Akhirnya Irwansyah Pulang Kampung, Siapa Menyusul?
Irwansyah/badmintonindonesia.org.
Pertama-tama
ini bukan tentang Irwansyah yang aktor sekaligus penyanyi kondang itu. Bukan
mantan pemain sinetron “Senandung Masa Puber” atau “Ku t’lah Jatuh Cinta” yang
pernah memacari Acha Septriasa, lawan mainnya di film “Heart” namun menikah
dengan Zaskia Sungkar.
Ini Irwansyah yang adalah teman seangkatan Hendrawan
dan Marlev Mainaky, beberapa dari deretan pebulutangkis yang pernah mengharum
Indonesia di kancah dunia. Irwansyah pernah menghuni pemusatan latihan Cipayung
namun prestasinya tak secemerlang para kolega.
Hendrawan pada masa jayanya pernah merebut medali perak
Olimpiade Sydney 2000 dan Juara Dunia setahun kemudian. Sementara Marlev bukan
nama baru di jagad bulu tangkis Indonesia. Bersama empat saudaranya yakni Rexy
Ronald Mainaky, Richard Leonard Mainaky, Rionny Frederik Lambertus Mainaky, dan Karel Leopod Mainaky,
mendarmabaktikan hidup untuk bulu tangkis.
Sebagai pemain, lima dari tujuh kakak-beradik (selain si
sulung Marinus dan anak keenam, Valentina) anak pasangan Jantje Rudolf Mainaky dan Venna
Hauvelman menghiasi lembaran sejarah bulu tangkis Indonesia dan dunia pada periode
1990-an. Setelah gantung raket, Richard, Riony, Marlev dan Karel
mewariskan ilmu kepada anak-anak mereka untuk melanjutkan trah Mainaky. Bahkan beberapa
dari antara mereka menjadi pelatih, seperti Rexy, Marlev dan Richard yang kini
memperkuat jajaran pengurus dan pelatih di pelatnas PBSI. Marlev menjadi
asisten pelatih tunggal putri sementara Richard menjadi Kepala Pelatih ganda
campuran. Sedangkan Rexy sedang bertugas sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan
Prestasi PP PBSI.
Berbeda dengan Hendrawan dan Mainaky bersaudara, Irwansyah
tak sempat mencicipi prestasi akibat cedera yang tak kunjung sembuh. Ia pun
meninggalkan pelatnas dan memilih berkarir sebagai pelatih.
Eropa menjadi tempat ia berkarir selama 15 tahun terakhir. Dua
tahun melatih di Cyprus, satu dekade di Inggris, dan tiga tahun berikutnya di
Irlandia. Ia turut membangun bulu tangkis Inggris dengan mendirikan akademi
bulu tangkis.
Sentuhan tangan dinginnya di Irlandia berbuah manis. Ia turut
membidani kelahiran juara eropa kelas U-17 di sektor tunggal putra. Ini menjadi
sejarah baru bagi negara tersebut yang tak memiliki sejarah bulu tangkis
seperti saudaranya Inggris.
Tiga bulan sebelum kontraknya berakhir atau setelah
Olimpiade Rio 2016, ia diminta oleh Kepala Pelatih Tunggal Putra PBSI, Hendry
Saputra untuk menjadi Asisten Pelatih Tunggal Putra PBSI. Tanpa berpikir
panjang, ia menerima tawaran yang sebetulnya sudah lama dinanti.
"Sebetulnya saya sudah lama ingin melatih di Indonesia.
Saya ingin turut memajukan bulutangkis Indonesia, mau bantu adik-adik
pebulutangkis muda juga," tandasnya seperti dikutip dari
badmintonindonesia.org.
Sosok yang pernah ditempa di klub Tangkas ini sudah mulai
bertugas sejak 1 September lalu. Ia mengambil tanggung jawab yang sebelumnya
diemban Marlev Mainaky yang kini menangani tim tunggal putri bersama Sarwendah
Kusumawardhani sebagai sesama asisten pelatih di bawah pimpinan Bambang
Supriyanto.
Bersama Hendry mereka mendampingi para pemain tunggal putra,
terutama para pemain muda seperti Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa,
Anthony Sinisuka Ginting, Firman Abdul Kholik dan kawan-kawan.
"Tim tunggal putra punya prospek dan kelihatan sekali kemajuannya pesat. Sekarang ini koh Hendry ingin menekankan kebersamaan dalam latihan, kalau disiplin sudah lama diterapkan koh Hendry," tuturnya memberikan penilaian terhadap potensi para pemain muda Indonesia.
Fenomena pulang kampung
"Tim tunggal putra punya prospek dan kelihatan sekali kemajuannya pesat. Sekarang ini koh Hendry ingin menekankan kebersamaan dalam latihan, kalau disiplin sudah lama diterapkan koh Hendry," tuturnya memberikan penilaian terhadap potensi para pemain muda Indonesia.
