Kado (Pahit) di Ulang Tahun Susy Susanti
Susy Susanti berulang tahun ke-46/juara.net |
Entah disebut kado pahit atau bukan di hari ulang tahun ke-46
Susy Susanti hari ini. Namun yang pasti wanita kelahiran Tasikmalaya itu patut
disebut. Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 adalah Ketua Bidang
Pembinaan dan Prestasi PP PBSI. Meski belum lama menjabat, posisi ratu bulu
tangkis tanah air yang belum tergantikan hingga kini, turut bertanggung jawab
atas hasil yang dituai anak asuhnya di semi final Thailand Masters Grand Prix
Gold.
Tak ada satu pun dari empat wakil Pelatnas PBSI yang lolos
ke partai puncak. Seperti turnamen Grand Prix Gold sebelumnya di India, PBSI
pun dipastikan puasa gelar lagi. Belum lagi di turnamen berhadiah total 120
ribu USD ini dua pemain Indonesia dipapar cedera di tengah jalan. Mereka adalah
Ni Ketut Mahadewi yang berpasangan dengan Anggia Shitta Awanda di nomor ganda
putri serta pemain ganda campuran Alfian Eko Prasetya.
Hanya Tommy Sugiarto, mantan penghuni pelatnas yang kini
meniti karir profesional, wakil tunggal Merah Putih. Keempat penghuni Pelatnas yang
tumbang di empat besar adalah ganda campuran unggulan tujuh Alfian Eko
Prasetya/Annisa Saufika, Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra), Greysia Polii/Rosyita
Eka Putri Sari (ganda putri) dan Berry Angriawan/Hardianto (ganda putra).
Berbanding terbalik dengan Indonesia, tuan rumah menunjukkan
keperkasaannya dengan merebut empat tempat di partai pamungkas. Thailand
mengungguli Tiongkok dalam jumlah finalis. Negeri Tirai bambu hanya mengirim
tiga wakil dengan dua dari antaranya akan berebut gelar dengan para Gajah
Putih.
Final ideal terjadi di ganda putri antara dua unggulan
teratas. Chen Qingchen/Jia Yifan (1) menghadapi Puttita Supajirakul/Sapsiree
Taerattanachai. Dua pasangan muda ini sudah pernah bertemu sekali di German
Open 2016. Saat itu Puttita/Sapsiree menang setelah bermain tiga set, 21-16 16-21 18-21. Laga kali ini pun akan menampilkan aroma balas
dendam dari pihak Chen/Jia yang merupakan juara Dubai Super Series Finals 2016.
Selain itu performa pasangan masa depan
Tiongkok itu masih di jalur positif seperti tahun lalu. Di babak semi final
keduanya menang mudah atas wakil Indonesia, Greysia Polii/Rosyita Eka Putri,
21-16 21-7.
Perang Tiongkok-Thailand terjadi juga di ganda
campuran antara unggulan dua Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattahachai
menghadapi pasangan senior-junior Zhang Nan/Li Yinhui. Ini akan menjadi
pertemuan perdana kedua pasangan.
Peluang wakil tuan rumah terbuka
lebar.Namun Zhang/Li tetap berpotensi menyulitkan. Selain peran penting Zhang
sebagai pemain berpengalaman, pasangan ini juga memiliki modal stamina yang
lebih prima jelang laga ini. Dibanding Dechapol/Sapsiree yang bermain penuh,
meski straight set saja menghadapi wakil Taiwan, Yong Kai Terry Hee/Wei Han
Tan, Zhang/Lii hanya bermain 24 menit di
semi final.
Hal itu terjadi setelah pasangan yang
mereka hadapi asal Indonesia, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika mengundurkan
diri. Sebelum set pertama berakhir, dalam kedudukan imbang 20-20, Alfian
terpaksa harus mendapat perawatan dokter akibat engkel pada engkel kirinya.
Cedera tersebut terjadi karena terpeleset saat mengambil kok dalam kedudukan
memimpin 20-19.
Wakil ketiga tuan rumah adalah tunggal
putri Busanan Ongbamrungphan. Unggulan pertama ini ditantang unggulan tiga dari
Jepang, Aya Ohori. Meski lebih diunggulkan, Busanan kalah dalam rekor
pertemuan. Dari empat pertemuan, Ohori berhasil mengunci tiga kemenangan, termasuk
di pertemuan terahir di ajang yang sama tahun lalu. Saat itu Ohori yang kini
berada di rangking 20 dunia menang dua game langsung 25-23 21-8. Jelas laga ini
akan menjadi kesempatan bagi Busanan untuk balas dendam, apalagi secara
peringkat dunia tunggal rangking 12 dunia itu lebih diunggulkan. Ditambah pendukung
tuan rumah akan kompak berada di belakangnya.
