Menanamkan Budaya BACA pada Anak Sejak Dini
Sedang baca buku apa? Apa bacaan terakhir yang ditandaskan? Apakah Anda menikmatinya? Adakah buku baru yang tengah diincar? Deretan pertanyaan ini sebenarnya hendak mengerucut pada satu hal. Membaca itu penting.
Bila kita masih sepakat dengan itu, apa manfaat membaca yang kita rasakan? Apakah kegiatan tersebut hanya untuk orang dewasa yang sudah lancar membaca? Bagaimana dengan anak-anak, apakah mereka tidak perlu kita "racuni" dengan minat baca?
Menamankan budaya baca sejak dini adalah investasi berharga bagi sang anak. Membaca banyak manfaatnya. Mulai dari menambah kosa kata, meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, melatih berpikir logis, melatih konsentrasi, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, mendukung prestasi akademik, hingga membuka cakrawala dan memperelat relasi dengan lingkungan sekitar.
Mengingat betapa pentingnya membaca bagi seorang anak, Danone Indonesia berinisiatif mengambil bagian dalam proyek BACA yang diawali webinar bertajuk "Dukung Anak Sehat Berliterasi dengan Asupan Gizi Seimbang dan Pola Asuh Orang Tua."
Danone memperkenalkan inisiatif tersebut pada Jumat, 23 April 2021 lalu. Acara itu merupakan kerja sama Danone Indonesia dan Tentang Anak, sebuah wadah edukasi dan informasi tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Kegiatan ini terjadi pada waktu yang tepat, tak lama setelah dunia merayakan Hari Buku Sedunia. Sekaligus ambil bagian dalam proyek Generasi Literasi Nasional. Sulit membayangkan aktivitas membaca tanpa buku sebagai salah satu wadah. Begitu juga mustahil generasi yang terliterasi tercipta bila tidak diupayakan sejak dini.
Para narasumber, sumber: YouTube webinar
Hadir sebagai pembicara, Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia; dr.Mesty Ariotedjo, S.pA, Dokter Spesialis Anak dan CEO Tentang Anak, dan Fathya Artha, M.Sc., M.Psi, psikolog dan Co-Founder Tigagenerasi.
Nutrisi
Beberapa pokok pikiran menarik bisa dikemukakan. Pertama, buku menjadi salah satu alat penting untuk membentuk perkembangan otak anak. Seperti dikatakan Dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, untuk membentuk anak yang cerdas maka salah satu stimulus yang bisa diberikan adalah membaca.
Hanya saja, perlu didukung oleh faktor penting lainnya. Itu adalah nutrisi. Mesty yang sekaligus CEO Tentang Anak menekankan pentingnya nutrisi untuk perkembangan otak anak yang sebagian besar terjadi sejak awal kehamilan hingga dua tahun pertama kelahiran.
Orang tua perlu memperhatikan asupan nutrisi seimbang. Makronutrien dan mikronutrien perlu diperhatikan. Makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Sementara itu kalsium, asam folat, Vitamin A, C, D, D, B6, B12, Seng, dan Zat Besi adalah bagian dari mikronutrien.
Sumber: slide presentasi
Saat ini umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Seorang anak tidak dilarang untuk ikut berpuasa. Hanya saja, Mesty mengingatkan untuk memperhatikan asupan nutrisi yang seimbang terutama saat sahur dan buka puasa.
Seorang anak kerap mulai ikut berpuasa saat menginjak usia 4 tahun. Namun anak tidak dianjurkan untuk menjalani puasa penuh selama 10 hingga 14 jam. Alasannya, anak masih dalam tahap adaptasi dengan kebiasaan berpuasa, di sisi lain di usia tersebut anak masih membutuhkan asupan nutrisi untuk tumbuh-kembang.
Selain memperhatikan nutrisi, asupan air yang cukup juga penting diperhatikan. Tujuannya, agar anak tidak sampai mengalami dehidrasi. Mesty memberi gambaran berapa banyak konsumsi air bagai seorang anak berdasarkan usia.
Umur 4-8 tahun memerlukan 1700 ml/hari,
umur 9-13 tahun memerlukan 2400 ml/hari untuk anak laki-laki, dan 2100 ml/hari anak perempuan
umur 14-18 tahun memerlukan 3300 ml/hari untuk anak laki-laki, dan 2300 ml hari untuk anak perempuan.
Sumber: slide presentasi
Pojok Baca
Kedua, membaca di bulan Ramadan bisa mengurangi kekhawatiran orang tua terhadap kecenderuangan anak untuk berhamba pada gadget atau perangkat elektronik lainnya. Mengarahkan anak untuk membaca menjadi pilihan tepat.
Tidak hanya kekhawatiran kecanduan gadget, pandemi yang membatasi ruang gerak dan mobilitas sosial, gampang memicu rasa bosan, memantik stres, hingga ancaman kehilangan kesempatan bersosialisasi bagi seorang anak.
Fathya Artha menekankan pentingnya membaca bagi perkembangan literasi anak selama masa pandemi. Membaca membantu anak menavigasi permasalahan yang dikhawatirkan orang tua. Untuk itu perlu menciptakan lingkungan dan atmosfer yang menyenangkan agar anak tergerak untuk membaca.
Artha memberikan sejumlah tips. Mulai dari menyediakan pojok baca, menyediakan buku-buku yang menarik, mengajak anak memilih sendiri buku yang disukai, melibatkan anak dalam cerita yang dibaca, menghubungkan cerita dengan kehidupan anak, membaca dengan intonasi yang meyakinkan, dan menghubungkan cerita yang dibaca dengan kehidupan sehari-hari.
Hal penting lain yang patut digarsibawahi adalah orang tua harus pertama-tama merasa dan menunjukkan bahwa membawa itu asyik.
Sumber: slide presentasi
Kolaborasi
Ketiga, Arif Mujahidin mengatakan salah satu hal penting untuk meningkatkan minat baca adalah kolaborasi. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk membantu mendongkrak minat baca di tanah air.
"Terpenting dalam meningkatkan tingkat baca yakni dengan berkerjasama melakukan hal yang sama dengan berbagai pihak. Indonesia memiliki jumlah anak sebanyak 25 juta, karenanya penting berkerjasama."
Untuk maksud itu, Danone Indonesia tidak sekadar berwacana saja. Program BACA yang dimaksudkan untuk menumbuhkan minat dan kecintaan anak-anak pada membaca diimplementasi melalui sumbangan buku bacaan.
Sesuai spirit Ramadan sebagai bulan berbagi kebaikan, Danone menggalang donasi 5 ribu Buku Serial "Sikap Baik." Selain itu Danone mendonasikan buku "Sampahku Tanggung Jawabku" dan "Isi Piringku." Kedua buku tersebut berisi panduan praktis tentang kesehatan dan gizi.
Untuk maksud baik ini, Danone membuka kesempatan seluas-luasnya bagi setiap masyarakat Indonesia yang mau ambil bagian. Siapa saja bisa berdonasi melalui @wecare.id. Apakah Anda salah satu yang ingin terlibat?
Comments
Post a Comment