Praveen/Debby Sempurnakan Mimpi Buruk Ganda Campuran Indonesia
Ket.gambar: Praveen/Debby (badmintonindonesia.org)
Jalan
Indonesia untuk membawa pulang gelar ganda campuran dari Thailand Masters 2016
kian tertutup. Unggulan kedua, sekaligus andalan Indonesia, Praveen
Jordan/Debby Susanto gagal mempertahankan konsistensi seperti saat tampil di
India Grand Prix Gold beberapa waktu lalu.
Alih-alih
menambah pundi juara, Praveen/Debby malah keok di babak awal. Bila di India,
pasangan nomor delapan dunia ini tampil prima hingga partai pamungkas, kali ini
lawan di partai final itu berhasil balas dendam.
Adalah Puavaranukroh
Dechapol/Sapsiree Taerattanachai
menjadi mimpi buruk bagi Praveen/Debby. Wakil tuan rumah itu hanya butuh tak
lebih dari setengah jam untuk menuntaskan pertandingan dengan skor mencolok,
13-21, 15-21.
Bahkan di
awal set pertama pasangan non unggulan itu mampu memimpin hingga 10-3. Permainan
netting Taerattanachai begitu agresif sehingga kerap memotong laju bola yang diarahkan Praveen/Debby.
Tampak jelas
Praveen/Debby tampil jauh di bawah ekpektasi. Sebaliknya pasangan muda Negeri
Gajah putih itu tampil semangat dan terlihat kokoh menjaga pertahanan sehingga
membuat Praveen/Debby terbawa permainan lawan.
Situasi ini
berbanding terbalik saat kedua pasangan itu bertemu di India. Sempat kesulitan di set pertama, Praveen/Debby
mampu bangkit dua set berikutnya hingga mampu menutup pertandingan dengan skor 23-25,
21-9, 21-16.
Seusai laga
Debby mengakui bahwa mereka kurang persiapan. Ditambah lagi kondisi tubuhnya kurang
fit, ada bengkak di lututnya.
“Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa dari lawan, cuma
kuat saja, sedangkan kondisi shuttlecock juga lambat. Kalau ditanya apakah
kesulitan sih tidak juga, tetapi memang kendalanya ada di kami. Faktor kurang
persiapan mungkin ya, kondisi badan juga kurang baik. Jadi saat latihan ada
kendala juga, lutut saya sempat bengkak. Kami memang kurang maksimal di
pertandingan hari ini,” ungkap
Debby dikutip dari
badmintonindonesia.org.
Gagalnya
Praveen/Debby diikuti pula oleh empat pasang ganda campuran lainnya. Sepertinya
hari ini menjadi hari buruk bagi sektor andalan Merah Putih.
Pasangan Alfian
Eko Prasetya/Anissa Saufika gagal
melewati hadangan wakil Rusia Vitalij Durkin/Nina Vislova dan menyerah kalah dengan
skor 18-21, 21-17, 16-21.
Selanjutnya
unggulan enam, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja gampang dibendung pasangan non unggulan asal
Tiongkok Zheng Siwei/Chen Qingchen 12-21, 16-21.
Nasib apes
juga dialami pasangan yang baru ‘rujuk’ kembali, Riky Widianto/Richi
Puspita Dili. Sama-sama
menghadapi pasangan non unggulan, Riky/Richi takluk 17-21, 22-20, 19-21 dari wakil tuan rumah Sudket
Prapakamol/Saralee Thoungthongkam.
Indonesia
pun berharap pada keajaiban di tangan tiga pasangan tersisa yakni Markis
Kido/Pia Zebadiah Bernadeth yang sukses mengalahkan wakil India Venkat Gaurav
Prasad/Juhi Dewangan, 21-15 dan 21-5. Berikutnya, Irfan Fadhilah/Weni Anggraini
yang mampu mengakhiri langkah wakil tuan rumah Kittisak Namdash/Natthakom
Jaiareree, 21-12 dan 21-12; serta Rian Swastedian/Apriani Rahayu.
Ketiga
pasangan ini diharapkan bisa membuat kejutan, mengikuti jejak Puavaranukroh
Dechapol/Sapsiree Taerattanachai.
Setidaknya mereka harus siap menghadapi wakil-wakil tuan rumah yang tampil
begitu percaya diri dan banyak membuat kejutan serta dua pasangan terkuat yang
tersisa, Ko Sung Hyun/Kim Ha Na (Korea Selatan/unggulan pertama) dan Lee Chun
Hei Reginald/Chau Hoi Wah (Hong Kong/unggulan tiga).
Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di Kompasiana, 9 Februari 2016
Comments
Post a Comment