Teka-teki Klimaks Formula One 2016
Hamilton (kiri) vs Rosberg/BBC.com
Apa yang dikatakan Lewis Hamilton di podium utama Grand Prix
Brasil pertengahan November lalu? Separuh menahan nafas, pebalap Mercedes itu
berujar, “Tidak terlalu buruk, ya?”
Tanpa perlu pengetahuan dan wawasan khusus membaca ekpresi
seseorang, patah kata dari pebalap asal
Inggris itu tak lebih dari pernyataan retoris untuk menghibur diri. Betapa
tidak. Kemenangan fenomenal di Sao Paulo itu belum cukup mengamankan posisinya
sebagai kandidat utama juara dunia musim ini.
Balapan dalam suasana alam yang ekstrem karena lintasan yang
basah dengan jarak pandang yang tak maksimal, Hamilton benar-benar menunjukkan
tajinya. Bahkan sejak sesi kualifikasi driver
31 tahun itu selalu menjadi yang terdepan.
Namun GP Brasil itu adalah satu anak tangga sebelum puncak
balapan di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (27/11)
besok. Meski meraih poin sempurna di Brasil, Hamilton masih berjarak 12 poin
dari rekan setim, Nico Rosberg yang telah mengemas total 367 poin.
Jumlah poin tersebut memang terlalu sedikit untuk dikejar Hamilton
namun bisa menjadi tidak berarti sama sekali bila pada waktu bersamaan Nico
juga mencatatkan hasil gemilang. Hamilton mau tidak mau harus memenangkan
balapan tersebut, sambil pada waktu bersamaan berharap rival utamanya itu
terlempar dari tiga besar.
Sekalipun Hamilton juara di Timur Tengah nanti dan Rosberg
membuntutinya di posisi dua atau tiga maka mahkota gelar juara yang sudah
diraihnya dalam tiga musim terakhir akan berpindah tangan. Bila skenario
Hamilton itu gagal maka Rosberg yang selalu berada dalam bayang-bayang Hamilton
sekaligus pesaing terdekat dalam beberapa musim terakhir akan mengakhiri
penantian panjangnya itu. Termasuk mengulangi pencapaian musim lalu sebagai
juara di seri terakhir di Abu Dhabi dengan mahkota juara dunia. Sebuah happy ending yang sempurna untuk Rosberg.
Pertanyaan kini, apakah mungkin skenario pro Hamilton bakal
terjadi? Atau justru sebaliknya, Rosberg mampu mengakhiri balapan di lingkaran
tiga besar?
Dari pihak Hamilton harapan kemenangan tetap dihembuskan.
Menjadi juara di laga pamungkas adalah harga mati. Pada waktu bersamaan hanya
kerusakan mesin, dan “disingkirkan” pebalap lain adalah yang paling mungkin untuk
menjegal Rosberg.
Namun Hamilton tidak bisa terlalu berharap lebih akan ada
sesuatu yang buruk pada mesin Rosberg. Tokh keduanya berada dalam satu tim,
sama-sama menggunakan jenis kendaraan dan mesin serta diperkuat oleh armada
teknis yang sama.
Bos Mercedes, Toto Wolf pun sudah angkat bicara memastikan
tidak akan ada kecurangan atau permainan internal untuk menggagalkan salah satu
pebalap. Pihaknya akan tetap memberikan pelayanan dan perhatian yang sama
kepada kedua jagoannya itu
"Tapi, sebagai sebuah tim, sekarang kami memiliki satu
tugas akhir yang sangat penting musim ini - untuk memberikan Nico dan Lewis
platform yang mereka butuhkan untuk pertempuran merebut bendera.”tandasnya
dikutip dari espn.co.uk.
Dengan demikian jelas secara teknis dan mekanis keduanya
memiliki kans yang sama. Wolf sudah menjanjikan akan menyediakan mobil yang
prima untuk kedua pebalap itu. Tinggal saja kemenangan lebih ditentukan oleh
kinerja mereka di sirkuit.Siapa yang paling siap, dengan daya tahan yang lebih,
dan kepiawaian prima untuk bersaing dengan semua pebalap lah yang akan berhak
atas mahkota gelar itu.
