Satu Wakil di Final, Satu Bintang Indonesia Lahir di Malaysia
Owi/Butet (badmintonindonesia.org)
Indonesia hanya
mengirim satu wakil di final Malaysia Open Super Series Premier 2016. Ganda
campuran terbaik, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjaga ‘wajah’ Merah Putih di
ajang prestisius berhadiah total 550.00 USD itu.
Pasangan
yang karib di sapa Owi/Butet itu ke partai puncak usai membekuk wakil Denmark
Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Pasangan nomor dua dunia itu butuh 42 menit untuk menang
21-18 dan 21-17.
Kedua
pasangan sudah delapan kali bertemu. Head to head pertemuan lebih berpihak pada
wakil Denmark itu. Owi/Butet kalah tiga kali. Namun, di pertemuan sebelumnya di
All England 2016 Owi/Butet menang 21-17 dan 21-11.
“Untuk permainan tadi, biarpun terkejar kami tetap fokus
lagi ya. Kami tidak mau berpikir ini itu, yang penting kami fokus buat cari
poin. Dan untuk saya pribadi, saya mau berpikir gimana caranya untuk bermain
yang terbaik di lapangan,” ungkap
Tontowi dikutip dari
badmintonindonesia.org.
Di partai
pamungkas, Owi/Butet akan menghadapi wakil tuan rumah Chan Peng Soon/Goh
Liu Ying. Secara peringkat dan unggulan Owi/Butet jauh
lebih baik. Namun, mereka perlu waspada karena Chan/Goh meraih tiket final
setelah menumbangkan unggulan teratas sekaligus musuh bebuyutan Owi/Butet yakni
jagoan Tiongkok Zhang Nan/Zhao
Yunlei.
Kemenangan
Chan/Goh atas Zhang/Zhao menunjukkan bahwa performa mereka sedang on fire. Ditambah lagi mereka mendapat
dukungan penuh dari publik tuan rumah. Bisa dipastikan, partai final Minggu
(10/04) besok, seisi Malawati Stadium, Shah Alam akan disesaki pendukung tuan
rumah yang siap meneror Owi/Butet.
“Siapa aja kami siap, karena kalau suda final kan lawannya
sudah pasti kuat. Siapa yang menang, kami pelajari lagi untuk menerapkan strategi
lagi buat besok,” ungkap
Liliyana.
Bintang lahir
Indonesia
memang hanya menempatkan satu wakil. Namun di gelaran elit ini, satu bintang
baru lahir. Dialah tunggal putra Jonatan Christie. Merangkak dari babak
kualifikasi, pebulutangkis 18 tahun itu membuat kejutan demi kejutan.
Walau sempat
mendapat kritikan dari sang pelatih, Jo, demikian sapaan akrabnya, mampu
mengatasi tekanan hingga merengkuh tiket semi final. Bahkan menghadapi unggulan
teratas asal Tiongkok, Chen Long, Jo hampir saja menang.
Jo tampil
percaya diri sejak awal set pertama. Bahkan performanya yang gemilang membuat
sang raksasa ketar-ketir dan gugup. Buktinya, Jo mampu mengunci Chen di angka
delapan saat ia merebut set pertama.
Di game
kedua, Jo mampu memanfaatkan ketertinggalan Chen untuk memimpin. Ia mampu
unggul 11-6 dan 16-11. Bahkan
Jo hanya membutuhkan dua poin saja untuk meraih kemenangan.
Sayang di
angka 19-16 tantangan
yang sesungguhnya bagi Jo muncul. Pekikan di sisi lapangan semakin kencang,
menambah tekanan bagi Jo. Ia pun terjebak dalam kesalahan sendiri, tepat di
saat Chen mulai ‘panas’. Kesempatan emas di depan mata pun menguap. Chen
merebut set kedua.
Jo dan Chen Long bersalaman (badmintonindonesia.org)
“Di game kedua saya sempat unggul, cuma pas di poin 19-16,
sempat kepikiran untuk cepat-cepat menyelesaikan pertandingan. Jadinya tadi ada
beberapa pukulan yang terburu-buru, jadi mati sendiri,” aku Jonatan.
