Level Turnamen Badminton Internasional Bakal Berubah, Berkah atau Petaka?
Logo Federasi Bulu tangkis Dunia/tribunnews.com |
Saat ini
kita mengenal sejumlah jenjang atau level turnamen internasional seturut
kalender Badminton World Federation (BWF). Setidaknya ada lima level turnamen
berlaku selama ini. Itu dimulai dari olimpiade dan kejuaraan dunia (level
satu), super series premier dan super series final (level dua), super series
(level tiga),grand prix gol (level empat) dan grand prix di level lima.
Jenjang ini
dipastikkan akan berubah sejak tahun depan hingga 2018 nanti. Akan ada
perubahan sejak level kedua. Setelah jenjang olimpiade dan kejuaraan dunia,
akan diisi satu kategori yang levelnya di atas super series premier dan super
series final.
Saat ini
turnamen super series premier yang mulai diperkenalkan pada 2006 dan berlaku
setahun kemudian digelar di lima negara yakni Inggris (All England), Malaysia,
Denmark, Indonesia dan Tiongkok. Setelah susunan baru berlaku, maka level
turnamen tersebut akan turun ke level ketiga.
Di level
kedua akan ada satu turnamen dengan nama resmi belum diumumkan oleh federasi
bulu tangkis dunia itu. Muncul spekulasi, seperti dikutip dari
badmintonindonesia.org, level turnamen tersebut akan mengambil nama premier of premier.
Tentu dengan
perubahan susunan ini jelas membuat kualifikasi dan syarat sebuah turnamen
menyandang status mentereng itu akan berubah. Sudah pasti kriterianya akan
lebih prestisius dari level super series premier.
Masih dari
sumber yang sama, prize money atau
total hadiah yang diberikan di turnamen tersebut minimal satu juta dollar AS.
Tidak hanya soal hadiah. Berbagai sarana, dan fasilitas akomodasi sebelum,
selama dan sesudah pertandingan digelar pun harus dijamin lebih dari
biasanya. Selain sarana dan fasilitas
pertandingan, aparatur pertandingan dan pelayanan panitia kepada para peserta,
pemilihan hotel dan berbagai hal penting lain akan berada dalam standar
tertentu.
Menurut
keterangan Bambang Roedyanto, Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI, saat ini
sedang berlangsung bidding, menentukan
tiga negara yang paling pas menjadi tuan rumah. Hasilnya bakal diumumkan pada
Maret tahun ini. Lantas bagaimana peluang Indonesia?
Sebagai tuan
rumah peluang Indonesia terbuka lebar. Menurut pria yang karib disapa Rudy itu,
Indonesia juga mengajukan diri untuk menjadi salah satu penyelenggara turnamen
level dua itu. Pengalaman menyelenggarakan turnamen level supe series premier
sejak 2011 sudah menjadi bukti. Dari segi hadiah, Indonesia sudah memenuhi
syarat. Penyelenggaraan Indonesia Open edisi terakhir, Indonesia menyediakan
total hadiah 900 ribu dollar AS atau setara Rp12 miliar. Jumlah ini meningkat
dari tahun sebelumnya sebesar 800 ribu dollar AS.
”Dari segi
jumlah prize money, kita sudah
memenuhi syarat, dimana bahkan mulai tahun ini turnamen super series premier
kita menawarkan hadiah sebesar satu juta Dollar AS,” lanjut Bambang.
Selain itu,
penyelenggaraan Indonesia Open SSP selama ini selalu berpredikat terpuji. Tuan
rumah Indonesia selalu mendapat acungan jempol dan pengakuan dari BWF.
Keberhasilan menggabungkan sport dan hiburan (enternainment) menjadikan Indonesia sebagai salah satu turnamen
percontohan.
