42 Menit Terakhir Kobe ‘Black Mamba’ Bryant
Kobe Bryant di laga terakhir/Dailymail.co.uk
Mengakhiri karir yang telah diakrabi sejak kecil bukan perkara mudah. Mengucapkan sayonara pada dunia yang telah membesarkan nama sama tersiksanya seperti harus melepaskan harta paling berharga. Demikian kurang lebih gambaran minimalis terkait Kobe Bryant, salah satu sosok legendaris NBA yang baru saja menggantung kausnya.
Pertandingan
menghadapi Utah Jazz di Staples Center, Los Angeles, Kamis (14/04) pagi tadi menjadi
akhir kiprahnya bersama Los Angeles Lakers. Itu pun menjadi laga terakhir Kobe
Bean Bryant di kancah basket profesional.
Sudah bisa
diduga, dan telah terlihat sejak ia mengumumkan rencana pensiun, laga pamungkas
ini benar-benar menjadi pusat sorotan. Entah mengapa, antusiasme publik dunia
benar-benar terarah pada laga tersebut. Bisa jadi, publik ingin menyaksikan
sosok legendaris itu tampil sebagai profesional NBA untuk terakhir kalinya.
Staples
Center pun benar-benar disarati penonton walau harga tiket yang dipatok
melambung tinggi, tak seperti biasanya, apalagi untuk ukuran pertandingan . Tak
kurang dari 500 wartawan, dan 60 dari antaranya berasal dari 15 negara di luar
Amerika Serikat, meliput pertandingan tersebut secara langsung. Dunia benar-benar tak ingin kehilangan laga terakhir
Black Mamba itu.
Tak hanya
itu, tingginya antusiasme dan publikasi yang luas menjadi tanda penghormatan
kepada Bryant. Dan benar, laga tersebut benar-benar dikhususkan bagi Bryant. Sosok
fenomenal yang tampil selama 20 musim NBA, merengkuh lima cincin juara, 18 kali
menjadi pemain terbaik NBA All Star dan masih banyak prestasi lainnya.
Bryant
menjadi pemain kelima dalam sejarah NBA yang berkarir selama 20 tahun dan
pebasket pertama yang mendedikasikan diri sepanjang itu untuk satu tim. Tak heran
upeti luar biasa tersaji di Staples Center.
Tak hanya
di dalam arena pertandingan, euforia fans sudah terlihat di jalan-jalan kota di
sekitar Staples Center. Namanya disebut-sebut dan dielu-elukan. Publik Los
Angeles benar-benar mencintainya.
Hal itu
diakui oleh salah satu pelempar bola dan point guard terbaik dalam sejarah NBA
yang turut hadir malam itu, Earvin ‘Magic’ Johnson. Sebagai pendahulu, Magic
tahu seperti apa sosok Bryant di mata fans. Bahkan ia tak segan menyebut Bruant
sebagai sosok luar biasa di kota tersebut.
“Kami di
sini untuk merayakan kebesaran. Selama 20 tahun yang unggul. Selama 20 tahun,
Kobe Bryant tidak pernah menipu pertandingan, ia tidak pernah menipu kami
sebagai fans,”ungkap Magic, yang seperti Bryant, lima kali juara NBA, seperti
dikutip Daily Mail.
“Selama
20 tahun terakhir, pria ini telah menjadi luar biasa dan selebriti terbesar yang kami miliki di kota ini. Dia tidak hanya menjadi seorang ikon olahraga luar
biasa tetapi juga sosok
terbesar yang mengenakan seragam ungu dan emas,”lanjut pria yang kini berusia 56 tahun itu.
Testimoni
singkat meluncur dari mantan rekan setim dan lawan seperti LeBron James, Pau
Gasol, Stephen Curry, Dirk Nowitzki dan Carmelo Anthony sebelum diakhiri suara dari fans
Lakers dan selebriti kondang Hollywood, Jack Nicholson. Rangkuman video tersebut menyatu dengan petikan
“Selamat atas 20 tahun bersama ungu dan emas” yang terpampang di langit-langit
Staples Center sebelum dan setelah pertandingan.
42 menit
Penampilan selama
42 menit memang terasa sedikit untuk sebuah laga perpisahan. Namun rentang
waktu tersebut bisa menjadi sangat berharga untuk mengabadikan akhir sebuah
sejarah.
Bagi Bryant
laga tersebut benar-benar sangat emosional. Menguras emosi dan memeras kenangan
yang telah ditenun selama dua dekade. Dalam suasana gundah-gulana, Bryant tetap
tampil tegar. Bahkan ia sama sekali tak terlihat melankoli, walau suasana
sekeliling benar-benar memancing tangis.
Bryant
tampil gemilang. Ia mencetak 60 poin untuk membantu LA Lakers menang 101-96. Jumlah
poin tersebut sangat signifikan, jumlah terbanyak yang ditorehkan sejak
Februari 2019.
"Akhir
sempurna akan menjadi juara. Tapi malam ini (saya) mencoba untuk pergi
keluar, bermain keras dan mencoba menunjukkan sejauh yang saya bisa. Saya merasa baik bisamelakukan itu untuk
terakhir kalinya,"lanjut
Bryant seraya tersenyum.
Ia sepertinya
ingin memaknai 42 menit itu secara sungguh-sungguh. Tak hanya ingin memberikan ‘oleh-oleh’
perpisahan pada fans, tetapi juga menjadi kenang-kenangan bagi klub yang telah
membesarkan namanya.
Tepatnya,
penampilan gemilang Bryant itu lebih sebagai motivasi bagi timnya agar bangkit
lagi di musim berikutnya setelah mengalami keterpurukan yang sangat di musim
ini. Kegagalan Lakers lolos ke play off benar-benar menjadikan laga ini sebagai
laga perpisahan.
"Sulit untuk percaya hal itu terjadi dengan cara ini. Saya masih terkejut dengan hal itu,"lanjutnya.
Walau Bryant
sendiri terkejut dan separuh tak percaya, namun bagi kita, dan bagi siapa saja tepat
yang dikatakan pelatih Lakers sekaligus rekan setim di awal karirnya, Byron
Scott, “ Itu tak mengejutkan saya, cara bagaimana ia akan pergi. 60 poin bukan
kejutan. Saya tahu ia punya itu dalam dirinya.”
Terima
kasih Black Mamba!
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana, 14 April 2016.
Comments
Post a Comment