Praveen Jordan dan Debby Susanto Gagal Move On
Praveen Jordan/Debby Susanto/badmintonindonesia.org |
Kemalangan belum juga beranjak dari pasangan ganda campuran
Praveen Jordan/Debby Susanto. Sejak merebut gelar All England 2016 pasangan ini
belum juga berprestasi lagi. Datang dengan penuh harapan, Super Series Premier
Malaysia Open malah memperpanjang catatan negatif Praveen/Debby.
Praveen/Debby yang ditempatkan sebagai unggulan enam
tersandung di babak kedua. Adalah pasangan non unggulan dari Korea Selatan,
Choi Solgyu/Chae Yoo Jung menjadi batu sandungan. Sempat tertinggal di game
pertama, Praveen/Debby berhasil menyamakan kedudukan. Namun kemenangan itu tak
bisa dipertahankan di set penentuan. Praveen/Debby kalah 21-12 14-21 dan 21-19
dalam laga berdurasi 51 menit.
Praveen/Debby menghadapi laga ini dengan penuh optimisme.
Terbakar rasa penasaran ingin bertemu dan menumbangkan senior mereka, Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir yang bakal dihadapi di delapan besar bila kompak melaju. Namun
hasil akhir tak bisa diingkari.
Menghadapi wakil Negeri Ginseng itu, Praveen/Debby bermain
di bawah performa terbaik. Keduanya sangat keteteran hampir di semua segi. Tidak
hanya gagal meladeni permainan net, juga mudah memberi peluang kepada lawan
untuk menyerang. Alih-alih rapat bertahan, Praveen/Debby malah mudah ditembus.
Menurut Debby tidak ada yang istimewa sebenarnya dari
pasangan Korea itu. Kepada badmintonindonesia.org ia berlasan, “beberapa kali
kami terbawa tempo permainan mereka.”
Selain itu faktor angin dinilai amat mempengaruhi
permainan mereka di game penentuan. “Saat game ketiga, posisi lapangan kami
searah dengan angin, jadi banyak pukulan kami yang kurang pas.”
Terlapas dari berbagai alasan itu kekalahan ini
semakin menegaskan inkonsistensi permainan mereka. Selain menuntut evaluasi dan
kerja keras perbaikan, keduanya pun harus berani mengatasi tekanan sebagai pasangan
masa depan yang tak kunjung meyakinkan untuk menerima estafet tanggung jawab
dari Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Praveen/Debby pun mengulangi catatan tahun lalu. Bedanya saat
itu keduanya disingkirkan pasangan Singapura D B Chrisnanta/Vanessa Neo YY,
19-21 dan 14-21. Tidak hanya gagal “move on” dari pencapaian tahun lalu,
Praveen/Debby juga belum bisa lepas dari bayang-bayang kekalahan di pertemuan
terakhir menghadapi Choi/Jung di Hong Kong Open 2016. Kala itu Praveen/Debby
menyerah 21-19 18-21 dan 18-21, setelah sempat memenangkan pertemuan pertama
mereka di China Open 2016, 21-15 dan 21-13.
Senasib Praveen/Debby hasil negatif juga diderita Edi
Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja. Kejutan di baba pertama, menyisihkan pasangan
peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dari
Malaysia gagal berlanjut saat bertemu wakil Hong Kong hari ini. Keduanya ditekuk Lee Chun Hei Reginald/Chau
Hoi Wah usai bertarung rubber game, 21-16, 17-21, 14-21.
Tersisihnya dua pasangan ganda campuran itu menyisahkan Owi/Butet,
sapaan Tontowi/Liliyana di delapan besar. Owi/Butet melangkah tanpa mengeluarkan
keringat setelah calon lawannya, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt dari Denmark mengundurkan
diri.
Owi/Butet akan menghadapi “pembunuh” Praveen/Debby untuk
berebut tiket semi final. Selain
Owi/Butet, hingg berita ini selesai dibuat, Indonesia sudah mengirim satu wakil
lainnya yakni Jonatan Christie. Jojo, demikian disapa, menumbangkan Chou Tien Chen,
21-23 21-17 21-19.
Kemenangan dalam pertarunga selama lebih
dari satu jam itu menjaga catatan sempurna Jojo atas wakil Taiwan itu dalam
tiga pertemuan, termasuk perjumpaan terakhir di ajang yang sama tahun lalu.Di babak
selanjutnya Jojo akan menantang unggulan tujuh dari China, Lin Dan yang menang
mudah atas wakil Thailand, Tanongsak Saensomboonsuk, 21 8-21 13.
Kemenangan Jojo gagal diikuti seniornya
Tommy Sugiarto. Pemain non pelatnas ini tak kuasa meladeni unggulan lima asal
Korea Selatan, Son Wan Ho. Tommy yang
kini berperingkat 17 dunia kalah straight
set 21-15 21-15 sekaligus gagal menyamaan kedudukan dalam enam pertemuan
mereka.
Hasil tak menggembirakan juga datang dari
ganda putri. Dua wakil tersisa tersungkur dari dua unggulan teratas. Della
Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari tak bisa berbuat banyak saat menghadapi unggulan
dua sekaligus peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Kamilla Rytter
Juhl/Christinna Pedersen. Ganda asal Denmark itu menang dua game langsung,
17-21, 13-21.
Pada laga bersamaan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi coba
meladeni unggulan teratas dari Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. Meski
telah berjuang maksimal termasuk memaksa terjadinya deuce di game kedua, peraih emas Olimpiade Rio itu masih terlalu
tangguh. Laga berakhir dengan skor 17-21, 22-24.
“Secara keseluruhan, penampilan Della/Rosyita nggak
seperti biasanya, banyak error, pasif dan kurang inisiatif. Ada faktor X yang
membuat Della/Rosyita tidak maksimal. Akan jadi evaluasi buat Della/Rosyita,
kalau lagi tidak enak situasinya harus bagaimana cari jalan keluarnya?” terang
Eng Hian memberi evaluasi.
Evaluasi sedikit berbeda diberikan Kepala Pelatih
Ganda Putri PBSI itu kepada Anggia/Ketut.
“Anggia/Ketut cukup bagus bisa
memberikan perlawanan ke pasangan rangking satu dunia. Tetapi tetap perlu
evaluasi, walaupun sudah memimpin, tapi kenapa kok bisa stuck di poin itu? Dari
konsentrasinya atau apa? Saya lihat dari game pertama, kondisi mentalnya yang
belum kuat, saat bisa menang, disitu ada pressure, seharusnya kan pressure
bukan di mereka, tetapi di lawan.”
Indonesia masih memiliki harapan pada tiga ganda
putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan/Rian
Agung Saputro dan Fajar Alfian/Mumahhad Rian Ardianto yang akan menghadapi
unggulan lima dari China, Liu Junhui/Liu Yuchen.
Tulisan ini terbit pertama di Kompasiana, 6 April 2017.
http://www.kompasiana.com/charlesemanueldm/praveen-jordan-debby-susanto-gagal-move-on_58e618047593736249cab6f8
Comments
Post a Comment