Selain tiga wakil di atas, tuan rumah juga
menempatkan pemain muda di partai terakhir. Adalah tunggal putra masa depan Kantaphon
Wangcharoen yang akan menghadapi wakil semata wayang Merah Putih.
Performa Kantaphon di turnamen ini sangat impresif. Pemain berusia
18 tahun ini ke final setelah menggasak sesama pemain muda Malaysia Lee Zii Jia
melalui drama panjang selama lebih dari satu jam dengan skor 15-21 21-18 dan
22-20.
Pertemuan kedua pemain muda ini merupakan ulangan perebutan
medali perunggu Kejuaraan Dunia Junior tahun lalu di Bilbao, Spanyol. Saat itu Zii
menang dua game langsung 21-18 dan 21-13. Selain balas dendam pribadi
kemenangan kali ini sekaligus menebus kekalahan seniornya Tanongsak
Saesomboonsuk yang digasak Zii di perempat final, 21-18 dan 21-12.
Kantaphon Wangcharoen/@antoagustian |
Pemain 18 tahun itu tentu ingin menyempurnakan penampilannya
di partai puncak. Apalagi ini menjadi turnamen mayornya setelah malang
melintang di level junior. Peraih dua medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior
2016 ini bakal menjadi ancaman bagi Tommy.
Laga ini akan menjadi pertarungan serius bagi Tommy. Tunggal
nomor 20 dunia itu akan diuji oleh pemain berperingkat 142 dunia itu. Seperti
rentangan umur yang terpaut cukup jauh, 10 tahun. Begitu juga pengalaman dan
kematangan di antara mereka.
Namun Tommy tetap waspada karena kejutan bukan sebuah
kemustahilan. Kegagalan para pemain senior di babak-babak sebelumnya adalah bukti
nyata bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi. Tommy pun menyadari hal itu.
“Semuanya kalau sudah terjun di turnamen senior, dianggap
satu level semua. Pemain muda bisa menang, saya pun yang pemain senior juga
bisa menang, yang penting fokus dan siap untuk fight,” pungkas putra
mantan pebulutangkis nasional Icuk Sugiarto itu kepada badmintonindonesia.org.
Tommy Sugiarto/badmintonindonesia.org |
Pengalaman diuji sebelumnya oleh pemain muda senegara
Anthony diharapkan menjadi pemantik untuk tampil lebih semangat dan taktis. Seperti
Kanthapon, energi Tommy juga terkuras saat menghadapi juniornya. Keduanya
beradu selama 68 menit sebelum Tommy menyegel kemenangan dengan skor akhir
16-21 21-18 21-14. Dalam situasi
tersebut jam terbang Tommy diharapkan menjadi pembeda.
Selain gengsi pribadi, pertandingan ini juga menjadi pertarungan
harga diri bangsa yang mana Tommy menjadi wakil satu-satunya. Kita berharap
Tommy bisa tampil klimaks, berjaya di kandang para gajah putih yang terlihat
semakin perkasa.
Akhirnya terlepas dari hasil tersebut, kita harus terus
mendukung kerja Susy yang berbahagia hari ini. Selamat ulang tahun Susy!
Hasil pertandingan wakil
Indonesia di semifinal Thailand Masters 2017 :
Ganda Campuran
Zhang Nan/Li Yinhui (5/CHN) vs Alfian Eko Prasetya/Annisa
Saufika (7/INA) 20-20 mundur
Tunggal Putra
Tommy Sugiarto (3/INA) vs Anthony Sinisuka Ginting (10/INA)
16-21, 21-18, 21-14
Ganda Putri
Chen Qingchen/Jia Yifan (1/CHN) vs Greysia Polii/Rosyita Eka
Putri Sari (6/INA) 21-16, 21-7
Ganda Putra
Lu Ching Yao/Yang Po Han (TPE) vs Berry Angriawan/Hardianto
(INA) 21-16, 21-17
Jadwal final, Minggu
(12/2) pukul 13.00 WIB disiarkan di Fox Sports
Ganda campuran
CHEN Qingchen/JIA Yifan [Tiongkok/1] vs Puttita
SUPAJIRAKUL/Sapsiree TAERATTANACHAI [Thailand/2]
Tunggal putri
Busanan ONGBAMRUNGPHAN [Thailand/1] vs Aya OHORI [Japan/4]
Ganda putra
Ganda putra
LU Ching Yao/YANG Po Han [Taiwan] vs HUANG Kaixiang/WANG Yilyu [Tiongkok/6]
Ganda campuran
Ganda campuran
ZHANG Nan/LI Yinhui [Tiongkok/5] vs Dechapol PUAVARANUKROH/Sapsiree TAERATTANACHAI
[Thailand/2]
Tunggal putra Kantaphon WANGCHAROEN [Thailand] vs Tommy SUGIARTO [Indonesia/3]
Tulisan ini pertama kali tayang di Kompasiana, 11 Februari 2017.
Comments
Post a Comment