Duo Srikandi Bulutangkis Berhijab Afrika Mendobrak Dominasi
Nadine
Ashraf/Menna Eltanany saat tampil di Kejuaraan Dunia 2015 (sumber gambar
@DjarumBadminton)
Benarkah berbusana tertutup di lapangan bulu tangkis bikin ribet?
Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada Nadine
Ashraf/Menna Eltanany jawabannya tentu tidak. Ganda putri asal Mesir itu sudah
membuktikan bahwa tampil dengan sebagian tubuh ditutupi pakaian di lapangan
bulutangkis sama sekali tak menjadi masalah.
Walau dalam pertimbangan tertentu, busana turut menentukan
performa, namun ganda rangking 57 dunia itu sama sekali tak mengeluhkan kostum
yang mereka kenakan selama ini. Sejak pertama kali tampil ke publik dan
berkompetisi hingga ke tingkat internasional, dandanan mereka tetap tak
berubah. Hijab selalu menutup separuh
bagian atas, dipadu baju berlengan panjang dan celana panjang. Sepatu sport melengkapi
dandanan mereka.
Penampilan Nadine/Menna benar-benar mendobrak tatatan berbusana
di cabang olahraga tepok bulu. Sebelumnya Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF)
sempat mengeluarkan aturan terkait kostum kaum wanita.
Sebelum tahun 2012, BWF mewajibkan pemain putri mengenakan
rok ketimbang celana pendek ketika bertanding. BWF berdalih, dengan penampilan
seperti itu membuat olahraga ini semakin atraktif. Masyarakat luas semakin terpikat
dengan aksi para pebulutangkis. Pada gilirannya para atlet itu tak hanya tampil
kompetitif dengan segenap kompetensi, tetapi juga menarik. Terutama saat tampil
di depan kamera.
“Kami hanya meminta para pemain, baik putra maupun putri,
tampil menarik di depan kamera. Kami ingin mereka berpakaian secara profesional
tetapi juga terlihat baik,”ungkap wakil Presiden BWF, Paisan Rangsikitpho pada
2012 lalu dikutip dari BBC.com.
Hal senada dipertegas oleh juru bicara BWF, Jan Lin kala
itu. “Tampil menarik adalah salah satu upaya untuk meningkatkan citra bulu
tangkis,”tuturnya.
Seperti dikatakan Lin, dalam arti tertentu, kebijakan
tersebut berfaedah untuk meningkatkan citra dan menarik perhatian khalayak.
Namun di sisi lain, aturan tersebut sangat dangkal dan jelas-jelas sarat
kepentingan komersial dan sangat eksploitatif. Pebulutangkis putri dijadikan
sebagai stimulus untuk menarik atensi penonton dan jualan untuk mendatangkan
sponsor dan publikasi luas dari media, terutama televisi.
Bila mau jujur, rok pun tak selamanya menggoda. Apa yang mau
‘ditonjolkan’ dan ‘dipamerkan’ dengan rok? Apa bedanya rok dan celana pendek? Malah ada cabang
olahraga lain dengan busana lebih tertutup, tetap menarik dan tak kehilangan
peminat.
Publikasi memang tak bisa ditampik. Namun, untuk menarik
perhatian dan semakian memperluas jangkauan atensi ialah pada kompetisi yang
kompetitif, pertunjukkan skill dan keterampilan secara fair, serta manajemen
yang sehat. Hal-hal dasariah itu jauh lebih mengena untuk ‘dijual’ ketimbang
rok.
Keren
Dengan berbagai pertimbangan dan penolakan dari sejumlah
negara seperti India, China, Indonesia dan Malaysia, maka pada 2012, BWF
menarik aturan tersebut. Kini penampilan pebulutangkis putri semakin bervariasi
sesuai tingkat kepatutan dan kenyamanan masing-masing. Salah satunya seperti
yang ditunjukkan Nadine Ashraf/Menna Eltanany.
Nadine/Menna tak hanya mendobrak kemapanan berpakaian
seperti yang lazim dikenakan selama ini. Dalam arti tertentu, keduanya juga membongkar
sekat eksklusivisme cabang olahraga ini yang selama ini dikuasai oleh segelintir
negara Asia dan Eropa.
Nadine/Menna mewakili Afrika, benua luas yang masih inferior
di cabang olahraga tepok bulu ini. Sebelumnya Afrika memiliki tunggal putra
asal Uganda, Edwin Ekiring. Pebulutangkis yang kini berusia 32 tahun itu pernah
mencicipi Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London empat tahun kemudian. Namun
pria kelahiran 22 Desember 1983 itu tak bisa berbicara banyak.
Selain itu, ada pula pemain putri serba bisa asal Mauritius
bernama Shama Aboobakar. Tak hanya tahun kelahiran yang sama, prestasi Shama
pun sama seperti Ekiring.
Walaupun tertatih-tatih, Afrika kini memiliki nama yang
lebih baik di pentas internasional. Nadine/Menna mempunyai prestasi yang jauh
lebih baik dari para pendahulunya. Pasangan yang mulai menarik perhatian sejak
tampil di Islamic Solidarity Games di Palembang, Sumatra Selatan, 2013 dan Kejuaraan
Dunia 2015 di Jakarta itu, kini duduk di rangking 57 dunia.
Nadine/Menna baru saja tampil di ajang Singapura Open yang sedang
berlangsung. Walau kandas di babak pertama di hadapan unggulan kedua sekaligus
jagoan Indonesia, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, keduanya sukses menunjukkan eksistensi diri, negara
dan benua.
Nadine/Menna ingin memaklumkan bahwa Mesir dan Afrika kini
hadir di percaturan bulu tangkis dunia. Selain itu, mereka juga secara tidak
langsung ingin mengatakan bahwa berhijab di lapangan pun tetap keren. Pun tanpa
mengenakan rok pun tetap nyaman dan seksi.
Maju terus Afrika, pantang surut Nadine/Menna !
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 16 April 2016.
Comments
Post a Comment