Fenomena pulang kampung
Irwansyah bukan orang pertama yang pulang kampung setelah
melanglang buana di mancanegara. Sebagai contoh, Rexy Mainaky lebih dulu
dipanggil pulang pada awal 2013 setelah empat tahun di Inggris, 7,5 tahun di
Malaysia hingga 2012, sebelum hijrah ke Filipina.
Kepulangan Irwaynsyah dan Rexy tentu menjadi kabar baik bagi perbulutangkisan tanah air. Pengalaman
dan kapabilitas mereka menjadi sumbangsih berharga untuk memajukan bulu tangkis
Indonesia.
Saat ini masih ada sejumlah mantan pebulutangkis yang
memilih berkarir di mancanegara. Mantan bintang ganda putra sejak 1994 hingga
2004, Halim Haryanto kini menetap di California, Amerika Serikat dan menangai
klub bulu tangkis di daerah tersebut.
Indra Wijaya, kakak dari mantan pemain ganda putra Candra
Wijaya-yang pernah berpasangan dengan Tony Gunawan dan Sigit Budiarto-menjadi
tim pelatih di Korea Selatan, menangani sektor tunggal putra.
Ada pula Namrin Suroto berkarir di Thailand, Paulus Firman
di Filipina serta Flandy Limpele, Rionny Mainaky, Karel Mainaky dan Nunung
Subandono yang berkiprah di sejumlah klub di Jepang.
Selain itu, teman seangkatan Irwansyah, Hendrawan kini
memperkuat barisan pelatih di Malaysia. Lima tahun menjadi pelatih pelatnas
sejak 2004, Hendrawan hijrah ke tetangga. Ia menggantikan legenda bulu tangkis
negeri tersebut, Rashid Sidek menangani tunggal
putra.
Peran pentingnya untuk Malaysia tak terelakkan. Ia turut melahirkan bintang muda Iskandar Zulkarnain Zainuddin dan 14 bulan membantu pebulutankis
kawakan Lee Chong Wei kembali ke tangga teratas dunia.
Hendrawan dan Lee Chong Wei/thestar.com.my.
Melihat rekam jejak mereka di luar negeri membuat kita kagum
dan bangga. Di sisi lain, muncul rasa gundah dan membangkit rasa penasaran
kapan mereka pulang kampung untuk membantu pembinaan bulu tangkis tanah air.
Saat ini, bulu tangkis Indonesia sedang menjadi pusat
sorotan. Rasa haus dan lapar akan gelar sedang merasuk para pencinta bulu
tangkis kita. Kembalinya Indonesia sebagai negara yang benar-benar disegani
masih terus dinanti. Di sejumlah sektor tanda-tanda positif tersebut sudah
terlihat seperti di tunggal putra, ganda putra dan ganda campuran. Sementara sektor
putri masih berjuang keras bangkit dari mati suri yang panjang.
Setelah Irwansyah, siapakah yang akan menyusul? Kita tentu
berharap semakin banyak yang bisa diajak berbagi ilmu atau memperkuat barisan
pelatih terutama di sektor putri. Regenerasi yang berjalan lambat setali tiga
uang dengan keterpurukan di sektor ini. Saat ini kita tak punya pemain tunggal
putri yang bertaji. Kita masih menggantung harapan pada ganda senior Greysia
Polii/Nitya Krishinda Maheswari untuk menutup lobang besar di bagian putri.
Seribu satu alasan mengemuka di balik kemunduran sektor
tersebut mulai dari minimnya bibit muda hingga mental pemain. Berkaca dari
Spanyol dan Thailand, dua dari sejumlah pendatang baru yang kini memiliki nama
di sektor putri, program pembinaan yang terstruktur dan berjenjang yang
didukung oleh tim pelatih yang solid, tak kalah penting. Dengan kata lain untuk
menciptakan prestasi perlu dibarengi pengorbanan yang besar. Tidak ada prestasi
yang diraih dengan mudah, apalagi di cabang olahraga yang semakin mendunia.
Jika kita ingin memulangkan lebih banyak pelatih,
konsekuensi yang harus dipikul pun tak kalah besar. Fasilitas dan jaminan hidup
yang memadai, serta ruang kerja yang terbuka perlu disediakan baik oleh PBSI
maupun klub-klub bulu tangkis di tanah air. Bila jalan pulang sudah dibuka,
hemat saya, tak ada kata mustahil bagi mereka untuk kembali ke pangkuan
pertiwi, ibu yang telah berjasa melahirkan dan membesarkan mereka.
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 14 September 2016.
Comments
Post a Comment