Sambut Tahun Kerja Keras Bulu Tangkis Indonesia
Susy Susanti (kelima dari kiri) bersama jajaran PBSI dan para pelatih Pelatnas/badmintonindonesia.org |
Tahun 2017 yang baru saja digerai adalah tahun pertama kerja
pengurus baru PP PBSI 2016-2020. Jenderal (Purn) Wiranto yang baru saja
mengambil tongkat estafet kepemimpinan dari Gita Wirjawan mulai bekerja menyusul
komposisi pengurus induk olahraga tepok bulu tanah air itu yang telah terbentuk
dan masing-masing bagian sudah merancang bangun program-program kerja.
Salah satu bagian penting yang dinanti kiprahnya adalah
bidang pembinaan prestasi. Bukan kebetulan bagian ini dipercayakan kepada
mantan pemain tunggal putri peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, Susy
Susanti. Peraih emas pertama dan satu-satunya pada sektor tersebut di ajang
multievent terakbar sejagad itu mengambil peran yang selama empat tahun
sebelumnya dijalankan oleh Rexy Mainaky yang kini telah berafiliasi dengan
Federasi Bulu Tangkis Thailand.
Dengan pengalamannya sebagai pemain, sekaligus praktisi bulu
tangkis lebih dari 18 tahun setelah
gantung raket, Susy diharapkan mampu membawa angin segar bagi bulu tangkis
tanah air, terutama di sektor putri. Bukan rahasia lagi sektor ini sudah jauh
tertinggal dibanding sektor-sektor lain. Dari tahun ke tahun setelah masa
keemasan Susy Susanti dan Mia Audina berakhir, Merah Putih mengalami paceklik
prestasi berkepanjangan. Musim kering itu diharapkan segera berganti musim semi
di bawah sentuhan Susy sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi yang bertanggung
jawab terhadap regenerasi dan prestasi bulu tangkis Indonesia.
Mengawali tahun ini Susy pun telah menentukan komposisi
formator Pelatnas PBSI dengan sedikit perubahan. Selain pada formasi staf
pelatih, Susy juga menghidupkan kembali pelatnas pratama yang dihuni para
pemain muda sebagai titian menuju tim utama.
Sektor putra baik tunggal maupun ganda, serta ganda campuran
utama, posisi (kepala) pelatih dan asisten tidak mengalami perubahan berarti.
Hendry Saputra sebagai kepala pelatih tunggal putra dibantu Irwansyah sebagai asisten.
Tunggal putra pratama dibawah kendali Harry Hartono sebagai pelatih dan Deni
Danuadji selaku asisten.
Herry Imam Pierngadi tetap sebagai kepala pelatih ganda
putra bersama Aryono Minat. Hasil baik yang dicetak para pemain ganda putra
selama beberapa tahun terakhir menjadi alasan untuk mempertahankan mereka. Sementara
di ganda putra pratama, Thomas Indratjaja sebagai pelatih dan asistennya David
Y Pohan.
Seperti ganda putra, ganda campuran pun menunjukkan prestasi
yang baik. Regenerasi terus berjalan di kedua sektor tersebut. Di ganda putra
Indonesia sudah memiliki sejumlah pasangan penerus Hendra Setiawan/Mohammad
Ahsan. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya yang gemilang di tahun 2016 kini
sudah bertengger di rangking dua dunia, di belakang pasangan senior Malaysia V
Shem Goh/Wee Kiong Tan. Selain itu ada Angga Pratama/ Ricky Karanda (7 dunia),
Berry Angriawan yang berpasangan dengan Ahsan, Rian Agung Saputri, serta Fajar
Alfian/Muhammad Rian Ardianto (24 dunia). Hardianto Hardianto/Kenas Adi
Haryanto yang berada tiga strip di belakang Fajar/Rian pun menunjukkan potensi
besar.
Di ganda campuran pun demikian. Tontowi Ahmad/Liliyana
Natsir masih menunjukkan performa gemilang. Pasangan berperingkat tiga dunia
itu berhasil mengembalikan tradisi emas cabang badminton di Olimpiade Rio 2016.
