Kala Pasukan Firaun dan Kawanan Singa Bertarung di Libreville
Mesir (kiri) vs Kamerun/sidominews.com |
Piala Afrika 2017 telah memasuki fase akhir. Pertandingan
antara Kamerun versus Ghana di Stade de Franceville, Jumat
(3/2) dini hari WIB menyudahi babak empat besar. Kamerun yang mengandaskan
Ghana dua gol tanpa balas akan menantang Mesir yang lebih dulu lolos ke partai
puncak usai mengandaskan asa Burkina Faso melalui adu penalti.
Ghana tentu kecewa dengan kekalahan ini. The Black Stars
unggul dalam penguasaan bola, 56 persen berbanding 44 persen. Jumlah peluang
melalui tembakan ke gawang dan melalui sepak pojok pun lebih unggul. Namun Ghana
tampil lebih efektif. Dari 11 tendangan ke arah gawang, empat dari antaranya
mengenai target. Sementara Ghana hanya memiliki dua shots on target.
Sepanjang babak pertama hingga paruh pertama babak kedua,
kedua tim sama-sama mengalami kebuntuan. Baru di menit 72 kebuntuan itu
terpecahkan. Itu pun akibat kesalahanpahaman antara bek dan kiper Ghana yang
membuka ruang bagi Ngadeu-Ngadjui mencetak gol. Setelah menguasai bola liar,
tembakan bek klub Republik Ceko, SK Slavia Praha itu bersarang di tiang jauh.
Tim berjuluk The Indomitable Lions atau Singa Perkasa
berhasil menggandakan keunggulan di menit kedua injury time. Pemain 21 tahun
yang merumput di Liga Denmark bersama AaB Fodbold, Christian Mougang Bassogog sukses
menyempurnakan serangan balik cepat dan memastikan langkah timnya ke partai
puncak.
Ghana bukan tanpa peluang. Setidaknya ada dua kesempatan
emas masing-masing melalui Wakaso Mubarak dan Christian Atsu. Sepakan keras Wakaso,
gelandang yang merumput di Yunani bersama Panathinaikos masih mampu digagalkan
Fabrice Ondoa. Begitu juga peluang Atsu, yang merupakan pemain sayap Newcastle
United masih tipis di sisi gawang Ghana.
Pergerakan Ayew bersaudara, Andre dan Jordan pun beberapa
kali membahayakan Ghana. Penampilan apik dari para bek turut mengamankan
Kamerun. Begitu juga saat pelatih Avram
Grant memasukan ujung tombak senio Asamoah Gyan untuk menambah daya gedor. Berbagai
upaya anak asuh mantan pelatih Chelsea itu tetap tidak membuahkan hasil hingga
peluit akhir dibunyikan.
Pelatih asal Israel itu terlihat kecewa dengan hasil akhir.
Meski telah melakukan segalanya, harapan mencapai final tetap tak bisa digapai.
"Kami melakukan segalanya untuk berada di sana dan di
babak kedua kami benar-benar mendominasi. Selamat kepada Kamerun tentu saja,
tapi kami tim yang lebih baik dan kami kalah,"pungkas Grant seperti
dikutip dari BBC.com.
Berbeda dengan Ghana yang terakhir kali mengangkat Piala
Afrika pada 1982, Kamerun menyambut kemenangan ini dengan sukacita mendalam. Seperti
dikatakan pelatih Hugo Broos seusai laga hasil ini merupakan mimpi yang menjadi
nyata.
"Ghana memiliki pengalaman lebih dari kami, melihat apa yang telah mereka lakukan di turnamen terakhir. Tapi sejak awal turnamen ini kami telah menunjukkan bahwa kami tetap berhak untuk mendapatkan hasil akhir di setiap pertandingan,”tandas pelatih asal Belgia itu.
"Ghana memiliki pengalaman lebih dari kami, melihat apa yang telah mereka lakukan di turnamen terakhir. Tapi sejak awal turnamen ini kami telah menunjukkan bahwa kami tetap berhak untuk mendapatkan hasil akhir di setiap pertandingan,”tandas pelatih asal Belgia itu.
Euforia para pemain Kamerun usai menyingkirkan Ghana di semi final Piala Afrika 2017/BBC.com |
Dua
tim tersukses
Banyak pihak memang lebih menjagokan Ghana lolos ke partai
final. Namun usaha Kamerun tidak bisa dianggap sebelah mata. Soliditas jelas
terlihat baik di dalam maupun di luar lapangan. Di luar lapangan negara Afrika
pertama yang berhasil menembus babak delapan besar Piala Dunia pada 1990 itu sempat
diterpa perselisihan antara pemain dan asosiasi sepak bola Kamerun.
Namun persoalan itu terlihat tak memiliki jejak di lapangan
pertandingan dan selama turnamen ini. Bisa jadi kekompakan ini menjadi salah
satu faktor yang menguatkan tim menghadapi tim-tim unggulan.
Tinggal selangkah lagi Kamerun akan menyempurnakan
perjuangan mereka di turnamen akbar di benua Afrika ini. Sejak terakhir kali
juara pada 2002, prestasi terbaik Kamerun adalah lolos e final pada 2008 silam.
Saat itu Kamerun menyerah di tangan Mesir.
Selain menjadi partai ulangan, pertandingan ini adalah
pertarungan antara dua tim tersukses di ajang ini. Laga ini akan menentukan
status dominasi Mesir sebagai penguasa benua Afrika. Pasukan Firaun, julukan
tim nasional Mesir, telah mengklaim tujuh gelar Piala Afrika yang terakhir kali
direngkuh pada 2010. Sementara Kamerun, bersama Ghana membuntuti kesuksesan
Mesir dengan empat gelar.
Kedua tim sama-sama berpeluang mencapai klimaks di Stade
d’Angondje, Libreville, Senin, (6/2) dini hari WIB nanti. Pertahanan yang kokoh
menjadi kata kunci performa kedua tim sejauh ini. Tinggal saja bagaimana
masing-masing tim mengefektifkan daya gedor.
Kedua tim sama-sama punya juru
dobrak. Mesir mengandalkan Mohammed Salah, gelandang sayap Fiorentina yang
menjadi top skor tim saat ini.
Di kubu Kamerun, ada Benjamin Moukandjo Bile, striker FC
Lirient yang tampil di Ligue 1. Selain itu ada Bassogog dari lini kedua,dan
Ngadjui, bek tangguh yang siap menambah tabungan dua golnya saat ini.
Apakah Mesir akan kembali merengkuh kedigdayaan yang sempat
lepas di tiga edisi terakhir-kepada Zambia, Nigeria dan Pantai Gading pada
2015-sekaligus menjaga jarak kesuksesan dari Ghana dan Kamerun? Atau
sebaliknya, tahun ini akan menjadi milik Kamerun? Libreville akan menjadi palagan pertarungan sengit antara pasukan Firaun menghadapi kawanan Singa Perkasa.
Tulisan ini pertama kali terbit di Kompasiana, 3 Februari 2017.
Comments
Post a Comment