Mihajlovic Ditendang, Cristian Brocchi Tempati Kursi Panas Milan
Ilustrasi Brocchi (kanan) dari BBC.com
Dalam dua
tahun terakhir kursi pelatih AC Milan berganti lima kali. Performa tim yang ‘kembang-kempis’
alias tak stabil berbuntut pada pucuk pimpinan di jajaran kepelatihan. Sinisa
Mihajlovic menjadi pelatih keempat yang ditendang dari bangku pelatih
Rossoneri.
Hasil buruk
di pentas Serie A membawa pria Serbia itu keluar dari San Siro. Kekalahan 1-2 di
laga kandang menghadapi Juventus belum lama ini membuat presiden klub Silvio
Berlusconi terpaksa ingkar janji. Sebelumnya, Berlusconi sempat memberikan
wanti-wanti bahwa nasib Mihajlovic akan ditentukan pada partai final Coppa
Italia menghadapi Juventus pada 21 Mei mendatang.
Namun Berlusconi
akhirnya berubah pikiran. Peremuan dengan wakil presiden Adriano Galliano dan Cristian
Brocchi, pelatih baru, selama sekitar tiga jam pada Senin (11/04) malam
mengubah segalanya. Pada waktu yang sama, Berlusconi pun bertemu Miha. Pertandingan
menghadapi Juventus itu akhirnya menjadi laga terakhir Miha.
“Klub ingin
mengucapkan terima kasih kepada Mihajlovic atas dedikasi dan kerja keras yang
dilakukan musim ini,”tulis Milan di situs resminya.
Merujuk
pada pernyataan Milan di atas, memang benar Miha bekerja keras sejak ditunjukk
menggantikan Filippo Inzaghi pada Juni 2015 lalu. Namun perjuangan pria 47
tahun itu dianggap belum mencapai titik maksimal, terutama di pentas Serie A.
Walau mampu membawa timnya ke partai final Coppa Italia, namun prestasi mantan
pemain dan asisten pelatih Inter Milan di kompetisi liga tak juga membaik.
Penurunan
performa tim semakin terasa belakangan ini. Lima pertandingan terakhir yang dipimpinnya tak berbuah kemenangan dan hanya
menghasilkan dua poin. Kekalahan dalam dua laga terakhir, menghadapi Atalanta
dan Juventus, benar-benar menjadi mimpi buruk bagi mantan pelatih Sampdoria
itu.
Dengan sisa
kompetisi yang tak lama lagi, enam laga lagi, peluang merebut Scudetto ke-19
sudah pasti tertutup. Dengan sang pemuncak klasemen, Juventus, Milan tertinggal
sangat jauh: 27 poin.
Setali tiga
uang dengan peluang tampil di Liga Champions. Kini Milan berada di tempat
keenam dengan 49 poin atau tertinggal 15 poin dari AS Roma di tempat ketiga.
Tentu untuk
mendapat satu dari tiga jatah Liga Champions Milan setidaknya harus melangkahi
Fiorentina dan Inter Milan yang masing-masing berada di tempat kelima dan
keempat dengan selisih tujuh dan sembilan poin. Bila dua tim di atas terus
tampil konsisten maka bukan hanya gagal tampil di Liga Champions untuk musim
ketiga secara beruntun, kesempatan berlaga di kasta kedua (Liga Europa) pun
sama-sama tertutup.
Tantangan Brochi
Nasib Miha,
sama mirisnya dengan sang pendahulu, Inzaghi. Walau gemilang sebagai pemain,
pria mungil itu hanya menduduki kursi pelatih selama setahun. Kini giliran Brocchi
yang duduk di kursi panas itu.
Penunjukkan
Brocchi terbilang berani. Pria 40 tahun itu belum memiliki pengalaman sama
sekali menjadi manajer time elit. Status kepelatihan teranyar hanyalah pelatih
tim muda AC Milan Primavera yang dijabat sejak 2014, setahun setelah pensiun sebagai
pemain Lazio.
“Cristian Brocchi sekarang akan bertanggung
jawab atas tim pertama sampai akhir musim. AC Milan ingin menyambut Tuan
Brocchi dan berharap yang terbaik untuknya,"tulis Milan lebih lanjut.
Bisa jadi
Berlusconi ingin berjudi seperti halnya Real Madrid yang menaikkan ‘pangkat’
Zinedine Zidane. Seperti halnya berjudi, hal ini pun berisiko. Keberanian dan reputasi Berlusconi
pun dipertaruhkan.
Sebagai
pemain, pemain yang pernah berseragam Internazionale ini, sukses merengkuh dua
gelar Liga Champions, Serie A dan Piala Italia selama tujuh tahun berseragam
Milan sejak 2001 hingga 2008.
Darah Milan
yang telah mengalir dalam diri Brocchi sejak ditempa di akademi Rossoneri dan dipertegas
dengan pengalaman membela tim utama selama dua musim berbeda sebelum berakhir
pada tahun 2008, setidaknya menjadi dasar penunjukkan mantan gelandang itu
sebagai manajer tim utama. Sekaligus modal baginya untuk menangani Mario
Balotelli selama sisa musim ini.
Dalam rentang
waktu kesepakatan yang singkat ini, termaktub perjanjian tak tertulis
sebagaimana berlaku dalam jagad sepakbola. Prestasi akan diganjar kepercayaan
lebih. Keterpurukan akan berakhir pilu.
Pembuktian terdekat
Brocchi adalah sisa enam laga Serie A. Jumlah laga yang terlalu sedikit bagi
Milan yang sedang berjuang menggapai kembali kejayaan, merengkuh scuddetto
ke-19 sekaligus mendamba gelar Liga Champions kedelapan. Akankah di tangan
Brocchi segala harapan indah itu akan terwujud?
Selamat
bertugas Brocchi!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 12 April 2016.
Comments
Post a Comment