Kento Momota, Bintang Muda Tersandung Judi
Kento Momota (japantimes.co.jp)
Usianya masih muda, baru 21 tahun. Namun talenta luar biasa sudah sedemikian berkilau. Kini ia sudah mengguncang dunia dengan sederet prestasi yang telah diraih. Ia sukses mencuri hati masyarakat Indonesia dan dunia usai menjuarai Indonesia Open Super Series Premier Agustus lalu.
Sebagai pebulutangkis pertama Negeri Sakura, namanya pun masuk dalam buku sejarah bulu tangkis Jepang usai menjuarai BWF Super Series Finals di Dubai akhir tahun lalu. Kini, ia berada di deretan tunggal elit dunia, menempati rangking empat BWF. Tak hanya itu, ia pun menjadi referensi bagi banyak pebulutangkis muda. Tak terkecuali para pebulutangkis kita.
Namun, kemilau sang bintang yang sedang bersinar ini terancam meredup. Pemberitaan sejumlah media Jepang benar-benar mengagetkan, menyingkap sisi luar lapangan yang mengagetkan publik dan mengancam karirnya. Seperti diberitakan Japan Times, pebulutangkis kelahiran 1 September ini bersama pebulutangkis senior Kenichi Tago kerap berjudi di sebuah kasino ilegal di daerah Kinshicho Tokyo.
Kasino tersebut pernah digerebek polisi setempat pada April dan Mei tahun lalu dan diduga sengaja memutar uang untuk mendanai sindikan kejahatan Sumiyoshi-kai. Kasino tersebut diduga meraup sekitar $ 915.000 dalam tiga bulan sejak Februari 2015 dan diduga uang tersebut menyokong praktik kejahatan. Tak heran dari hasil penyelidikan, sebanyak enam orang termasuk operator kasino dan seorang anggota senior sindikat kejahatan ditangkap tahun lalu. Termasuk pula sekitar 380 orang yang terdaftar sebagai anggota.
Bahkan menurut surat kabar Jepang, Sankei, seorang pejabat kasino yang tak disebut namanya mengaku Momota dan Tago kerap bertandang ke tempat tersebut. Di Jepang sebagian besar perjudian dianggap ilegal, kecuali taruhan balapan kuda dan balap sepeda (keirin).
Pemerintah Jepang bersikap tegas setelah skandal taruhan yang mengejutkan menimpa olahraga paling populer di negara itu, bisbol, terkait penawaran untuk dimasukkan dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Buntut dari tindakan ini sudah dialami Momota. Kiprahnya di Malaysia Open Super Series Premier yang sedang bergulir di Malawati Stadium, Shah Alam, Malaysia sudah terhenti. Ia pun harus pulang ke negara asalnya usai memenangkan pertandingan di babak pertama menghadapi wakil India, H.S Prannoy dengan skor 21-19, 22-20. Rajiv Ouseph, lawan asal Inggris yang sejatinya akan dihadapi di babak kedua, melangkah mulus tanpa harus berkeringat ke babak perempatfinal.
Tak hanya itu, Federasi Bulu Tangkis Jepang atau Nippon Badminton Association tak memiliki toleransi sedikit pun bagi atlet yang tersangkut masalah tersebut. Menurut Sekjen Nippon Badminton Association Kinji Zeniya, bila terbukti Momota melakukan tindakan tak terpuji ini, maka ia akan dicoret dari keikutsertaan di Olimpiade Rio de Janeiro.
Selain itu, Momota sudah dipastikan absen di turnamen Singapura Open yang akan dihelat pekan depan. Tentu masalah ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat Jepang, tim Jepang dan karir Momota yang sedang berkembang pesat.
"Mereka memiliki tanggung jawab yang serius kepada masyarakat. Kami harus menangani kasus ini secara ketat,"ungkap Kinji Zeniya dikutip dari Dailymail.co.uk.
"Saya terkejut dengan ini, saya ingin mohon maaf kepada semua orang Jepang dan penggemar bulu tangkis. Pada tahap ini kita tidak bisa mendukung pemain ini (untuk Olimpiade Rio) dan tampaknya akan ada hukuman berat,”lanjutnya.
Masih menurut sumber yang sama, pihak yang terlibat dalam perjudian bisa didenda hingga ¥ 500.000. Dan orang-orang yang kerap berjudi bisa diganjar penjara hingga tiga tahun. Tak terkecuali para pihak yang membuka tempat judi dan mendapat uang dari hasil perjudian. Mereka diancam penjara antara tiga bulan hingga lima tahun.
Peluang Jonatan Christie
Tersisihnya Kento Momota dari turnamen Malaysia Open ini membuka peluang bagi tunggal putra Merah Putih Jonatan Christie untuk melangkah jauh. Satu-satunya tunggal Merah Putih yang tersisa ini, memiliki kans untuk tembus ke semifinal bila mampu mengandaskan Hu Yun (Hong Kong), Kamis (07/04) dan meladeni Rajiv Ouseph di perempatfinal.
Menghadapi Hu Yun, Jo-demikian sapaan akrab Jonatan, memiliki peluang menang. Keduanya memang belum pernah bertemu sebelumnya. Walau secara peringkat dunia, Hu Yun (rangking 12) lebih baik, namun Jo (rangking 37 dunia) memiliki modal bagus berkat kemenangan atas unggul tujuh asal Taiwan, Chou Tien Chen di babak pertama.
Sementara peluang menghadapi Rajiv Ouseph pun sama terbuka. Secara peringkat dunia, posisi keduanya tak terpaut jauh. Rajiv memang sedikit lebih baik, di urutan 21 dunia, namun motivasi sebagai satu-satunya harapan Merah Putih di sector tunggal putra sekiranya bisa membakar semangat dan mempertebal mental bertanding Jonatan.
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 7 April 2016.
Comments
Post a Comment