Peta Kekuatan Ganda Putra Indonesia Setelah Mundurnya Hendra Setiawan
Salah satu momen terbaik Hendra Setiawan (kanan) saat berpasangan dengan Mohammad Ahsan/badmintonindonesia.org
Seperti sudah bisa ditebak, masa depan Hendra Setiawan di
dunia bulutangkis tak bakal berlangsung lama. Setidaknya sebagai pemain
Pelatnas PBSI dengan tuntutan dan tanggung jawab besar ketimbang sebagai pemain
profesional. Mulai 1 Desember nanti pemain 32 tahun itu resmi mundur dari Pelatnas.
Dikutip dari badmintonindonesia.org, pria kalem itu mengaku
bahwa sudah saatnya meninggalkan Pelatnas dan mengambil jalannya sendiri.
Setelah tidak lagi menjadi bagian dari pemain tim nasional, pria kelahiran 25
Agustus itu masih akan tetap bergaul dengan dunia yang telah membesarkan
namanya. Ia berencana menjadi pemain profesional.
“Kemungkinan main profesional, tapi belum tau pasti
kedepannya seperti apa. Mungkin nanti dipikirkan setelah Hong Kong Open.
Pengennya masih main di superseries dan lainnya,” beber Hendra yang kini
berpasangan dengan pemain muda Berry Anggriawan di dua turnamen terakhir yakni
di China Open Super Series Premier yang tengah berlangsung dan Hong Kong Open.
Terkait siapa partner berikutnya, Hendra pun belum bisa
memastikan. Saat ini ia masih mempertimbangkan berbagai kemungkinan termasuk berpartner
dengan pemain dari luar.
“Untuk pasangan berikutnya, saya masih mau lihat dulu. Ada
beberapa kandidat pemain yang bisa menjadi partner saya dan juga ada
kemungkinan saya berpartner dengan pemain luar,” lanjutnya.
Mundurnya Hendra dari Pelatnas tentu meninggalkan banyak
kesan. Sebagai pemain paling senior dan berpengalaman saat ini, ia telah
dianggap sebagai sosok panutan bahkan “guru” oleh para pemain muda. Prestasinya
telah mengular panjang. Bahkan menjadi pemain dengan prestasi komplet. Tiga
gelar juara dunia, dua kali juara Asian Games, hingga medali emas Olimpiade
2008 saat berpasangan dengan Markis Kido, adalah beberapa dari banyak gelar
yang telah disabet termasuk saat bertandem dengan Mohammad Ahsan.
Demikianpun kepribadiannya yang tenang dan layak menjadi
panutan. Tak lagi ada nama Hendra di Pelatnas akan memunculkan rasa kehilangan
baik bagi bulu tangkis Indonesia maupun para pemain muda. Sebelum bercerai dari
Ahsan, keduanya adalah harapan utama di sektor ganda putra dan hingga kini
belum ada pengganti sepadan.
Di sisi lain, keputusan Hendra itu tidak lahir secara
gegabah. Ia mengaku sudah mempertimbangkan matang-matang dengan mendengar suara
dari keluarga, pelatih, termasuk pula mantan tandemnya Ahsan yang dua kali
juara All England, Asian Games, dan dua kali Juara Dunia.
Di balik keputusan matang itu, Hendra dengan sendirinya
membuka jalan bagi para pemain muda untuk mengambil panggung. Sepertinya sudah
waktunya bagi para penerus untuk keluar dari sarang ketergantungan pada
Hendra/Ahsan dan berani unjuk gigi.
Pertanyaan kini, sudah siapkah para pemain muda mengambil
tanggung jawab dan kepercayaan itu? Menurut hemat saya, dari segi kualitas
tentu masih jauh dari kata siap. Tetapi dari segi potensi bukanlah hal
mustahil.
Saat ini setidaknya ada dua pasangan muda yang menonjol.
