Hendra/Ahsan Ketar Ketir, Berharap Memori Dubai 2015 Berulang
Hendra/Ahsan/Badmintonindonesia.org
Saat ini posisi ganda putra terbaik Indonesia Mohammad
Ahsan/Hendra Setiawan di Olimpiade Rio 2016 sedang kritis. Unggul kedua itu baru
saja menelan kekalahan di laga kedua penyisihan grup D. Menghadapi ganda Jepang
Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, Hendra/Ahsan
menyerah usai bertarung rubber game 17-21, 21-16, 14-21.
Kekalahan ini cukup mengejutkan. Pasalnya dalam sembilan
pertemuan terakhir Hendra/Ahsan tak pernah kalah. Namun track record tak bisa
menjadi jaminan apalagi di ajang akbar sekelas olimpiade.
Dengan segudang pengalaman dan prestasi, Hendra/Ahsan sudah
berada dalam tekanan sejak awal pertandingan. Endo/Hayakawa bermain tenang dan
sangat rapat dalam bertahan. Sebaliknya, pasangan senior tersebut kurang taktis
dalam menyerang sehingga mudah dipatahkan Endo/Hayakawa.
Di interval pertama Hendra/Ahsan tertinggal jauh, 5-11. Kesalahan
demi kesalahan yang dilakukan di antaranya gagal dalam permainan di depan net
yang ditunjukkan Hendra serta smash Ahsan yang kurang bertaji semakin membuat
pasangan negeri sakura itu berada di atas angin hingga mengunci set pertama.
Di set kedua,
Hendra/Ahsan berhasil bangkit. Namun konsistensi menjadi kelemahan Hendra/Ahsan
dalam laga ini. Pada set penentuan jagoan Merah Putih itu langsung tertinggal
sejak awal. Jarak 1-7 benar-benar menyulitkan Hendra/Ahsan. Walau sempat
mencuri beberapa poin, kesalahan demi kesalahan yang dilakukan akhirnya
menggenapkan penampilan kurang mengesankan.
“Pasangan Jepang
lebih siap dari segi pertahanan, sedangkan kami kurang sabar waktu menyerang.
Di game kedua, kami bisa unggul di permainan depan. Tetapi di game ketiga,
mereka main bertahan lagi, kami terlalu mau langsung mematikan lawan,
seharusnya mengatur bola dulu,” ungkap Hendra dikutip dari Badmintonindonesia.org.
Hendra/Ahsan tak punya pilihan lain bila ingin melangkah ke
perempat final mendampingi Endo/Hayakawa. Kemenangan atas wakil Tiongkok Chai Biao/Hong Wei adalah harga mati. Di
atas kertas Hendra/Ahsan berpeluang memangkan pertemuan keempat di antara
mereka setelah menorehkan kemenangan di pertemuan terakhir pada final Dubai
World Superseries Finals 2015. Saat itu Hendra/Ahsan menang usai bertarung tiga
game, 13-21, 21-14 dan 21-14, sekaligus unggul dalam head to head di atara mereka.
Patut dicatat, di ajang tersebut, Hendra/Ahsan berhasil
keluar sebagai juara walau di babak penyisihan sempat menelan kekalahan atau
unggulan pertama asal Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong. Semoga kenangan
manis tersebut terjadi lagi di Olimpiade kali ini.
Berebut juara grup
Berbeda dengan Hendra/Ahsan, tiga ganda Merah Putih berhasil
mengamankan satu tiket perempat final usai meraih kemenangan kedua di fase
penyisihan grup.
Ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto kembali meraih
kemenangan di penyisihan grup A dengan mengalahkan Michael Fuchs/Birgit Michels
asal Jerman, 21-16 dan 21-15. Di partai pamungkas grup juara All England
2026 ini akan menghadapi unggulan teratas asal Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei. Pemenangan
dalam laga ini berhak menyandang status juara grup.
Praveen/Debby baru
sekali menang dalam delapan pertemuan dengan Zhang/Zhao. Kemenangan semata
wayang itu ditorehkan pada pertemuan terakhir di All England tahun ini. Diharapkan
aura kemenangan itu masih tetap menyelimuti dan membakar keduanya untuk kembali
mengulangi hasil positif.
“Pola permainan mereka itu bagus dan ulet. Nggak gampang
mati juga. Jadi kami harus kerja ekstra. Fokusnya lebih ditambah dan nggak
boleh lengah,” ungkap Jordan mengomentari laga ini.
Praveen/Debby/@INABadminton
“Pokoknya besok mau mengeluarkan permainan terbaik kami.
Karena lawan Zhang/Zhao itu nggak mudah. Mereka pasti lebih percaya diri karena
mereka kan sudah banyak juara juga, pernah juara Olimpiade juga,” timpal Debby.
Senior Praveen/Debby, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pun menorehkan
hasil serupa. Usai menang mudah atas wakil Australia Robin Middleton/Leanne
Choo, dengan skor 21-7 dan 21-8, di laga pertama penyisihan Grup C, Owi/Butet
kembali menorehkan hasil positif saat bertemu
Bodin Isara/Savitree Amitrapai dari Thailand. Unggulan tiga
itu menang straight set 21-11 dan 21-13.
Selanjutnya di laga terakhir penyisihan grup, Owi/Butet akan
berebut status juara grup dengan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu
Ying. Statistik pertemuan menempatkan Owi/Butet sebagai unggulan. Dalam delapan
pertemuan, wakil negeri Jiran itu baru sekali menang di ajang Li Ning China
Open 2012.
Namun demikian Owi/Butet tak boleh lengah mengingat di pertemuan
terakhir di Malaysia Open 2016, Chan/Goh mampu memberikan perlawanan berarti
dalam pertarungan tiga set dengan skor akhir 23-21 13-21 21-16.
Tiket perempatfinal lainnya pun telah dikantongi ganda putri
Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Di
laga kedua penyisihan grup C, pasangan nomor empat dunia menangstraight game atas
Heather Olver/Lauren Smith asal Inggris Raya dengan skor 21-10, 21-13.
Pertarungan menghadapi wakil Malaysia, Vivian Kah Mun
Hoo/Woon Khe Wei malam nanti akan menentukan status penguasa grup. Greysia/Nitya
mengunci kemenangan dalam pertemuan terakhir di BCA Indonesia Open 2016
sekalius menyamakan kedudukan setelah kalah di pertemuan pertama.
Tunggal putra Indonesia tanpa kesulitan mengatasi perlawanan
wakil Amerika Serikat Howart Shu di penyisihan grup J. Tunggal terbaik Merah
Putih menang dua game langsung 21-14 dan 21-10.
Selanjutnya putra mantan pebulutangkis nasional Icuk Sugiarto
ini akan menghadapi tunggal non unggulan asal Kuba, Osleni Guerrero.
Pertandingan tersebut baru akan dimainkan pada Minggu (14/8) pukul 18.55 WIB. Dengan
demikian Tommy memiliki waktu istirahat untuk mempersiapkan diri.
Wakil Indonesia lainnya, tunggal putri Lindaweni Fanetri
akan mengawali kiprahnya di Olimpiade kali ini menghadapi wakil Vietnam Vu Thi
Trang. Pertemuan pertama kedua pasangan ini akan dihelat pukul 21.20 WIB malam
ini. Di atas kertas Lindaweni lebih diunggulkan mengingat secara peringkat jauh
lebih baik. Lindaweni berada di rangking 25 sementara sang lawan menduduki
peringkat 42 dunia.
Sumber gambar @INABadminton
Tulisan ini pertama kali diposting di Kompasiana 13 Agustus 2016.
Comments
Post a Comment