Tak hanya
dari segi total hadiah, mengikuti alur level turnamen yang ada, poin yang
diraih para pemain di turnamen ini sudah pasti lebih tinggi. Sebagai
perbandingan, juara super series premier saja misalnya berhak atas 11.000 poin,
selisih 1.000 poin dari juara dunia atau peraih emas Olimpiade dan terpaut
1.800 poin dari jawara turnamen level tiga. Sementara runner up super series
premier mendapat 9.350, jauh lebih banyak dari runner up turnamen level tiga
dengan 7.800 poin. Begitu pula selanjutnya.
Demikian
pula persyaratan kepesertaan. Pada level super series premier para pemain di
lingkaran 10 besar dunia wajib hadir bila tidak ingin mendapat pengurangan poin
bila tak ambil bagian. Belum diketahui persyaratan terkait hal ini pada
turnamen level premier of premier.
Semarak Indonesia Open SSP 2016/djarumbadminton.com |
“Kita tunggu saja hasil bidding, nanti akan dijelaskan juga ketentuan turnamennnya, seperti
jumlah poin, siapa yang wajib hadir, jadwal pertandingan dan sebagainya. Yang
pasti, persaingan akan lebih ketat di level ini,” sambung Rudy.
Bagi para
pemain dan negara peserta, berubah, lebih tepatnya bertambahnya level turnamen bisa
menjadi peluang bagus. Tambahan level turnamen dengan ganjaran hadiah dan poin menggiurkan
memacu para pebulutangkis untuk tampil lebih baik. Jumlah poin yang besar
menjadi tabungan berarti untuk tampil di jenjang lebih tinggi seperti olimpiade
misalnya.
Namun di
sisi lain menuntut kerja lebih. Dari pihak pemain, tingkat persaingan sudah
pasti semakin ketat. Bila ingin tampil di turnamen level dua itu tidak ada
syarat lain selain bekerja keras. Semua pemain dari negara manapun pasti
mengimpikan bisa tampil di ajang tersebut dengan segala kemewahannya itu.
Sementara
dari pihak PBSI diperlukan strategi jitu untuk mengirim pemain. Bertambahnya
turnamen ini jelas semakin membuat agenda para pemain elit kian padat. Mereka
tidak hanya diagendakan tampil di lima turnamen super series premier saja. Ada
juga jadwal super series final, kejuaraan kontinental seperti Piala Asia,
Olimpiade, Kejuaraan Dunia dan turnamen beregu seperti Piala Sudirman, Piala
Thomas dan Piala Uber.
Padatnya
jadwal tersebut menuntut kebijakan strategis dari PBSI dan tim pelatih.
Bagaimana mengoptimalkan peluang turnamen yang ada di satu sisi, serta mengatur
agar puncak performa tetap terjaga dan rangking mereka terus meningkat di sisi
lain.
PBSI perlu
memiliki kebijakan yang jelas terhadap para atlet. Turnamen mana saja yang
sebaiknya diikuti oleh para pemain elit, dan turnamen mana yang patut diberikan
kepada para pemain muda. Meski begitu, kepada para pemain pun tetap diberikan standar
yang jelas apakah mereka pantas naik kelas atau perlu bekerja lebih keras agar
tidak turun kelas.
Jangan
sampai bertambahnya turnamen semakin memusingkan PBSI dan membuat para pemain
tertentu benar-benar diperas tenaganya. Padahal kita memiliki stok pemain
berlimpah untuk diberikan kesempatan.
Rencana susunan level turnamen BWF
2018 – 2021 :
Level 1 :
olimpiade, kejuaraan dunia, final super series
Level 2 :
nama kejuaraan masih dalam proses penetapan – tiga negara penyelenggara (prize
money minimal satu juta Dollar AS)
Level 3 :
super series premier – lima negara penyelenggara (prize money minimal 700 ribu
Dollar AS)
Level 4 :
super series – tujuh negara penyelenggara (prize money minimal 250 ribu Dollar
AS)
Level 5 :
grand prix gold (prize money minimal 150 ribu Dollar AS)
Tulisan ini pertama kali terbit di Kompasiana, 31 Januari 2017.
Comments
Post a Comment