Belajar Sabar dari Si Kribo Fellaini

Gol pertama dari Juan Mata (kanan) dan Pelukan Fellaini pada Mourinho/dailymail.co.uk
Disoraki-bukan sebagai bentuk apresiasi-oleh puluhan ribu pendukung sendiri jelas bukan hal yang diinginkan oleh setiap pesepakbola. Apalagi bila teriakan dan sorakan itu bernada mencemooh yang mengandung pesan merendahkan. Bagi seorang pemain, cemoohan itu menunjukkan sikap antipati pendukung yang mengisyaratkan harapan untuk segera angkat kaki dan keluar dari kehidupan klub.

Situasi tersebut persis dialami Marouane Fellaini Bakkioui dalam beberapa tahun terakhir. Sejak didatangkan David Moyes dari Everton tiga setengah tahun silam, pemain asal Belgia ini mengalami pasang surut di Old Trafford. Bersama Manchester United dalam tiga kali pergantian pelatih dari Moyes ke Ryan Giggs untuk beberapa saat, lantas ke Louis van Gaal dan sekarang ke Jose Mourinho, pria berambut kribo itu tidak selalu mendapat kepercayaan penuh dari para pelatih. Selain karena tidak masuk dalam rencana dan formasi pelatih, tidak dimainkannya seorang pemain juga dipengaruhi performanya.

Apa yang dilakukan fans Setan Merah terhadap Fellaini jelas menunjukkan bahwa penampilannya jauh dari harapan. Pemain jangkung itu tidak lagi memberikan kontribusi berarti, setidaknya melalui permainan menawan sebagai gelandang sebagaimana asa yang digantungkan terhadap keberadaannya di klub legendaris itu. T

Tak pelak sejak Mourinho datang, pemain 29 tahun itu hampir selalu mengisi bangku cadangan. Situasi ini berbanding terbalik dengan masa-masa emas di Goodison Park, markasnya bersama Everton selama lima tahun sejak 2008 hingga 2013. Tampil sebanyak 141 kali, dan menyumbang 25 gol.

Bertolak belakang kini, Fellaini baru tampil 61 kali bersama United dengan sumbangan gol yang tak menyentuh dua digit. Tujuh gol saja.

Tampil buruk dan minim kontribusi membuat posisinya sebagai pemain cadangan semakin jelas. Termasuk di tangan Mourinho, yang  bagaimana pun berbeda sikap dengan para fans yani tetap menginginkannya di Theatre of Dreams.

Tidak seperti Mou, fans Si Merah seperti sudah tidak tahan bersama pemain kelahiran 22 November itu. Entah apa yang membuat performa Fellaini menurun. Namun dalam situasi penuh tekanan, saat mendapat kepercayaan bermain pun Fellaini belum juga menginjak titik balik.
Fellaini usai berpelukan dengan Mourinho/Dailymail.co.uk
 Akhir tahun 2016 menjadi masa puncak paceklik. Tampil sebagai pemain pengganti kala menjamu Tottenham Hotspur, ia menjadi sasaran olok-olokan fans. Fans United sepertinya benar-benar tidak puas atas performanya sepekan sebelumnya saat bertandang ke mantan klub. Setidaknya ada satu kesempatan emas yang disia-siakan Fellaini di kandang sang mantan.

Entah angin apa yang mendorong Mourinho memberi Fellaini liburan dua hari sebelum Natal. Alih-alih melepas penat dengan berlibur santai atau berkumpul dengan keluarga di Belgia, ditemani saudara kembar Mansour, keduanya terbang ke Italia. Kabarnya mereka melakukan pendekatan terhadap dua klub kota Milan, Internazionale dan AC Milan, jangan-jangan jasanya dibutuhkan di sana. Sambil pula menggali informasi tentang kehidupan kompetisi Serie A.
Bisa dibaca Fellaini mulai sadar masa depannya tak akan lama di Manchester. Mencari klub baru, sekalian kompetisi berbeda, adalah pilihan terbaik. Namun dalam situasi gundah gulana itu Fellaini justru menemukan jalan pulang.

Dengan sisa harapan pada kepercayaan dari sang pelatih yang belum juga tandas, performa Fellaini mulai membaik. Bermula saat menghadapi Reading di Piala FA pekan lalu, tren positif itu berlanjut saat menjamu Hull City di leg pertama semi final Piala Liga di Old Trafford, Rabu (11/01) dini hari WIB tadi.

Masuknya Fellaini di menit 79 berbuah gol kedua United di penghujung laga. Tandukannya selepas menit 80 memastikan kemenangan United, setelah Juan Mata yang digantinya lebih dulu membuka keunggulan di awal babak kedua.

Tak lama setelah namanya tertera di papan skor, Fellaini langsung berlari ke sudut lapangan. Ia memeluk erat dan menenggelamkan Mourinho di balik rambutnya yang mengembang.  Mou berkata pelukan itu sebagai bentuk apresiasi Fellaini atas kepercayaan, terlebih ramalan sebelumnya bahwa ia bakal cetak gol.

“Saya piir ia ingin menunjukkan bahwa ia tahu betapa besar dukungan saya kepadanya dalam  aneka situasi sulit,”ungkap Mou dikutip dari Daily Mail.co.uk.

Ya, dukungan Mou yang jelas berpelukan dengan ketegaran dan kesabaran Fellaini menghadapi tekanan. Dan kini perlahan-lahan mulai menyaput cemoohan dari ruang apresiasi penggemar seperti terlihat malam itu fans meneriakan namanya, tentu dalam arti positif.

United sudah menjejakkan satu kaki di Wembley, panggung final Piala FA nanti. Dalam hitungan hari ke depan mereka akan kedatangan musuh bebuyutan, Liverpool. Mencetak rekor 10 kemenangan beruntun di semua kompetisi menjadi harapan semua pendukung United. Bukan tidak mungkin tuah Si Kribo yang tahan banting ini dibutuhkan lagi nanti.

Dipublikasikan pertama kali di Kompasiana, 11 Januari 2017


Comments

Popular posts from this blog

Jojo dan Rinov/Pitha Tersisih, Tersisa Ginting, Gregoria, dan Rehan/Lisa di Semifinal Hylo Open 2022

Menjaga Rantai Juara Indonesia di Singapura Open SS 2016

Dari "Sekarang, Sumber Air Su Dekat" Menjadi "Sekarang, Masalah Air Su Banyak"