Luar Biasa, Praveen/Debby Tembus Final All England 2016
Praveen/Debby (badmintonindonesia.org)
Luar biasa. Demikian kata yang sekiranya pas untuk
menggambarkan penampilan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto
di All England 2016. Saat senior mereka Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal
mewujudkan target, Praveen/Debby tampil ke depan. Walau belum benar-benar
tuntas, setidaknya kesuksesan menembus babak final turnamen tertua di dunia itu
menjadi sebuah pencapaian yang fantastis.
Ini pertama kali mereka merasakan atmosfer final turnamen
yang mulai digelar sejak 1889 itu. Ditambah lagi langkah mereka ke partai
puncak dicapai dengan menumbangkan para unggulan. Pasangan legendaris Tiongkok
Zhan Nan/Zhao Yunlei menjadi korban ‘ledakan’ Praveen/Debby di semi final.
Di atas kertas Praveen/Debby tak diunggulkan saat bertemu
pasangan nomor satu dunia itu. Tujuh kali pertemuan selalu berakhir dengan
kekalahan. Jangankan Praveen/Debby, senior mereka, Owi/Butet-sapaan karib
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pun tak berkutik saat bertemu Zhang/Zhao. Namun
pertemuan kedelapan ini menorehkan catatan tersendiri, tak hanya bagi keduanya
tetapi juga bagi Indonesia. Praveen/Debby pun menjadi satu-satunya wakil Merah
Putih di partai pamungkas turnamen level super series premier itu.
Taji Praveen/Debby sudah mulai terlihat sejak di semi final.
Unggulan ketiga asal Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin dibekuk dua set langsung,
21-14 dan 23-21. Saat bertemu Zhang/Zhao yang jauh lebih senior dan
berpengalaman, Praveen/Debby terlihat tak kehilangan kepercayaan diri. Selain
mampu mengimbangi Zhang/Zhao, pasangan nomor delapan dunia itu pun sukses
menghempaskan unggulan teratas itu dua set saja, 21-19 dan 21-16.
“Kami merasa bangga bisa maju ke final, apalagi kami tinggal
satu-satunya wakil Indonesia. Tapi ini belum selesai, besok kami harus main
lebih bagus lagi. Hari ini kami mainnya sama saja dengan kemarin, tapi kami
main memang lebih enjoy,” ungkap Debby dikutip dari badmintonindonesia.org.
Tanda-tanda kedigdayaan Zhang/Zhao sempat terlihat sejak
awal set pertama. Namun Praveen/Debby tak kehilangan kepercayaan diri, bahkan
jauh dari kata rendah diri. Malah Praveen/Debby tampak menikmati pertandingan
sehingga mampu menempel perolehan poin Zhang/Zhao, menyusul hingga akhirnya
merebut game pertama. Di set kedua, Praveen/Debby makin ‘enjoy’.
Koordinasi dan komunikasi berjalan bagus. Pertahanan mereka
pun kokoh. Dua angka pertama langsung direbut. Lantas terus melaju 8-6, 14-7,
17-10 dan tak dapat lagi dibendung hingga mengunci pertandingan sekaligus menggagalkan
asa Zhang/Zhao untuk mempertahankan gelar.
“Dari game pertama sampai kedua, kami terus dapet feelnya.
Main semakin enak dan komunikasi juga bagus. Setiap lawan yang semakin bagus
kan kami harus makin banyak komunikasinya, biar main makin bagus dan cari
solusi di lapangan,” tandas Praveen.
Melihat penampilan Praveen/Debby kali ini tampak jelas
perkembangan yang sangat positif. Dalam sejarah pertemuan mereka dengan
Zhang/Zhao, grafik performa Praveen/Debby menunjukkan peningkatan. Bila dalam
pertemuan terakhir di Hong Kong Open 2015, Praveen/Debby kalah setelah berjuang
tiga set, 20-22, 21-17 dan 19-21, maka kali ini keduanya mampu meraih
kemenangan. Tentu ini merupakan buah dari perjuangan keras mereka setelah tujuh
kali gagal.
“Banyaknya pertemuan memang menjadi bekal tersendiri buat
kami. Tapi berapa kali pun ketemu dan berapa kali pun kalah, ketika masuk
lapangan sebenarnya kami punya kans yang sama. Tapi yang pasti kemenangan ini
menambah kepercayaan diri kami,” ungkap Debby.
Ikuti jejak Owi/Butet
Praveen/Debby masih harus menapaki satu tangga lagi bila
ingin mengikuti jejak Owi/Butet dua tahun silam. Joachim Fiescher
Neilsen/Christinna Pedersen menjadi lawan pasangan nomor delapan dunia itu di
partai final, Minggu (13/03).
