Seberapa Penting Kejuaraan Badminton Asia 2016?
Suasana
jelang Kejuaraan Badminton Asia 2016 (@BadmintonUpdates)
Seberapa penting Kejuaraan Badminton Asia atau Badminton Asia Championships 2016 bagi Indonesia dan tiap-tiap Negara? Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada pihak PBSI, maka jawabannya mengarah pada Olimpiade Rio de Janeiro yang akan dihelat pada bulan Agustus mendatang. Ya, Kejuaraan Asia ini menjadi pertandingan terakhir yang menentukan lolos tidaknya pebulutangkis ke event akbar empat tahunan itu.
Sejak dimulai pada 1 Mei 2015, sepanjang setahun penuh, para atlet berjuang untuk mengumpulkan poin sebanyak mungkin agar bisa mengantongi tiket menuju Olimpiade Rio. Para pebulutangkis dari lima benua dan di lima sektor akan memperebutkan jatah 164 tiket melalui kualifikasi hingga turnamen pamungkas sebelum perhitungan poin ditutup pada 1 Mei 2016. Selanjutnya, ditambah dua jatah tuan rumah (1 putra dan 1 putri) plus 6 pemain, masing-masing tiga putra dan tiga putri, undangan Tripartite Commission (pemain terbaik dari negara-negara lemah dalam bidang ini namun cukup memberikan andil menyebarkan prinsip dasar Olimpiade) melengkapi kuota 172 pemain. B
agi negara-negar Asia, Kejuaraan Asia 2016 yang akan dimulai Selasa (26/4) hingga 1 Mei di Wuhan, China menjadi kesempatan terakhir untuk memperebutkan tiket ke Rio. Bila berorientasi pada jatah Olimpiade, maka urgensi Kejuaraan Asia 2016 akan sangat terasa pada peringkat-peringkat ‘kritis’ di setiap sektor untuk memperebutkan jatah dari setiap negara.
Sebagaimana ketentuan yang berlaku dari kuota 48 pasangan sektor ganda (16 pasang ganda putra dan 16 pasang ganda putri serta 16 pasang ganda campuran) membatasi setiap negara untuk mengirimkan dua pasangan bila kedua pasangan itu berada di rangking delapan besar BWF. Karena itu, para pemain dari tiap-tiap negara akan berusaha untuk masuk di zona aman tersebut. Selisih poin yang tipis dan bila masih mungkin saling susul menyusul, membuat Kejuaraan Asia ini menjadi menarik.
Lantas,bagaimana bila sebuah negara memiliki lebih dari dua wakil di peringkat tersebut? Itu, menjadi urusan negara bersangkutan untuk menentukan dua pasangan ke Brasil nanti. Paling tidak, Kejuaraan Asia ini akan menjadi panggung mini bagi para pemain tersebut untuk mementaskan penampilan terbaik agar nantinya dipilih. Prestasi terbaik yang diraih akan memberikan kredit tersendiri bagi setiap pemain sekaligus memperbesar peluang keterpilihan.
Di sektor ganda putra, berdasarkan poin saat ini, per 21 April, delapan tiket sudah diamankan oleh Korea Selatan (dua tiket melalui Lee Yong Dae/ Yoo Yeon Seong dan Kim Gi Jung/Kim Sa Rang), Tiongkok (dua tiket melalui Fu Haifeng/Zhang Nan dan Chai Biao/Hong Wei). Sementara Jepang, Indonesia dan Denmark hanya bisa mengirim satu wakil. Ganda putra Indonesia, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi gagal memenuhi ambisi untuk mendampingi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Saat ini Angga/Ricky tertahan di rangking ke-12 setelah gagal dalam sejumlah turnamen bergengsi akhir-akhir ini. Sekalipun Angga/Ricky merengkuh juara di Wuhan kali ini, tambahan 7000 poin, tak mampu mengejar Mathias Boe/Chrsten Mogensen asal Denmark di tempat delapan. Dengan raihan 56504 poin, tambahan 7000 poin itu tak cukup menyalip poin Boe/Mogensen yang kini berada di angka 65604.
Walau gagal ke Brasil, Kejuaraan Asia tetap penting bagi Angga/Ricky untuk terus menempa dan mengasah diri sebagai persiapan tampil di putaran final Piala Thomas dan Uber yang akan dihelat pada bulan Mei. Selain itu, menjadi momentum untuk terus mengumpulkan poin, dan memperbaiki peringkat. Dengan usia yang masih muda, peluang keduanya tampil di ajang Olimpiade empat tahun mendatang masing sangat mungkin. Angga/Ricky adalah salah satu harapan Indonesia berikutnya setelah masa keemasan Hendra/Ahsan berakhir.
Di sektor ganda putri Indonesia sudah dipastikan hanya mengutus satu wakil yakni Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Jawara Singapura Open 2016 ini menjadi tumpuan Indonesia untuk bersaing dengan dua wakil Jepang, dua wakil Tiongkok, dua wakil Korea Selatan serta satu wakil Denmark. Sebagai pasangan peringkat kedua dunia,di belakang jagoan Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, Greysia/Nitya benar-benar dikepung oleh para jagoan dari Asia Timur. Belum diketahui siapa dari tiga wakil Jepang dan Tiongkok yang akan terpilih, namun sudah dipastikan Tang Yuanting/Yu Yang, Tian Qing/Zhao Yunlei serta Luo Ying/Luo Yu asal Tiongkok serta Misaki/Ayaka, Naoko Fukuman/Kurumi Yonao serta Shizuka Matsuo/Mami Naito memiliki kualitas yang tak jauh berbeda. Khusus tentang dua pasangan Korea yang disebutkan terakhir, Kejuaraan Asia ini akan menjadi penting bagi mereka untuk berebut tiket kedua, mengingat satu jatah Tiongkok (memiliki tiga wakil di delapan besar) akan jatuh ke negera dengan peringkat terbaik di bawahnya.
