Singapura SS dan Jalan Menuju Olimpiade Rio 2016
Jonatan
Christie kalah dari Lin Dan di Singapura Open 2016 (badmintonindonesia 2016)
Ajang
multievent Olimpiade Rio de Janeiro semakin di depan mata. Para atlet di
sejumlah cabang olahraga sedang gencar berburu tiket untuk tampil di ajang
akbar yang mulai dihelat pada 5 hingga 21 Agustus nanti.
Bulutangkis
menjadi salah satu cabang yang menjadi pusat perhatian. Seiring mendekatnya
batas akhir perhitungan poin kualifikasi pada 5 Mei ini, pergelaran turnamen
tersisa menjadi bak drama yang menegangkan. Tak hanya bagi para pebulutangkis,
juga negara yang ingin mengibarkan namanya melalui cabang tepok bulu itu. Siapa
yang tak mau tampil di ajang tingkat dunia itu? Negara mana yang tak ingin menjaga
nama baik di hadapan bangsa-bangsa?
Sebagai negara
yang masih mengandalkan cabang bulu tangkis, tampil dan berprestasi di
Olimpiade menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa kita. Karena itu, hingga
kini, para atlet terbaik terus giat mengumpulkan poin untuk mengamamkan tiket
ke putaran final di Amerika Selatan nanti.
Beberapa andalan
kita, seperti Tommy Sugiarto (tunggal putra), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (ganda
putra), Greysia Polii/Nitya K.Maheswari (ganda putri), Tontowi Ahmad/Liliyana
Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto (ganda campuran) sudah dipastikan
tampil di Brasil. Namun, kegigihan mereka tampil di turnamen tersisa sebelum batas
akhir penghitungan poin bukan tanpa alasan.
Selain memantapkan
posisi dan terus memperbaiki rangking demi mendapatkan kemudahan saat
pengundian nanti, turnamen-turnamen tersebut menjadi ajang untuk memantapkan
persiapan dan mempertebal kepercayaan diri. Menjadi juara sebelum Olimpiade
akan menambah rasa percaya diri sebelum berburu medali di ajang empat tahunan
itu.
Sementara itu,
tingkat persaingan terlihat sengit dan menggebu-gebu untuk mendapatkan tiket
tersisa. Bila ganda campuran, Indonesia sudah bisa meloloskan dua wakil dari
dua jatah maksimal untuk sebuah negara, tidak demikian dengan sektor lainnya.
Di sektor
ganda putra Indonesia baru memastikan satu tiket. Peluang untuk memaksimalkan
jatah dua wakil masih terbuka melalui Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Per
14 April, Angga/Ricky berada di rangking 11 race
to Rio. Dengan 55784 poin, keduanya berada di belakang Vladimir Ivanov/Ivan
Sozonov (Rusia/rangking 10 to Rio dengan 57023 poin) dan Mads
Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark/rangking 9 to Rio dengan 57563
poin).
Untuk tampil
di Rio de Janeiro, Angga/Ricky tak hanya harus menggeser dua saingan itu. Masih
ada pasangan Denmark lainnya yang kini berada di tempat kedelapan dengan
selisih poin yang signifikan. Mathias Boe/Carsten Mogensen sudah mengantongi
65604 poin. Andai saja Angga/Ricky mampu memaksimalkan dua turnamen tersisa,
yakni Singapura Open yang diikuti saat ini dan Kejuaraan Asia pada akhir bulan,
perolehan poin Boe/Mogensen tetap tak
terkejar. Dari hitung-hitungan, andai saja Angga/Ricky menyapu bersih dua gelar
tersebut, Angga/Ricky masih tertinggal 50 poin. Angga/Ricky tentu berharap perolehan
poin Boe/Mogensen berkurang sebagai sanksi batal tampil di All England 2016. Tetapi
hemat saya, skenario seperti ini, tetap saja menyulitkan Angga/Ricky. Terlebih menjadi
juara di dua turnamen tersebut bukan perkara mudah.
Persaingan pun
terjadi di sektor tunggal putri. Di sektor ini, satu wakil Indonesia untuk
sementara berada di lingkaran 16 dunia. Walau tampil buruk sepanjang tahun ini,
Lindaweni Fanetri kini berada di rangking 14 kualifikasi Olimpiade. Peluang
untuk mendapat satu jatah lagi hampir pasti mustahil. Tunggal lainnya, maria
Febe Kusumastuti berada di posisi yang cukup jauh, rangking 24.
Situasi ini
berbanding terbalik dengan kubu Jepang. Negeri Sakura sudah menempatkan lima
tunggal dalam lingkaran 16 besar dunia yakni Nozomo Okuhara (rangking 3), Akane
Yamaguchi (rangking 10), Sayaka Sato (rangking 12), Yui Hashimoto (rangking 14)
dan Minatsu Mitani (rangking 16).
Sementara Tiongkok dan Korea Selatan masing-masing
menempatkan tiga wakil di tempat tersebut. Para negara adidaya itu kini sedang
berpusing-pusing untuk memilih dua dari deretan pebulutangkis terbaik itu untuk
melengkapi kuota 38 pemain tunggal di Olimpiade nanti.
Di sektor
tunggal putra, baru Tommy yang berada di posisi aman. Peluang satu tiket
lainnya sedang diincar Jonatan Christie (rangking 21) dan Anthony Ginting
(rangking 23). Itu pun dengan syarat keduanya harus tampil sangat maksimal di
turnamen berbintang tersisa. Rasa-rasanya kedua tunggal putra masa depan itu
akan meniti jalan kemustahilan untuk menempati rangking 16 dunia dalam waktu
sangat singkat.
Peluang
Singapura
Open Super Series yang sedang berlangsung saat ini menjadi saksi pertarungan
sengit antarpara pebulutangkis untuk mengamankan tiket ke Olimpiade.
Hingga menjelang
babak perempatfinal, persaingan itu terus terjadi. Tak hanya untuk para
pebulutangkis tanah air tetapi juga negara lain. Hampir tak ada yang ingin
merelakan begitu saja 172 tiket ke Olimpiade (38 pemain tunggal putra, 38
tunggal putri, 16 pasang ganda putra, 16 pasang ganda putrid an 16 pasang ganda
campuran) lepas begitu saja.
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 15 April 2016.
Comments
Post a Comment