul Kholik yang menumbangkan pemain
senior Sony Dwi Kuncoro dua game langsung 9-21 dan 19-21. Sebagai juara keempat
tim asal Kota Kembang itu berhak atas hadiah sebesar USD 15.000 atau setara Rp 199 juta.
Sebagai catatan turnamen ini penting untuk menambah jam
terbang para pemain lokal menghadapi para pemain top mancanegara sebagaimana
diniatkan oleh penyelenggara. Namun jangan sampai gengsi mengikis niat mulia
tersebut.
Beberapa klub yang turun di turnamen ini patut menjadi contoh.
Munculnya satu-satunya peserta dari luar Pulau Jawa yakni Berkat Abadi
sekiranya membawa berkat bagi klub-klub dari daerah. Namun kemunculan tersebut
hendaknya tidak sampai mengabaikan pembinaan berkesinambungan dan regenerasi
sebagai salah satu faktor penting untuk mencetak prestasi.
Tim putri Mutiara Cardinal yang mencetak sejarah di turnamen
ini patut dijadikan contoh dalam hal regenerasi dan keberpihakan kepada para
pemain lokal. Begitu juga juara edisi sebelumnya Jaya Raya Jakarta yang
menomorduakan ambisi demi memberi tempat kepada para pemain muda.
Semoga ke depan, dengan tanpa mengurangi atmosfer liga bulu
tangkis yang semakin melambung dan menjadi primadona pemain kelas dunia ini,
bisa memperhitungkan kebutuhan dan keberpihakan lebih kepada pemain dalam
negeri.
Proficiat Musica! Terima kasih Djarum sudah menghadirkan hajatan akbar ini
bagi pencinta bulu tangkis Indonesia dan warga Surabaya yang memenuhinya dengan
antusias. Sampai jumpa lagi (mungkinkah?) di kota berbeda!
Menpora Imam Nahrawi dengan latar belakang lautan penonton final Djarum Superliga 2017/@imam_nahrawi |
N.B
Hasil
pertandingan final beregu putra, Musica Champions vs Djarum Kudus (3-2) :
Chou Tien Chen vs Son Wan Ho 14-13 mundur
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo 18-21, 17-21
Jonatan Christie vs Ihsan
Maulana Mustofa 15-21, 14-21
Lee Yong Dae/Kim Sa
Rang vs Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol 21-16, 21-19
Anthony Sinisuka
Ginting vs Shesar Hiren Rhustavito 23-21, 21-10
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 26 Februari 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/musica-champions-cetak-quatrick-dan-sedikit-catatan_58b2c6488efdfd7b061ff186
Comments
Post a Comment