Selain Owi/Butet, sapaan Tontowi/Liliyana, Indonesia pun memiliki Praveen
Jordan/Debby Susanto, jawara All England 2016. Di bawah mereka ada Ronald Alexander/Melati
Daeva Oktavianti (14 dunia), dan Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia di peringkat 19
dunia.
Dengan hasil tersebut, pantaslah Richard Mainaky tetap
dipertahankan sebagai kepala pelatih. Kali ini ia dibantu Vita Marissa yang
sebelumnya menangai pemain muda. Sementara Nova Widiyanto yang menjadi asisten
Richard mengepalai pratama bersama Amon Sunaryo sebagai asisten.
Eng Hian masih dipercaya menangani ganda putri utama. Sebagai
kepala pelatih, ia dibantu Chafidz Yusuf yang sebelumnya menangani para pemain
muda. Mengantar Greysia Polii/Nitya K Maheswari merebut medali emasi Asian
Games 2014 menjadi prestasi tersendiri bagi ganda putri Indonesia. Selanjutnya
tangan dingin Eng Hian diharapkan mampu mendorong para pemain muda, dibantu pelatih
taruna PB Djarum Rudy H Gunawan dan mantan pemain ganda campuranAnggun Nugroho
sebagai pelatih dan asisten pratama.
Selama enam bulan ke depan Eng Hian dihadapkan pada
tantangan tida ringan menyusul menepinya Nitya setelah naik meja operasi. Selain
mencari tandem sementara untuk Greysia, menyiapkan pelapis adalah langkah
penting. Della Destiara Haris/Rosyita Eka Sari Putri dan Anggia Shitta
Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani yang kini berada di lingkaran 16 besar dunia
paling potensial untuk didorong dan dioptimalkan.
Pekerjaan berat Binpres ada di sektor tunggal putri. Hingga kini
kepala pelatih utama masih belum juga diumumkan. Baru posisi asisten pelatih
yang terisi yakni Minarti Timur. Bisa jadi Susy dan tim berpikir keras untuk mengisi
tempat yang sebelumnya diisi Bambang Suprianto mengingat beban dan tanggung
jawab yang tidak ringan.
Masuknya Jeffer Rosobin sebagai kepala pelatih pratama
diharapkan meberikan pengaruh positif bagi para pemain muda. Sebagai mantan
pemain tunggal di era Taufik Hidayat, Jeffer memiliki pengalaman kepelatihan di
Jepang dan Malaysia. Bersaman Herli Djaenudin sebagai asisten pratama, asa memutus
mata rantai mandeknya prestasi dan mempersempit jurang regenerasi digantung.
PBSI sudah memanggil 89 atlet, masing-masing 50 di kelas
utama dan 39 di kelas pratama untuk memperkuat tim nasional Indonesia. Jumlah
ini menyusut 10 kuota dibanding tahun lalu. Meski demikian masih ada beberapa
tempat yang masih kosong dan para pemain magang tengah diseleksi untuk
melengapi kuota tersebut.
Sebanyak sembilan pemain didepak dari pelatnas dengan jumlah
terbanyak dari sektor ganda campuran yakni empat pemain. Nama-nama tersebut
hampir tidak terdengar prestasinya selama setahun terakhir. Mereka adalah Reksy
Aureza Megananda (tunggal putra), Desandha Vegarani Putri, Putri Ayu
Desiderianti (tunggal putri), Muhammad Fachrikar (ganda putra), Maretha Dea
Giovani (ganda putri), dan Masita Mahmudin, Rafiddias Akhdan Nugroho, Riky
Widianto, dan Richi Puspita Dili (ganda campuran).
Muka-muka baru kini mengisi pelatnas pratama, salah satunya
tunggal putrayang cukup bersinar di Kejuaraan Dunia Junior tahun lalu di
Bilbao, Spanyol, Chico Aura Dwi Wardoyo.