Di set
penentu, Chen sudah kembali menemukan performa terbaik. Sempat ketat di awal
set, Chen pun menjauh, 11-7, 17-10 dan menutup pertandingan dengan hanya
memberikan Jo tambahan empat angka. Laga pun berakhir dengan skor 21-8,
19-21 dan 14-21. Jojo gagal
balas dendam atas kekalahannya di Piala Sudirman 2015 lalu.
“Di
game pertama Chen Long kelihatan nervous. Karena nggak saya apa-apain aja
di mati sendiri. Dan mungkin memang rancangan saya masuk di game pertama. Tapi
setelah game kedua, dia lebih siap dan mengerti. Game ketiga Chen Long lebih
percaya diri. Beberapa pukulannya juga nggak gampang dimatiin,” lanjut Jonatan.
Jonatan
memang kalah dan gagal ke puncak. Namun pencapaian ini sudah menjadi catatan
tersendiri baginya. Pencapaian terbaik dalam tiga kali tampil di turnamen level super series premier. Di BCA
Indonesia Open Super Series Premier 2015, Jonatan hanya sampai di delapan besar. Sementara tahun ini di ajang All England, Jo hanya
sampai di babak pertama.
“Walaupun
kalah, a star is still born and his name is Jojo. And Jojo will
bring in more stars in the future,” ungkap Ketua Umum PBSI Gita Wirjawan.
Memburuk
Ganda putri
andalan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari gagal ‘move on’ dari penampilan buruk di babak
sebelumnya. Menghadapi wakil Korea Selatan Jung Kyung Eun/Shin
Seung Chan, unggulan dua ini
benar-benar tampil antiklimaks. Mereka menyerah dua set langsung 21-16 dan
21-14 dari unggulan tujuh itu.
Di babak
perempatfinal, menghadapi wakil Korea, Ye Na/Lee So Hee, Greysia/Nitya harus berjuang habis-habisan
selama tiga set. Wakil Negeri Ginseng itu membuat keduanya harus bekerja keras
dan jatuh bangun meraih poin, sebelum menang 21-16, 18-21 dan 21-18.
Tiongkok dominan
Tiongok
mengirim wakil terbanyak di babak final. Selain Chen Long, Negeri Tirai bambu
memiliki wakil di sektor ganda putri dan ganda putra. Unggulan lima Tan
Yuanting/Yu Yang akan ditantang ‘pembunuh’ Greysia/Nitya asal Korea, Jung Kyun
Eun/Shin Seung Chan.
Selain itu,
unggulan empat Chai Biao/Hong Wei akan ditantang ganda putra Korea, Kim Gi
Jung/Kim Sa Rang yang sukses memenangkan ‘perang saudara’ menghadapi pasangan
nomor satu dunia, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.
Sementara itu,
Korea dan tuan rumah Malaysia sama-sama menempatkan dua wakil. Selain ganda
campuran Peng SoonChan/Liu Ying Goh yang akan menantang wakil semata wayang
Indonesia, tuan rumah juga berpeluang merengkuh gelar tunggal putra melalui
jagoan mereka Lee Chong Wei. Duel Chong Wei kontra Chen Long akan menjadi
tontonan menarik, boleh dikata final yang diimpikan.
Seperti Indonesia,
Thailand dan Hong Kong menempatkan satu wakil. Dua negara yang disebutkan
terakhir itu akan memperebutkan gelar di sektor tunggal putri. Andalan
Thailand, Ratchanok Intanon akan menghadapi Tai Tzu Ying. Menariknya kedua
pemain sama-sama menjungkalkan para unggulan hingga merebut tiket final.
Intanon
menumbangkan wakil Tiongok yang menjungkalkannya dalam 12 laga secara beruntun:
Wang Yihan. Sementara Tai Tzu yang notabene non unggulan mengandaskan unggulan
tiga asal India, Saina Nehwal.
Sebagai tambahan,
pertandingan babak final akan dimulai Pukul 11.00 dan disiarkan oleh Kompas TV.
Berikut
jadwal final (gambar diambil dari @BulutangkisRI):
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 9 April 2016.
Comments
Post a Comment