Di ganda campuran, persaingan sengit di kesempatan terakhir akan terjadi antara Lee Chun Hei Reginald (Hong Kong) dan Shin Baek Cheol/Chae Yoo Jung asal Korea. Saat ini kedua pasangan itu berada di rangking 9 dan 10 dengan selisih 2495. Kedua pasangan ini akan merebut satu jatah melengkapi kuota delapan pasangan ganda campuran, mengambil salah satu jatah Tiongkok yang memiliki tiga wakil di delapan besar.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta juara All England 2016, Praveen Jordan/Debby Susanto menjadi harapan Indonesia untuk bersaing dengan dua dari tiga jagoan Tiongkok yakni Zhang Nan/Zhao Yunlei (satu dunia), Xu Chen/Ma Jin (empat dunia) atau Liu Cheng/Bao Yixin (lima dunia), berikut Ko Sung Hyun/Kim Ha Na (rangking tiga dunia) asal Korea Selatan, andalan Denmark nomor enam dunia Joachim Fischer/Christinna Pedersen serta pasangan suami istri asal Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock.
Sementara di sektor tunggal, sebuah negara hanya boleh mengirim dua wakil bila keduanya berada di rangking 16 dunia. Bila tidak memenuhi syarat tersebut, maka negara tersebut hanya bisa mengirim satu wakil.
Di tunggal putra Indonesia sudah dipastikan hanya mengirim Tommy Sugiarto yang kini duduk di rangking sembilan dunia. Peluang untuk menambah satu wakil lagi sudah tak mungkin lagi, mengingat Jonatan Christie, peringkat 22 dunia, masih terpaut cukup jauh dari peringkat 16 dunia yakni Hans Kristian Vittinghus.
Demikianpun di sektor tunggal putri, Merah Putih hanya memiliki wakil semata wayang. Pintu menambah satu wakil lagi sudah tertutup rapat, mengingat saat ini tak ada satu pun tunggal putri yang duduk di rangking 16 dunia. Dua tunggal dengan posisi tertinggi, saling berkejaran di rangking 22 dan 23 yakni Lindaweni Fanetri dan Maria Febe Kusumastuti.
Kejuaraan Asia ini akan menjadi kesempatan bagi Lindaweni dan Maria Febe untuk unjuk gigi demi mencuri hati PBSI. Bukan tidak mungkin, siapa yang tampil baik, apalagi berprestasi di Kejuaraan Asia ini akan terpilih ke Brasil nanti.
"Poin kejuaraan ini sama dengan turnamen super series. Makanya siapa yang berprestasi bagus pada kejuaraan ini bakal mewakili Indonesia. Kita tunggu saja hingga penghitungan poin terakhir selesai," tegas Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiarto dikutip dari Republika.co.id.
Pemanasan Seperti sudah disinggung di atas, Kejuaraan Asia ini memang menjadi kesempatan terakhir bagi para pebulutangkis untuk mengumpulkan poin kualifikasi Olimpiade. Namun kejuaraan level grand prix gold ini memberi arti penting bagi pebulutangkis muda lainnya. Selain menjadi kesempatan untuk menambah pengalaman dan jam terbang, bagi para pemain muda Indonesia, kesempatan ini menjadi ajang pemanasan sebelum tampil di putaran final Piala Thomas dan Uber di Kunshan, Jiangsu, Tiongkok, pada 15 hingga 22 Mei.
Seperti babak kualifikasi turnamen beregu tersebut di India awal tahun ini, Indonesia kini sudah mengandalkan para pemain muda, terutama di sektor tunggal putra. Selain Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Tommy Sugiarto, Lindaweni Fanetri dan Mari Febe, skuad Indonesia dihuni para pemain masa depan. Dan di Kejuaraan Asia kali ini, selain para andalan sekaligus senior, dari 20 wakil yang diutus, sisanya adalah para pemain muda. Karena itu, Kejuaraan Asia tahun ini menjadi momentum pas untuk memantapkan persiapan jelang tampil di Piala Thomas dan Uber, serta turnamen-turnamen berikutnya.
Di Kejuaraan Asia tahun lalu, Indonesia hanya mampu membawa pulang satu gelar dari sektor ganda campuran melalui Tontowi/Liliyana. Di partai final, Owi/Butet menyisihkan Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah asal Hong Kong dengan skor 21-16 dan 21-15. Sementara Hendra /Ahsan hanya puas menjadi finalis setelah ditekuk andalan Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeo Seong, Korea usai melewatkan pertarungan sengit tiga set, 21-18, 22-24 dan 19-21.
Apakah kali ini Owi/Butet mampu mempertahankan gelar dan Hendra/Ahsan sukses ke podium tertinggi? Atau aka nada kejutan lainnya? Kita tunggu saja…
Berikut 20 wakil Indonesia di Kejuaraan Badminton Asia 2016:
Tunggal Putra: Tommy Sugiarto, Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie
Tunggal Putri: Linda Wenifanetri, Maria Febe Kusumastuti, Hanna Ramadini, Fitriani
Ganda Putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Berry Angriawan/Rian Agung Saputro
Ganda Putri: Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari, Mychelle Crhystine/Serena Kani
Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Praveen Jordan/Debby Susanto, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja, Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti
Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di Kompasiana, 25 April 2016.
Comments
Post a Comment