Setelah mundurnya Lindaweni Fanetri praktis sektor putri utama
dihuni para pemain muda. Rentang usia Fitriani, Hanna Ramadini, Dinar Dyah
Ayustine, Gregoria Mariska, Ruselli Hartawan, Aurum Oktavia Winata, Gabriela
Meilani Moningka tidak terpaut jauh bahkan ada yang sepantaran dengan para
pemain pratama seperti Eprilia Mega Ayu Swastika, Isra Faradila, Ghaida Nurul
Ghaniyu, Choirunisa, Savira Sandradewi.
Situasi ini mendorong tim pelatih tunggal putri bekerja
ekstra keras. Saat ini hanya Fitriani yang berada di lingkaran 20 besar dunia. Selain
tunggal berperingkat 18 dunia itu, para pemain lainnya berada di luar jajaran
40 besar.
Selama setahun ke depan mereka akan ditempa seturut program
setiap sektor. Yang pasti perkembangan setiap atlet terus berada dalam radar
pantauan, dan kepada mereka akan diambil sikap pada akhir tahun melalui sistem
promosi dan degradasi.
Selama proses pembinaan itu banyak hal bisa dilakukan untuk
mempertahankan prestasi, dan terutama meningkatkan dan menggedor prestasi. Cara-cara
yang akan ditempuh Eng Hian untuk ganda putri misalnya bisa menjadi contoh. Evaluasi berkala melalui sistem KPI (Key
Performance Index) dan mendatangkan psikolog untuk mendampingi dan membentuk
mental juara adalah sebagian dari langkah strategis untuk meningkatkan
prestasi. Saat dunia olahraga sudah mulai lekat dengan sport science, melibatkan
bidang-bidang keilmuan dan cara-cara teknis dan ilmiah dalam program latihan adalah
bentuk maksimalisasi terhadap potensi dan bakat-bakat alam para atlet
Indonesia.
Tak kalah penting di tingkat pengurus, menentukan dan
memilah target serta meningkatan jam terbang para pemain muda amat diperlukan. Agenda
padat baik turnamen beregu dan individu seturut kalender BWF, maupun ajang
multicabang seperti SEA Games sudah menanti.
Di sini kejelian dan keberanian PBSI untuk mengorbit para
pemain diuji. Berprestasi di turnamen pembuka super series (premier), All
England pada 7-12 Maret, Kejuaraan Dunia di Glasgow, Skotlandia, 21-27 Agustus,
SEA Games Kuala Lumpur, 19-31 Agustus, serta membawa pulang Piala Sudirman yang
telah dinanti sejak 1989 yang akan dihelat di Gold Coast, Australia, 21-28 Mei
tidak hanya menjadi target PBSI juga harapan segenap bangsa Indonesia.
Di turnamen-turnamen mayor level super series dan Kejuaraan
Dunia hampir pasti Indonesia masih menaruh harapan kepada para pemain senior,
atau setidaknya para pemain muda yang telah meraih prestasi.
Sementara di SEA Games Kuala Lumpur menjadi ajang pertaruhan
bagi PBSI untuk berani mengorbitkan para pemain muda. Selain karena berbarengan
dengan Kejuaraan Dunia, seperti SEA Games tahun lalu di Singapura, terbukti
para pemain muda mampu berprestasii andaikata diberi kepercayaan.
Di Singapura itu, para pemain muda mampu menggondol tiga
dari tujuh emas cabang bulu tangis, meski ketiga emas itu disumbangkan sektor
ganda yakni ganda putra, ganda campuran dan beregu putra. Dan Agustus nanti
tidak hanya para pemain muda berusia 20-an tahun yang berpeluang dikirim,
atlet-atlet yang lebih mudah mestinya juga diberi kepercayaan.
Hal itu menjadi pekerjaan rumah Wiranto bersama Susy dan 20 anggota
tim pelatih. Sekaligus pembuktian terhadap program dan target yang telah
dirancangbangun.Setidaknya untuk menjawab tanya: apakah 2017 akan menjadi tahun
prestasi dan regenerasi bulu tangkis Indonesia? Dan itu akan terwujud seperti slogan Jokowi
kerja, kerja dan kerja.
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 9 Januari 2017.
Comments
Post a Comment