Unggulan lima ini melangkah ke final setelah menyingkirkan
wakil tuan rumah yang ‘membunuh’ Owi/Butet di perempat final, Chris
Adcock/Gabrielle Adcock. Kedua pasangan sudah sembilan kali bertemu. Rekor head
to head lebih berpihak pada wakil Denmark dengan mengantongi enam kemenangan.
Namun Praveen/Debby memiliki modal bagus jelang pertandingan
menghadapi peringkat enam dunia itu. Keduanya hanya perlu mempertahankan
performa, minimal seperti saat pertemuan terakhir di babak perempat final Dubai
World Superseries Finals 2015. Saat itu, Praveen/Debby menang 21-8 dan 21-18.
Kemenangan di partai final ini akan memberikan banyak arti
bagi Praveen/Debby. Selain menjaga nama Merah Putih di ajang All England
setelah tahun lalu gagal membawa pulang satu gelar pun, tambahan 11.000 poin akan
menaikkan mereka ke peringkat tujuh dunia, menggeser duo Adcock.
Tak hanya itu, Praveen/Debby pun akan menempati posisi enam
di peringkat menuju Olimpiade Rio, mengambil tempat Xu Chen/Ma Jin asal
Tiongkok.
Apakah Praveen/Debby mampu meraih mahkota All England edisi ke-115
ini?
Juara baru
Final All England kali ini dipastikan akan melahirkan juara
baru. Hampir di semua sektor para juara bertahan gagal mempertahanan gelar.
Jepang menjadi negara yang cukup menonjol kali ini, bersaing dengan Tingkok.
Negeri Sakura memiliki tiga wakil di final masing-masing satu utusan di sektor
tunggal putri, ganda putra dan ganda putri.
Juara bertahan tunggal putra Chen Long lebih dulu kandas di
babak awal. Namun di sektor ini Tiongkok dipastikan membawa pulang gelar, antara
pemain gaek Lin Dan atau Tian Houwei.
Ratu bulutangkis saat ini Carolina Marin pun gagal membawa
pulang gelar ke Spanyol. Marin dijegal wakil Jepang Nozomi Okuhara setelah
berjuang seam 1 jam 12 menit dengan skor 11-21, 21-16 dan 21-14. Okuhara akan
memperebutkan gelar tungal putri dengan pemain Tiongkok Wang Shixian.
Bila tahun lalu Mathias Boe/Carsten Mogensen menjadi yang
terbaik di sektor ganda putra maka kali ini predikat itu akan jatuh kepada
Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) atau wakil Rusia Vladimir Ivanov/Ivan
Sozonov.
Setidaknya hanya ada satu pemain yang berpeluang
mempertahankan gelar yakni Tang Yuanting. Tahun lalu Tang berpasangan dengan
Bao Yoxin. Kali ini ia menjadi tandem Yu Yang. Keduanya akan menghadapi wakil
Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi yang sukses menumbangkan unggulan
pertama, pasangan kembar asal Tiongkok Luo Ying/Luo Yu, 21-12, 21-9 dalam 45
menit.
Jadwal dan Statistik partai final All England 2016 (sumber tournamentsoftware.com):
Tunggal putra
Lin Dan (Tiongkok) vs Tian Houwei (Tiongkok)
Peringkat dunia: 4 || 8
H2H: 6-0
Pertemuan terakhir: Yonex Jepang Open 2015 (21-14, 21-18)
Ganda putri
Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang) vs Tang
Yuanting/Yu Yang (Tiongkok)
Peringkat dunia: 3 || 11
H2H: 1-1
Pertemuan terakhir: Malaysia Masters 2016 (21-18, 22-20)
Ganda campuran
Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia) vs Joachim Fiescher
Neilsen/Christinna Pedersen (Denmark)
Peringkat: 8 || 6
H2H: 3 - 6
Pertemuan terakhir: QF Dubai World Superseries Finals 2015
(21-8 21-18)
Tunggal putri
Wang Shixian (Tiongkok) vs Nozomi Okuhara (Jepang)
Peringkat dunia: 5 || 8
H2H: 2 - 1
Pertemuan terakhir: Final Happening Hyderabad Badminton Asia
Team Championships 2016 (21-17 16-21 15-21)
Ganda putra
Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) vsa Vladimir
Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia)
Peringkat dunia: 7 ||13
H2H: 3-3
Pertemuan terakhir: Denmark Open 2015 (10-21, 20-22)
Tulisan ini
pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, Minggu 13/03/2016
Comments
Post a Comment