Konsistensi Rosberg sepanjang musim ini layak diperhitungkan
Hamilton. Keduanya memiliki catatan statistik kemenangan yang sama dan Hamilton
hanya sedikit unggul dalam jumlah pole. Sama-sama merebut sembilan kemenangan,
Hamilton berhasil merebut posisi terdepan sebanyak 11 kali sementara Rosberg delapan
kali. Rosberg hanya sekali gagal mengakhiri balapan yakni di Barcelona. Itupun terjadi
karena insiden tabrakan keduanya.
Berbicara tentang tabrakan ini, saya pun jadi tergoda untuk menawarkan
skenario terburuk ini kepada keduanya. Ya, hanya insiden semacam itulah yang
pada akhirnya menjadi pembeda. Hamilton pasti berharap ada sesuatu yang buruk
seperti itu terjadi pada Rosberg. Tentu tidak dengan dirinya karena itu sama
saja dengan bumerang.
Gambar dari BBC.com
Kini harapan seperti itu diletakkan kepada para pebalap lain
bila saja mereka tak mampu memaksa Rosberg keluar dari tiga besar secara elegan.
Duo Red Bull Daniel Ricciardo dan Max Verstappen, serta Sebastian Vettel
dan Kimi Raikonnen yang berbendera Kuda
Jingkrak Ferrari berpotensi ambil bagian dalam persaingan Hamilton-Rosberg,
entah secara kompetitif melalui persaingan sehat atau karena human error.
Namun hal-hal terburuk seperti itu sebaiknya dijauhkan dari
balapan nanti karena dunia hanya ingin melihat pertarungan yang fair untuk melahirkan juara sejati. Dalam
kondisi seperti saat ini, saat seri terakhir benar-benar menjadi medan
pertarungan hidup-mati, akan sangat bermakna dan berkesan bila Hamilton dan
Rosberg mampu membuat seluruh penonton mencapai klimaks.
Lantas bagaimana bila satu dan lain hal terjadi dan keduanya
pada akhirnya memiiki jumlah poin yang sama? Sepertinya sulit mewujud, tetapi
siapa bisa menjamin tidak akan ada kejutan?
Bila itu terjadi maka patokan pertama yang dipakai mengacu
pada jumlah kemenangan atau podium pertama. Bila masih tetap sama, maka runner-up
jadi pembeda. Perhitungan ini terjadi bila Rosberg finis di posisi tujuh
sementara Hamilton berada di urutan kedua. Perhitungan ini menjadi semakin
rumit karena keduanya sama-sama mengemas 373 poin dan memiliki rekor finis di
urutan kedua dengan jumlah yang sama.
Gambar dari BBC.com
Bila demikian jumlah finis di urutan ketiga yang jadi acuan.
Siapa yang paling banyak dialah yang menang. Empat kali finis di urutan ketiga
berbanding dua kali milik Rosberg, Hamilton dipastikan menjadi juara.
Bagaimana bila Rosberg tidak mampu menyelesaikan balapan
alias tidak mendapat poin sementara Hamilton finis di urutan empat? Jumlah poin
keduanya dipastikan identik, 367. Sekali lagi, keduanya sama-sama mengemas
sembilan kemenangan, namun Rosberg satu kali lebih banyak finis di urutan
kedua. Bila ini yang terjadi maka sambil menarik nafas dalam-dalam, Hamilton wajib
mengulurkan tangan untuk memberi selamat kepada Rosberg.
Di atas segalanya kita menanti jawaban atas teka-teki di seri
pamungkas nanti dengan harapan yang sama seperti Wolf. “Setelah pertempuran seperti daya tahan,
dengan tanpa keragukan pemenangan mengatakan bahwa mereka mendapatkannya. Kami semua
bersemangat untuk melihat siapa yang akan mendapatkannya. Semoga yang terbaik
yang menang.”
Sebagai tambahan, akhir pekan di Abu Dhabi dipastikan akan
semakin ramai dan lengkap. Tidak hanya menjadi medan penentu juara dunia Formula
One. Jawara di dua kelas di bawahnya yakni GP2 dan GP3 pun akan ditentukan di
sana.
Antonio Giovinazzi dan Pierre Gasly dari tim Prema Racing
akan berebut mahkota GP2. Sementara persaingan lebih ramai terjadi di GP3
antara Charles Lecec dan Alexander Albon dari tim ART GP dan Antonio Fuoco yang
membela Trident.
Mari kita berpaling ke Abu Dhabi untuk mendapatkan momen
puncak yang sempurna!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana 25/11/2016.
Comments
Post a Comment