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo serta Angga Pratama/Ricky
Karanda Suwardi. Dua pasangan ini memiliki prospek yang baik dan saat ini
berada di lingkaran delapan besar dunia.
Hal tersebut diamini oleh pelatih kepala ganda putra Herry
Iman Pierngadi. Menurut pelatih kelahiran Pangkal Pinang, 21 Agustus 1962 itu,
dua pasangan itulah yang saat ini paling siap untuk meneruskan kejayaan
Hendra/Ahsan.
Meski belum sepenuhnya siap, lanjut pelatih yang karib
disapa Herry IP itu, kedua pasangan itu mau tidak mau harus siap untuk mengambil
peran tersebut. Dalam jangka waktu yang singkat, sebagaimana target Herry di
awal tahun depan, kedua pasangan itu harus sudah siap tempur.
“Angga harus meningkatkan kekuatan tangan dan ototnya.
Sedangkan Ricky, fisiknya tidak banyak yang perlu ditambahkan, namun ada
beberapa pukulan yang harus dimatangkan. Overall, mental dan ketenangan dalam
bertanding yang harus ditingkatkan. Namun pencapaian mereka ke semifinal
Denmark dan French Open 2016 secara beruntun adalah sebuah kemajuan.”terang
Herry.
Terkait Marcus, Herry memberi penekanan khusus pada
kondisi fisik, sementara Kevin tinggal mematangkan peran sebagai pengatur
permainan.
“Marcus harus memaksimalkan fisiknya dan recovery pasca
cedera. Sebaliknya Kevin punya fisik yang oke, VO2 max Kevin bagus. Namun
sebagai playmaker, Kevin harus lebih sabar mengatur irama permainan
dan memperbanyak variasi di depan net,”lanjutnya.
Selain dua pasangan itu, masih ada Ahsan yang tak bisa
dilupakan begitu saja. Sepeninggal Hendra, Ahsan masih memegang peran penting.
Dialah yang akan menggantikan Hendra sebagai penuntun sekaligus penyemangat
bagi para pemain muda.
Dengan usia yang masih memungkinkan, bukan tidak mungkin
skema yang selama ini dipakai, masih akan berlaku. Yakni seperti yang dilakukan
Hendra padanya, Ahsan akan mendorong satu pemain muda lain untuk tampil ke
panggung utama. Saat ini Ahsan berpasangan dengan Rian Agung Saputro. Pemain
kelahiran 7 September 29 tahun silam bisa menuntun Rian atau pemain lainnya
untuk menjadi seperti dirinya dan Hendra.
“Saya meminta bantuan Ahsan untuk ‘mengangkat’ pemain muda.
Seperti yang dulu Hendra lakukan kepada Ahsan. Memang selalu seperti ini, di
ganda, dua itu jadi satu, berbeda dengan tunggal,”terang Herry IP.
Sambil mengucap terima kasih untuk dedikasi Hendra Setiawan,
kita berharap keputusan yang niscaya akan terjadi pada setiap pemain itu,
membuka jalan bagi proses regenerasi terutama di sektor ganda putra.
Selama ini ganda putra tak perah kehabisan stok, dan rajin
mempersembahkan gelar untuk menjaga wajah bulu tangkis Indonesia. Semoga para
pemain muda lainnya tetap mempertahankan tradisi tersebut, atau malah lebih
cemerlang.
Rahasia kesuksesan Hendra sebenarnya sederhana. Seperti
pesannyaa kepada para pemain muda hanya dibutuhkan komitmen dan kerja keras untuk
melengkapi segala kemudahan yang sudah tersedia di Pelatnas sehingga hampir
tidak ada yang mustahil terjadi.
“Sebenarnya simple aja. Mereka di sini udah enak, sudah
diurusin. Jadi tinggal fokus, latihan yang benar dan disiplin waktu. Saatnya
latihan ya latihan, jam istirahat ya harus istirahat,” pesan Hendra.
Terima kasih Hendra!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana 16/11/2016.
Comments
Post a Comment